Sejumlah tenaga kesehatan mengevakuasi seorang pasien menuju Ruang Isolasi Khusus Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi saat simulasi penanganan wabah virus novel Coronavirus (nCoV) di Semarang, Jawa Tengah, Kamis (30/1/2020). ANTARA FOTO/Aji Styawan/a | ANTARA FOTO/Aji Styawan/aww.

Tajuk

Terima Kasih untuk Tenaga Kesehatan

IDI menyebut tenaga kesehatan di lapangan sudah berteriak-teriak kekurangan APD.

Para tenaga medis, baik itu dokter maupun perawat adalah garda terdepan dalam menangkal virus novel korona (Covid-19). Hari-hari ini mereka berjibaku untuk memeriksa dan merawat penderita Covid-19 yang jumlahnya makin bertambah.

Mereka adalah orang yang paling rentan tertular Covid-19. Padahal, kehadiran tenaga medis akan makin dibutuhkan pada hari-hari ke depan.

Kendati rentan tertular virus korona, perlindungan terhadap kesehatan medis justru belum maksimal. Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan, para tenaga medis di fasilitas kesehatan yang menangani Covid-19 mengeluhkan kurangnya alat pelindung diri (APD). Akibatnya, tak sedikit petugas kesehatan yang menjadi korban penularan. Pemerintah pernah mengatakan sudah ada dokter-perawat yang menjadi korban jiwa.

Kondisi ini tentu menyedihkan. IDI menyebut tenaga kesehatan di lapangan sudah berteriak-teriak kekurangan APD.

IDI memang belum mendapatkan laporan jumlah kekurangan APD, tapi alat yang kurang dalam satu set, yaitu masker wajah hingga baju pelindung khusus. Karena kurangnya APD, ada tenaga kesehatan yang sampai menggunakan plastik seadanya, termasuk jas hujan plastik yang dimodifikasi hingga mereka hanya memakai masker biasa. Ini terjadi di Garut saat perawat memindahkan pasien yang diduga terjangkit virus korona, pekan lalu. Padahal, petugas kesehatan harusnya memakai masker N-95.

Sekali lagi, kondisi ini tentu menyedihkan. Bagaimana kita berharap pasukan di garda terdepan yang dituntut untuk siaga menangani virus berbahaya bisa bekerja maksimal, jika kesehatan mereka justru tak terlindungi? Kita khawatir jika tak diantisipasi soal APD ini akan makin banyak tenaga medis yang tertular Covid-19. Jika itu terjadi, tentu akan mengurangi upaya menahan laju Covid-19.

Kira berharap, persoalan APD tenaga medis ini menjadi perhatian serius. Pekerjaan mereka penuh risiko. Setiap saat bisa tertular virus dari pasien yang ditanganinya. Tenaga medis layak mendapatkan APD yang memenuhi standar dalam jumlah yang cukup.

IDI sudah mengajukan permohonan penambahan APD ke Gugus Tugas Penanganan Covid-19 melalui surat yang dikirimkan Selasa (17/3). Kita berharap, pemerintah segera merespons kebutuhan tersebut.

Namun, kita menyadari kemampuan pemerintah pasti terbatas. Apalagi, perhatian pemerintah saat ini tentu tidak hanya pada pemenuhan APD tenaga medis. Banyak hal lain yang juga harus mendapat perhatian serius dan harus ditangani segera.

Karena itu, kita berharap semua pihak yang peduli untuk menaruh perhatian pada isu APD tenaga medis ini. Kita tak bisa membiarkan tenaga medis berjuang mengadang laju Covid-19 sementara mereka adalah orang yang paling rentan tertular. Saatnya kita menggalang solidaritas dalam bentuk mengusahakan pengadaan ADP bagi tenaga medis. Ini bisa dilakukan melalui upaya penggalangan dana yang khusus diperuntukkan bagi pengadaan ADP tenaga medis.

Ungkapan terima kasih kita terhadap tenaga medis yang menjadi harapan utama penanggulangan Covid-19 tak cukup hanya diungkapkan dengan kata-kata. Mari bersama-sama mewujudkan rasa terima kasih itu dengan menyediakan APD bagi mereka.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat