Sejumlah petugas melakukan pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Desa Peunaga Cut Ujong, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Selasa (24/10). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/ | ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Nasional

Karhutla di Aceh Meluas

Satu helikopter disiapkan di Riau untuk water bombing

 

BANDA ACEH – Badan Penangulangan Bencana Aceh (BPBA) menyebut, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kabupaten Aceh Jaya terus meluas. Lahan yang awalnya terbakar sekitar dua hektare (ha) kini terus merambah ke sejumlah titik hingga mencapai puluhan ha.

“Lahan gambut yang terbakar kini mencapai 30 ha di (Kecamatan) Teunom, Aceh Jaya,” kata Kepala Pelaksana BPBA, Sunawardi, di Banda Aceh, Selasa (10/3).

Sunawardi mengatakan, awalnya lahan gambut hangus terbakar di kawasan Kayee Lhon, Desa Lueng Gayo, Kecamatan Teunom, Aceh Jaya, terjadi sejak Senin (9/3) sekitar pukul 10.00 WIB. Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Aceh Jaya melakukan pemadaman secara manual menggunakan dua unit pompa apung dan satu unit mobil pemadam kebakaran untuk disiagakan dari Pos Teunom.

Namun, kata dia, hingga Selasa (10/3), gumpalan asap masih membubung tinggi ke udara di kawasan terbakar. Menurut dia, situasi dan kondisi di lapangan tidak memungkinkan lantaran angin disertai asap sering berubah arah. Tim akhirnya tidak bisa bekerja maksimal karena terbatasnya peralatan, di antaranya, selang yang tidak dapat menjangkau titik api. “Lalu, alat pengamanan diri tidak memadai bagi petugas sehingga mereka berharap turunnya hujan,” kata Sunawardi.

Petugas Pusdalops BPBD Aceh Jaya Destian Yurisfan mengatakan, petugas menemui kesulitan dalam memadamkan kebakaran lahan gambut. Pihaknya memastikan, belum bisa mengetahui secara pasti penyebab kebakaran lahan gambut di Teunom yang merupakan perbatasan antara Aceh Jaya dengan Aceh Barat.

Menurut Destian, faktor kekeringan dan musim kemarau yang melanda Kabupaten Aceh Jaya diduga menjadi faktor utama terjadinya kebakaran karena lahan kering rentan terbakar.

Di Desa Babah Lueng, Kecamatan Tripa Makmur, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh, sekitar 20 ha lahan gambut milik warga juga terbakar. Ratusan personel gabungan TNI, Polri, BPBD, dinas sosial, dan warga dikerahkan ke lokasi untuk berusaha memadamkan api.

“Sebelumnya, personel Posramil Tripa Makmur, BPBD Nagan Raya, dan warga melakukan pemadaman. Akan tetapi, tidak maksimal karena kondisi lahan gambut dan cuaca panas sehingga api dengan mudah menyebabkan lahan terbakar,” kata Dandim 0116 Nagan Raya, Letkol Inf Guruh Tjahyono.

Siapkan helikopter

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menempatkan satu helikopter jenis Bell untuk membantu penanganan karhutla selama masa siaga darurat di Provinsi Riau. Direktur Pengendalian Karhutla KLHK, Basar Manulang, mengatakan, heli itu sudah ditempatkan di Riau pada pekan lalu. Heli tersebut bisa membantu operasi pemadaman dari udara (water bombing) dengan kapasitas 500-1.000 liter air.

Basar mengatakan, heli tersebut mendapat jatah jam terbang selama 100 jam. Namun, pada prinsipnya KLHK tidak membatasi berapa lama heli tersebut berada di Riau selama masih dibutuhkan. “Kalau nanti perlu kita siagakan terus di sini,” ujar dia.

Gubernur Riau Syamsuar mengatakan, Pemprov Riau dalam upaya kesiapsiagaan karhutla sudah menetapkan status siaga darurat sejak 11 Februari hingga 31 Oktober 2020. “Siaga darurat karhutla selama 240 hari,” kata Syamsuar.

Jerat pembakar lahan

Majelis hakim Pengadilan Negeri Bengkayang dalam sidang pembacaan putusan, Selasa (10/3), memutus bebas tiga peladang terdakwa kasus karhutla di Bengkayang, Kalimantan Barat. Ketua Pengadilan Negeri Bengkayang yang juga bertindak sebagai hakim ketua, Brelly Yuniar Dian Wardi Haskori, meminta ketiga terdakwa dibebaskan dari tahanan serta alat bukti seperti korek api dan parang dikembalikan kepada terdakwa.

“Keputusannya bebas. Penuntut umum mempunyai hak untuk mengajukan upaya hukum kasasi ke MA melalui pengadilan negeri Bengkayang,” ujar dia.

Direktur Jenderal Penegakan Hukum KLHK Rasio Ridho Sani mengatakan, KLHK punya sistem satelit yang dapat menjerat pembakar lahan. Sistem tersebut memiliki data yang ditransformasikan dapat menunjukkan lokasi dan asal muasal titik api secara akurat.

Dia mengatakan, berkat Sistem Center Intelligent yang sudah dibangun sejak 2016 itu, penegakan hukum terkait karhutla semakin efektif. Sistem itu juga kerap menjadi bukti di pengadilan untuk menjerat para pembakar hutan.

“Saat Gakkum KLHK mulai di bentuk 2015, kami sempat kalah pada kasus PT BMH di Pengadilan Negeri Palembang. Meski pada akhirnya kami menang di tingkat pengadilan tinggi, yang jelas kami banyak belajar setelah itu,” kata dia.

Dia tak menyangkal bahwa untuk menjerat perusahaan-perusahaan nakal yang tidak patuh dalam penanganan karhutla dibutuhkan alat bukti yang kuat. Namun, sistem satelit ini dapat melihat asal titik api sehingga perusahaan yang memiliki kewenangan atas lahan tersebut, sesuai dengan izin yang diberikan, menjadi tak dapat mengelak. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat