Pekerja mengamankan barang-barang muatan Kapal Motor Srimunah berukuran 18 GT tujuan Pulau Bawean, Gresik, di Pelabuhan Rakyat Kalimas, Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur. | ANTARA FOTO/Zabur Karuru

Iqtishodia

Fenomena Migrasi di Pulau Bawean

Sampai saat ini, faktor ekonomi dipandang sebagai faktor utama bagi seseorang yang melakukan migrasi.

Oleh AHMADAH FAIDAH, SE dan DR A FAROBY FALATEHAN, Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan FEM IPB

Pulau Bawean merupakan salah satu daerah yang berupa pulau yang berada di Kabupaten Gresik.  Daerah ini terkenal sebagai daerah yang warganya lebih cenderung bekerja di luar wilayahnya, seperti di Pulau Jawa, Sumatra bahkan sampai ke Batam, Tanjung Pinang, Singapura, dan Malaysia. Penduduk Pulau Bawean yang melakukan migrasi sebagian besar merupakan angkatan kerja yang produktif dan telah berhasil mengatasi berbagai faktor yang merintanginya. Dikarenakan pemudanya banyak yang melakukan migrasi, maka pulau ini terkenal juga sebagai Pulau Putri

Sebagian besar penduduk Bawean bermata pencaharian sebagai petani, nelayan dan pedagang. Pertanian di pulau ini, sebagian besar adalah pertanian padi, lainnya adalah tembakau. Walaupun bibit unggul padi sudah dikenal di Bawean, namun hanya sebagian kecil lahan yang dikelola dengan dua kali panen, sebagian besar mengusahakan sawahnya satu kali panen. Seperti di wilayah lain, petani di Pulau Bawean ini, jumlah pemuda menurut kelompok pekerjaan yang berprofesi sebagai petani hanya 4,83 persen. Persentase tersebut lebih kecil daripada persentase jumlah pemuda yang berprofesi sebagai petani di Provinsi Jawa Timur. Angkatan kerja baru lebih memilih untuk bekerja di sektor non pertanian, baik dalam negeri maupun luar negeri (migrasi).

Masyarakat Pulau Bawean yang menetap di Pulau Bawean, mayoritas bekerja di sektor pertanian dan perkebunan. Di Kecamatan Sangkapura terdapat 73,79 persen dari jumlah masyarakat yang bekerja di sektor pertanian, sedangkan di Kecamatan Tambak terdapat 45,90 persen dari jumlah masyarakat yang bekerja di sektor pertanian. Pertanian yang banyak ditekuni oleh masyarakat Pulau Bawean adalah tanaman padi. Hampir semua masyarakat Pulau Bawean, khususnya di pedesaan, memiliki lahan sawah untuk tanaman padi.  

Sebagian besar penduduk Bawean bermata pencaharian sebagai petani, nelayan dan pedagang.
   

Mayoritas lahan sawah di Pulau Bawean hanya ditanami padi sekali dalam satu tahun, yaitu pada musim hujan. Hal itu karena pertanian usahatani padi mereka hanya mengandalkan irigasi tadah hujan. Pada musim hujan, sungai di Pulau Bawean melimpah, sedangkan pada musim kemarau sungai di Pulau Bawean kering. Pada musim kemarau juga tanaman padi banyak yang terkena hama tikus dan menyebabkan banyak petani yang gagal panen. Oleh sebab itu, pada musim kemarau mayoritas lahan sawah di Pulau Bawean dibiarkan begitu saja dan tidak dikelola.

Waktu yang dibutuhkan oleh petani di Pulau Bawean dari mulai aktivitas pembersihan lahan sampai dengan aktivitas penyimpanan kurang lebih 5 bulan.  Jika didasarkan pada UMR Kabupaten Gresik, yaitu Rp 4.522.030 pendapatan yang diterima oleh petani  padi di Pulau sangat rendah. Pendapatan yang diterima oleh petani padi di Pulau Bawean hampir sama dengan garis kemiskinan di Kabupaten Gresik, yaitu sebesar Rp 536.544 per bulan per kapita.

Jika petani hanya menggantungkan seluruh waktunya untuk usahatani padi maka petani hanya akan memenuhi kebutuhan pangannya saja, maka dari itu terdapat beberapa petani yang berada di Pulau Bawean memproduksi usahatani selain padi seperti kacang tanah, semangka, mentimun dan lainnya. Ada pula petani yang menjalankan pekerjaan sampingan selain berusahatani seperti berprofesi menjadi nelayan, pekerja bangunan dan juga dibantu oleh anggota keluarga lain dalam mencari hingga bekerja ke luar negeri atau bermigrasi.

Sampai saat ini faktor ekonomi dipandang sebagai faktor utama bagi seseorang yang melakukan migrasi. Faktor pendukung seseorang melakukan migrasi disebabkan oleh adanya motivasi tertentu seperti ketimpangan perkembangan ekonomi antar daerah yang akan mendorong penduduk untuk melakukan migrasi, dengan harapan di daerah baru mereka akan memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik. Faktor selanjutnya yang menyebabkan seseorang enggan untuk bekerja di sektor pertanian, yaitu sektor terkesan tradisional, kumuh dan kurang menjanjikan dari segi pendapatan. Jika pembangunan karakter muda yang tangguh dan cinta pertanian ditingkatkan, maka sektor pertanian akan menjadi salah satu sektor yang menjanjikan. 

Sampai saat ini faktor ekonomi dipandang sebagai faktor utama bagi seseorang yang melakukan migrasi.
   

Pulau Bawean, sebagai salah satu wilayah di Kabupaten Gresik, memiliki dua kecamatan, yaitu Kecamatan Tambak dan Kecamatan Sangkapura, dari dua kecamatan inilah pekerja migran berasal, lebih banyak dibandingkan kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Gresik. Pulau Bawean memiliki penduduk laki-laki yang jumlahnya hampir sama dengan jumlah penduduk perempuan, dimana sex ratio pada pulau ini adalah 100,63, yang berarti setiap 100 penduduk perempuan terdapat 100 penduduk laki-laki.

Namun masyarakat yang menetap di Pulau Bawean didominasi oleh masyarakat yang berjenis kelamin perempuan.  Hal ini dikarenakan masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki mayoritas bermigrasi ke luar negeri, khususnya pada usia produktif. Sebanyak 70 persen masyarakat Pulau Bawean yang berjenis kelamin laki-laki bekerja di luar negeri. Sejak abad 19 sampai sekarang migrasi ke luar negeri masih menjadi mata pencaharian alternatif bagi masyarakat Pulau Bawean. Hal itu tidak lain karena penghasilan di luar negeri jauh lebih menjanjikan dibandingkan di negeri sendiri. 

Proses migrasi dapat menyalurkan kelebihan tenaga kerja di pedesaan ke sektor industri modern di negara-negara lain atau negara yang memiliki daya serap tenaga kerja yang lebih tinggi daripada Indonesia. Migrasi merupakan salah satu langkah awal dari rumahtangga pedesaan untuk menyelamatkan mata pencaharian mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan ekonomi yang berubah dengan cepat. 

Provinsi Jawa Timur berada di urutan pertama dalam penempatan pekerja migran Indonesia (PMI), yaitu sebesar 43,64 persen disusul dengan Provinsi Jawa Tengah sebesar 22,34 persen, dan Provinsi Jawa Barat sebesar 13 persen. Kabupaten Gresik termasuk salah satu kabupaten dalam Provinsi Jawa Timur, yang masuk ke dalam 15 terbesar dalam jumlah data PMI menurut asal Provinsi Jawa Timur berdasarkan Kabupaten/Kota periode tahun 2017-2019 (BNP2TKI 2019). Jumlah pekerja migran Kabupaten Gresik pada tahun 2017-2019 cenderung naik.

Awal masyarakat Pulau Bawean bermigrasi adalah pada abad ke 19 dimana mereka melakukan migrasi ke Singapura.  Migrasi ke SIngapura terhenti karena ditutupnya migrasi non formal ke Singapura setelah kemerdekaan Singapura. Selanjutnya masyarakat Pulau Bawean merubah arus migrasi, yaitu ke Malaysia karena Malaysia masih membuka ruang untuk migran. Sejak dua dasawarsa terakhir, masyarakat Pulau Bawean kembali bermigrasi ke Singapura dengan bekerja di sektor pelayaran. Sampai saat ini, migrasi ke Malaysia dan Singapura masih menjadi tren masyarakat Pulau Bawean. Mayoritas masyarakat Pulau Bawean (sekitar 70%) berada di luar negeri, terutama masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki. Mereka meninggalkan anak dan istrinya di Pulau Bawean. 

Bermigrasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi.
   

Bermigrasi merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi dari bekerja ke luar negeri atau remitan yang tinggi. Kontribusi remitan bisa berkali-kali lipat dibandingkan dengan pendapatan yang petani peroleh dari bekerja sebagai petani. Hal tersebut juga dapat dilihat dari pemenuhan akan kebutuhan sekunder dan tersier masyarakat di Pulau Bawean.

Masyarakat  yang memutuskan untuk bermigrasi biasanya mampu untuk mambangun rumah mereka menggunakan batu bata sedangkan kondisi rumah warga yang memutuskan untuk bekerja di Pulau Bawean hanya terbuat dari kayu atau bambu. Oleh karena itu pemerintah perlu memperhatikan peluang lapangan pekerjaan yang tersedia di Pulau Bawean, karena sebagian besar pemuda yang berusia produktif lebih memilih untuk bermigrasi daripada bekerja di Pulau Bawean, khususnya sebagai petani. Pemerintah dapat mengadakan pelatihan-pelatihan di bidang yang pemuda sukai agar pemuda yang bingung untuk mencari pendapatan tidak langsung menjadikan migrasi sebagai pilihan utamanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat