Sejumlah petugas medis memakamkan jenazah pasien positif COVID-19 dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (28/3/2020). | ANTARA FOTO

Hikmah

Wabah dan Ikhtiar Lahir Batin

Tidaklah seseorang yang ketika terjadi wabah dia tinggal di rumahnya, bersabar, dan berharap pahala.

 

Oleh Abdillah

 

Dari Aisyah RA, bahwasanya dia berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah SAW tentang wabah (ta'un) maka Rasulullah mengabarkan kepadaku: Bahwasanya wabah (ta'un) itu adalah azab yang Allah kirim kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah jadikan sebagai rahmat bagi orang-orang beriman. Tidaklah seseorang yang ketika terjadi wabah dia tinggal di rumahnya, bersabar, dan berharap pahala (di sisi Allah), dia yakin bahwasanya tidak akan menimpanya kecuali apa yang ditetapkan Allah untuknya, maka dia akan mendapatkan seperti pahala syahid." (HR Bukhari).

Saat ini, kita menghadapi wabah yang sangat ganas, virus yang telah membunuh ribuan manusia. Virus ini terus menyebar melalui interaksi antarmanusia. Oleh sebab itu, epidemi ini sulit dihentikan selama manusia tidak bisa menjaga jarak fisik. Diam di rumah adalah cara terbaik untuk saat ini. Bahkan, Rasulullah menjanjikan pahala syahid bagi orang yang diam di rumah dan disertai kesabaran. Penyebaran wabah yang menular seperti ini juga pernah terjadi jauh sebelum masa kita.

Ibn Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Ba'lu al-M'un Fi Fa'li at-Ta'un menceritakan tentang wabah yang menimpa sebuah negeri. Tepatnya, pada Rabiul Awal orang-orang berkumpul untuk memanjatkan doa agar wabah segera diangkat oleh Allah SWT. Dalam perkumpulan itu, mereka membaca surah Nuh, Sahih Bukhari, shalawat, dan doa-doa lainnya sebanyak 3.363 kali. Amalan tersebut dilakukan karena berdasarkan mimpi.

Setelah ikhtiar batin dilakukan, selang beberapa hari wabah makin memperlihatkan keganasannya. Kasus kematian makin meningkat. Menyikapi kasus tersebut, para penceramah memerintahkan untuk membaca qunut dalam shalat, berdoa, bahkan berpuasa selama tiga hari. Di samping itu, orang-orang berhimpun kembali dengan jumlah yang lebih banyak. Mereka berdoa, bermunajat sambil menangis, bertobat kepada Allah agar wabah segera diangkat. Namun, jumlah kematian justru makin meningkat pesat. Bahkan, di Damaskus, tidak kurang dari seribu orang meninggal setiap harinya.

Dari peristiwa tersebut, kita bisa mengambil pelajaran bahwa bukan ibadah dan doa yang salah, melainkan berkumpul permasalahannya. Menghadapi fenomena seperti ini, kita harus sepenuhnya berikhtiar batin dengan cara berdoa, memohon ampun, dan bermunajat. Namun, kita juga tak boleh mengabaikan ikhtiar lahir, yaitu dengan cara menjaga jarak dan menjauhi kerumunan dan keramaian. Berdoa, bermunajat, dan memohon ampun tanpa harus berhimpun.

Untuk saat ini, kita harus menepi dulu dari kerumunan, meskipun itu acara keagamaan. Jangan merasa bersalah ketika harus beribadah di rumah. Ini semata-mata hanya untuk memutus mata rantai penyebaran virus. Kesehatan badan harus diutamakan. Ulama telah mengajarkan kemudahan dalam beragama. Allah SWT berfirman, "... Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu....? (QS al-Baqarah: 185). Wallahu a'lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat