Kapolda NTT Irjen Pol Hamidin (kanan) berbincang dengan seorang ibu yang anaknya dirawat akibat terserang demam berdarah dengue (DBD) di bangsal anak RSUD Tc Hillers di Maumere, Kabupaten Sikka, NTT, Sabtu (14/3/2020). | Kornelis Kaha/ANTARA FOTO

Nasional

Korban DBD Kian Banyak

Masyarakat NTT diminta waspadai korona dan DBD.

 

 

KUPANG — Korban meninggal akibat demam berdarah dengue (DBD) terus bertambah. Tercatat, wilayah terbanyak korban meninggal karena kasus ini berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dinas Kesehatan NTT melaporkan jumlah kematian akibat DBD di provinsi berbasis kepulauan itu telah mencapai 43 orang. 

Sekretaris Dinas Kesehatan NTT David Mandala menuturkan, korban meninggal terakhir dalam catatan Dinkes NTT pada Selasa (17/3) malam adalah seorang bocah berusia empat tahun. Ia meninggal di Kota Kupang, NTT. “Kasus kematian terakhir akibat DBD terjadi di Kota Kupang sehingga sampai saat ini jumlah korban meninggal di NTT totalnya menjadi 43 orang,” kata David Mandala dikutip Antara, Rabu (18/3).

Ia mengatakan, korban meninggal terakhir yang dicatat Dinkes NTT adalah seorang warga dari Kelurahan Oebobo. Korban meninggal diduga akibat terlambat penanganan karena yang bersangkutan terlambat dibawa ke puskesmas terdekat. David menambahkan, jumlah kasus DBD di NTT terus mengalami peningkatan dari hari ke hari. Saat ini, kasus DBD di NTT telah menyentuh angka 3.731 kasus.

Pada Senin (16/3), angka kasus DBD hanya berada pada angka 3.661 kasus dengan angka kematian mencapai 42 orang. Saat ini, penyumbang kasus DBD terbesar berada di Kabupaten Sikka dengan jumlah mencapai 1.396 kasus dengan angka kematian mencapai 14 kasus.

Peringkat kedua kasus DBD di NTT adalah kota Kupang dengan jumlah kasus mencapai 529 kasus dengan jumlah yang meninggal mencapai enam orang. Sementara itu, peringkat ketiga adalah Kabupaten Alor dengan jumlah kasus mencapai 345 kasus dengan korban meninggal mencapai empat orang.

Wakil Gubernur NTT Josef Nae Soi mengatakan, yang harus dikhawatirkan NTT saat ini bukan virus korona, melainkan masalah DBD. Meskipun, ia tetap mengimbau seluruh masyarakat waspada terhadap penyebaran Covid-19 atau virus korona yang berasal dari Wuhan, Cina. “Untuk Covid-19 kita perlu waspada, tetapi yang perlu dikhawatirkan saat ini adalah masalah DBD yang saat ini sudah menerjang 22 kabupaten/kota se-NTT,” kata Wagub NTT, Rabu.

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan semakin meningkatnya jumlah korban meninggal akibat DBD dan tertinggi berada di Kabupaten Sikka. Meskipun, ia mengeklaim, jumlah pasien DBD dari hari ke hari terus mengalami penurunan. “Kami juga sudah mengimbau kepada sejumlah bupati untuk tidak hanya mencegah masuknya virus Covid-19, tetapi juga menanggani dan mencegah penyebaran nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan DBD,” ujar Josef.

Perangi DBD

Orang nomor dua di NTT itu mengatakan, seluruh masyarakat NTT juga sudah menyatakan perang melawan DBD. Di tempat terpisah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lembata, NTT, mengimbau warganya agar tetap waspada terhadap serangan penyakit DBD yang masih berstatus kejadian luar biasa (KLB) di daerah itu. 

“Meskipun sekarang berbagai daerah meningkatkan kewaspadaan terhadap serangan Covid-19, warga Lembata kami minta agar terus meningkatkan kewaspadaan terhadap DBD,” kata Wakil Bupati LembataThomas Ola Langoday. Menurut dia, serangan Covid-19 memang sedang merebak di mana-mana, tetapi masyarakat Lembata juga memiliki persoalan kesehatan di depan mata, yaitu penyakit DBD.

photo
Petugas Puskesmas Pasar Minggu melakukan fogging di Jalan Jati Padang Utara, Pasar Minggu, Sabtu (14/3). - (Republika/Thoudy Badai)

Dia menyebutkan, serangan DBD di daerah tercatat sudah mencapai lebih dari 100 kasus dan mengakibatkan dua korban meninggal dan hingga saat ini masih berstatus kejadian luar biasa (KLB). “Artinya, DBD merupakan masalah yang riil di depan mata yang harus kita perangi bersama, meskipun terhadap serangan Covid-19 juga tetap kita perlu waspadai,” kata Thomas Langoday.

Mantan dekan Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandira Kupang itu mengaku, pemerintah setempat masih terus gencar melakukan sosialisasi dan kegiatan pemberantasan jentik nyamuk untuk meminimalisasi dampak serangan DBD. Ia menambahkan, masyarakat juga terus diimbau untuk menjaga kebersihan secara rutin untuk memastikan tidak ada tempat atau wadah perkembangbiakan nyamuk //Aedes aegypti// di lingkungan sekitar.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hingga Selasa (17/3) kemarin, tercatat sebanyak 165 jiwa meninggal dunia akibat penyakit DBD. Kematian terbanyak memang terjadi di NTT. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkap 165 kasus kematian akibat DBD terjadi di beberapa daerah. "Pertama, NTT 39 jiwa, kemudian Jawa Timur 21 jiwa, Jawa Tengah 16 jiwa, Jawa Barat 15 jiwa, Lampung 15 jiwa, Kalimantan Timur sembilan jiwa," ujarnya saat dihubungi //Republika//. N antara/rr laeny sulistyawati ed: agus raharjo

Laju Kasus DBD:

11 Maret 2020 

Total kasus 17.781 

Meninggal 104 (nasional)

NTT 32

12 Maret 2020

Total kasus 19.391 

Meninggal 132 (nasional)

NTT 32

14 Maret 2020

Total kasus 21.908 

Meninggal 152 (nasional)

NTT 39

17 Maret 2020 

Total kasus 26.328

Meninggal 165 (nasional)

NTT 39 (data Dinkes 43 orang)

Sumber: Kemenkes dan Dinkes NTT

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat