
Teraju
Dari Dunia Islam untuk Eropa
Kopi pertama kali digunakan dan dibudidayakan di Yaman.
Oleh SIWI TRI PUJI B
Coffee, kopi dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Turki, kahveh. Kopi memang diimpor Eropa dari wilayah-wilayah yang dikuasai Bani Usmaniyah di utara jazirah Arab dan Afrika bagian selatan. Kata kahveh merujuk pada qahwah, kopi dalam bahasa Arab.
Cendekiawan Muslim Abad Pertengahan, Al-Razi, menyebut kopi dengan istilah bunn, saat mendeskripsikan tentang sifat obat kopi. Ia menyebutnya sebagai bunchum, bagus untuk perut. Tak lama setelah dia, sekitar 1000, Ibnu Sina juga menyebut bunchum mampu menjaga kesehatan organ tubuh, membersihkan kulit, dan memberikan aroma yang sangat baik untuk seluruh tubuh.
Kopi, merujuk pada tulisan Ukers, ditemukan pada tahun 750 oleh seorang gembala Arab, bernama Khalid. Pemuda yang tinggal di Ethiopia mengamati perubahan perilaku pada kambingnya saat makan dari semak-semak tertentu. Semak itu dikenal sebagai pohon kopi. Kisah ini diulang secara luas dan diterima oleh sebagian besar sejarawan.
Orang Yaman merebusnya, menciptakan minuman al-qahwa yang terkenal.
Kopi pertama kali digunakan dan dibudidayakan di Yaman. Alih-alih memanggang lalu menumbuknya, orang Yaman merebusnya, menciptakan minuman al-qahwa yang terkenal. Ada juga konsensus bahwa pengguna pertama kopi adalah para Sufi yang menggunakannya sebagai stimulan untuk tetap terjaga selama berdzikir di sepertiga malam terakhir.
Kopi dengan cepat berkembang pada era kekuasaan Bani Usmaniyah di Turki. Budaya kedai kopi merebak. Seorang pengelana dari Inggris bernama Charles Mac Farlane, mencatat pada masa pemerintahan Mahmud II di Istanbul, "Orang-orang Turki tidak bisa hidup tanpa kopi," tulisnya.
Kesimpulannya merujuk pada kebiasaan sosial yang ditimbulkan oleh meluasnya konsumsi kopi kota-kota wilayah kekuasaan Usmaniyah. Orang-orang tanpa membedakan pangkat- pejabat pemerintah, pedagang dan pengrajin, yang saleh dan yang profan- biasa berbincang di kedai-kedai kopi. Di sini, kopi memediasi pengembangan desain sosial di mana setiap orang dapat berkontribusi pengetahuan dan pengalamannya sendiri. Kopi bak meletakkan dasar-dasar model masyarakat sipil baru yang didasarkan pada sosialisasi.
Dari Turki, kopi mulai menyebar ke penjuru Eropa. Sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa kopi tiba di Eropa melalui tautan Italia. Perdagangan aktif antara para saudagar Venesia dengan koleganya saudagar dari Afrika Utara, Mesir, dan Timur mengangkut aneka komoditas dari dunia Islam termasuk kopi ke pelabuhan Eropa terkemuka. Setelah menemukan rasa kopi, pedagang Venesia diyakinkan tentang potensi komersialnya dan kemudian memulai impornya setelah 1570.
Dari Turki, kopi mulai menyebar ke penjuru Eropa.
Seperti halnya sebuah budaya baru, orang kaya adalah orang pertama yang menikmati minuman ini. Pada tahap selanjutnya, kopi dijual di pasar Venesia akhirnya menjadi tersedia secara luas untuk masyarakat umum.
Rumah kopi pertama di Venesia dibuka pada tahun 1645. Pada tahun 1763, Venesia memiliki tidak kurang dari 218 outlet kopi. Akhirnya, kopi menjadi objek perdagangan antara Venesia dan Amalfi, Turin, Genoa, Milan, Florence dan Roma. Dari sanalah kopi ditransmisikan ke seluruh Eropa.
Selain melalui jalur perdagangan, budaya kopi juga ditularkan ke Eropa melalui saluran diplomatik. Gian Francesco Morosini, duta besar Republik Venesia untuk Kesultanan Usmaniyah pada 1582 selalu dijamu dengan kopi. Pada gilirannya, ia menjamu kolega-koleganya dengan minuman ini.
Seperti banyak barang yang diimpor dari dunia Islam, kopi pada awalnya ditolak oleh lembaga keagamaan. Paus Klemens VIII (1536-1605) bahkan didesak untuk melarangnya. Namun setelah mencicipinya, Paus menyetujui dan malah memberkatinya. Persetujuan ini memberi lampu hijau untuk konsumsi minuman ini dan membuka pintu bagi kopi untuk menjangkau semua rumah di Eropa.
Disadur dari Harian Republika Edisi Selasa, 10 Desember 2019.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.