Hikmah | Republika

Hikmah

Wabah Sebagai Rahmat 

Oleh Satrio Wahono

Indonesia dan dunia pada umumnya kini sedang didera satu bencana wabah bernama serangan virus korona atau Covid-19. Situasi demikian genting sampai-sampai umat Islam pun kini tidak bisa lagi merasakan indah dan khusyuknya melakukan shalat berjamaah di masjid. Belum lagi, kita akan memasuki bulan puasa Ramadhan, tak lama lagi.

Namun, ketimbang memandang wabah ini semata sebagai musibah, kita bisa coba memetik hikmah. Yaitu, kita sebagai umat seharusnya menyadari betapa kita selama ini telah berbuat melampaui batas (israf). Pengurasan sumber daya alam secara berlebihan, polusi, hingga pembangunan permukiman sampai menggusur habitat satwa liar, semua itu kini berbuah menjadi wabah yang kita alami saat ini. 

 
Namun, ketimbang memandang wabah ini semata sebagai musibah, kita bisa coba memetik hikmah. Yaitu, kita sebagai umat seharusnya menyadari betapa kita selama ini telah berbuat melampaui batas (israf).
NAMA TOKOH
 

Selain itu, sikapi dengan sabar. Wabah sejatinya bisa menjadi rahmat, bahkan ladang ibadah bagi manusia. Rasulullah SAW bersabda, “Sampar (wabah) adalah azab yang Allah timpakan kepada siapa saja yang Dia kehendaki, tapi Allah menjadikannya rahmat untuk orang-orang mukmin. Bilamana seseorang terkena sampar, lalu ia diam di rumahnya dengan sabar, mengharap pahala, dan tahu bahwa tak ada yang mengenainya selain apa yang Allah tuliskan, ia mendapat pahala seperti orang yang mati syahid.” (HR Bukhari). 

Di sini, sikap sabar menanggung wabah beserta segala akibat yang menyertainya justru dianggap sebagai ibadah yang bernilai pahala. Selain itu, hadis ini mengajari manusia untuk tetap diam di rumah demi mencegah persebaran infeksi. Islam pun mengajak semua orang untuk tetap tenang dan mengimani takdir Allah. Sebab, jika Allah tidak menghendaki, virus pasti tidak akan menjangkiti orang yang bersangkutan. Ketenteraman yang diberikan Islam tentu berguna untuk masyarakat suatu negara menghindari kepanikan yang justru bisa menurunkan imunitas tubuh dan memicu aksi-aksi irasional yang merugikan semua, seperti memborong atau menimbun barang.

Hadis di atas juga menjanjikan nasib baik bagi orang-orang yang bersabar menanggung pandemi, yaitu mendapatkan tiket masuk langsung ke surga karena dianggap sebagai syuhada alias orang yang sedang berjuang (berjihad) di jalan Allah. 

Jadi, bencana wabah saat ini seyogianya kita jadikan sebagai bahan renungan untuk berbagai hal, seperti perlunya memperbaiki relasi umat manusia dengan alam, mematuhi protokol berdiam diri di rumah dengan sabar untuk menghindari penyebarluasan infeksi, ikhlas menerima takdir Allah guna meningkatkan imunitas tubuh dan mendapatkan kenikmatan, pahala, dan menganggap ujian ini sebagai rahmat bagi calon mujahid sebagaimana Allah janjikan di akhirat nanti. 

Manfaatkan pula waktu luang yang ada di rumah sekarang ini untuk meminta pertolongan Allah dengan meningkatkan ibadah, utamanya membaca Alquran. Sebab, Allah sendiri menjanjikan dalam Alquran, “Dan Kami turunkan dari Alquran (sesuatu) yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang yang beriman, sedangkan bagi orang yang zalim (Alquran) itu hanya akan menambah kerugian."(QS 17: 82). 

Syekh Ibnu Taimiyah dalam Al-Fatawa mengatakan, segala sesuatu yang diperintahkan dan dicegah oleh Allah pasti mengandung maslahat, manfaat, maupun hikmah. Wallahu’alam bissshawab. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat