Staf pengajar menyiapkan observatorium saat pembelajaran ilmu Astronomi dan rukyatul hilal 1 Dzulhijjah 1440 H di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura. | Saiful Bahri/Republika

Khazanah

Awal Ramadhan 1441 H Diperkirakan Serentak

Kepastian 1 Ramadhan tetap menunggu sidang itsbat pada 23 April

 

JAKARTA -  Umat Islam di Indonesia diperkirakan mengawali puasa Ramadhan tahun ini secara serentak, yakni pada 24 April 2020. 

"Dengan kriteria wujudul hilal yang digunakan Muhammadiyah dan kriteria tinggi bulan 2 derajat yang digunakan Nahdlatul Ulama (NU) dan pemerintah, maka awal Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha 1441 Hijriyah, Insya Allah seragam (24 April 2020)," kata Anggota Badan Hisab Rukyat (BHR) Kementerian Agama (Kemenag) Thomas Djamaluddin melalui pesan singkat kepada Republika, Senin (9/3).

 Thomas menerangkan, posisi bulan pada 23 April 2020 atau 29 Sya'ban 1441 H di seluruh wilayah Indonesia secara umum sudah di atas ufuk. Hal itulah yang menjadi dasar bagi Muhammadiyah untuk menetapkan 1 Ramadhan 1441 H jatuh pada 24 April.

"Kalau NU (Nahdlatul Ulama) dan kriteria yang digunakan oleh pemerintah, yaitu ketinggian bulan minimal 2 derajat. Dan, ketinggian bulan pada 23 April sudah lebih dari 2 derajat," kata profesor riset astronomi-astrofisika pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) ini. 

Karena itu, menurut Thomas, kalangan ormas Islam, terutama Muhammadiyah dan NU, akan sepakat 1 Ramadhan 1441 H jatuh pada 24 April 2020. Meski demikian, kepastian mengenai penetapan 1 Ramadhan tetap menunggu sidang itsbat pada 23 April 2020.

Sementara itu, lanjut Thomas, bila merujuk pada kriteria internasional dan usulan Rekomendasi Jakarta 2017, ketinggian bulan minimal 2 derajat itu belum memenuhi syarat untuk terlihatnya hilal. Ketinggian bulan berdasarkan kriteria internasional dan Rekomendasi Jakarta 2017, yakni minimal 3 derajat dan elongasi (jarak bulan dan matahari) minimal 6,4 derajat.

Berdasarkan kriteria tersebut, Thomas mengatakan, sebetulnya ada peluang awal Ramadhan jatuh pada 25 April. 

"Tapi, kita mengacu pada kriteria yang selama ini digunakan di Indonesia, Insya Allah semuanya akan seragam, 24 April," tutur dia.

Thomas mengakui, ada ormas Islam yang menggunakan kriteria internasional tersebut dan mencantumkan 1 Ramadhan 1441 H jatuh pada 25 April. Terkait hal itu, ia pun mengingatkan, ketika terjadi perbedaan awal Ramadhan,  sebaiknya mengikuti keputusuan pemerintah yang nantinya akan ditetapkan pada sidang itsbat.

Sebelumnya, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan 1 Ramadan 1441 H jatuh pada Jumat kliwon yang bertepatan pada 24 April 2020. Keputusan ini disampaikan melalui Maklumat PP Muhammadiyah Nomor  01/MLM/I.0/E/2020 tentang Penetapan Hasil Hisab Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah 1441 H, yang dikeluarkan pada 25 Februari 2020.

Muhammadiyah juga menetapkan Idul Fitri atau 1 Syawal 1441 H jatuh pada 24 Mei 2020. Keputusan ini diambil berdasarkan hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Nahdlatul Ulama (NU) juga memperkirakan 1 Ramadhan 1441 H akan jatuh pada 24 April 2020. Wakil Ketua Lembaga Falakiyah (LF) PBNU KH Sirril Wafa mengatakan, dalam kalender NU, awal Ramadhan memang pada tanggal 24 April 2020, dengan keterangan, ijtimak atau konjungsi antara bulan dan matahari di akhir Sya'ban terjadi pada 23 April pukul 09.30.

Ijtimak adalah tanda berakhirnya siklus bulan qamariyah. "Artinya ada jeda waktu yang cukup lama antara ijtimak sampai Maghrib, sehingga memungkinkan bulan ada di atas ufuk ketika matahari terbenam," tutur dia kepada Republika, Senin (9/3).

Berdasarkan perhitungan tersebut, Sirril menyampaikan, ketinggian bulan pada 23 April waktu Maghrib sudah lebih dari 3 derajat untuk wilayah Pulau Jawa. Kondisi ini dianggap sudah cukup tinggi dan memenuhi kriteria yang digunakan Kemenag. 

Karena itu, ia optimistis, pemantauan hilal atau rukyat akan berhasil. Dalam hal ini, LF PBNU telah menyiapkan 100  titik pengamatan hilal di seluruh wilayah Indonesia. Meski sudah ada perhitungan penentuan awal Ramadhan, mekanisme di NU tetap mengacu pada hasil rukyat atau pemantauan hilal secara langsung.

"Di NU, penentuan awal waktu terkait ibadah tunduk pada nash-nash/ agama. Ilmu-ilmu yang menyangkut kealaman, seperti astronomi itu untuk membantu. Meski sudah ada perhitungan dari dulu, mekanisme di NU menggunakan kaidah rukyatul hilal atau pemantauan hilal, atau observasi hilal di akhir Sya’ban, jadi tetap menunggu hasil rukyat.’’ n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat