ILUSTRASI Pada zaman Nabi Muhammad SAW, Ashim bin Tsabit merupakan seorang sahabat yang memiliki daya juang menakjubkan. | DOK PXHERE

Kisah

Kisah Sang Pejuang, Ashim bin Tsabit

Allah mengirimkan kawanan lebah untuk menjaga jasad Ashim bin Tsabit dari tangan-tangan musyrikin.

Dalam sejarah Islam, Perang Uhud yang terjadi pada 15 Syawal tahun ketiga Hijriah--sekitar Maret 625 Masehi--merupakan sebuah peristiwa yang amat membekas. Sebab, inilah satu-satunya pertempuran yang di dalamnya pasukan Muslimin mengalami kekalahan. Bahkan, Nabi Muhammad SAW sendiri mendapat luka-luka yang cukup parah.

Kebencian kaum musyrikin Quraisy terhadap Rasulullah SAW dan umat Islam memang kian mengeras sejak kekalahan mereka dalam Perang Badar, tahun kedua Hijriyah. Maka, bagi orang-orang kafir ini, Perang Uhud adalah ajang balas dendam. Dan, salah seorang pendendam itu adalah Sulafah binti Sa’ad.

Wanita musyrik tersebut kehilangan putra kesayangannya, yang tewas dalam Perang Badar. Dari berbagai informasi yang diperolehnya, ia memastikan. Sosok yang telah mengakhiri nyawa anaknya itu adalah Ashim bin Tsabit.

Beberapa pekan menjelang Perang Uhud, perempuan itu mengadakan sayembara. Siapapun yang dapat membunuh Ashim, orang itu akan diberinya hadiah dalam jumlah besar. Apabila seorang budak yang melakukannya, ia akan dimerdekakan.

Banyak orang Makkah yang tertarik akan tawaran Sulafah. Ketika Perang Uhud akhirnya terjadi, tidak sedikit prajurit musyrikin yang sengaja mencari-cari kesempatan untuk menemukan Ashim dan membunuhnya. Akan tetapi, sahabat Rasul SAW itu memiliki kemampuan bertarung yang di atas rata-rata.

photo
Jabal Uhud di Arab Saudi. Di tempat ini, dahulu banyak sahabat yang gugur dalam berjihad. - (DOK ANTARA ZARQONI)

Dari Pertempuran Uhud, tidak kurang dari 70 orang Islam gugur sebagai syuhada. Banyak lagi di antara Muslimin yang luka-luka. Bahkan, Rasulullah SAW pun mengalami luka, yakni gigi gerahamnya patah serta bibirnya sobek.

Adapun Ashim bin Tsabit termasuk yang mengalami luka-luka ringan. Ia berhasil mengatasi serangan-balik para prajurit musyrik.

“Itu soal yang tidak perlu diherankan. Bukankah Rasulullah SAW pernah mengingatkan, ‘siapa yang hendak berperang, maka berperanglah seperti Ashim,” kata seseorang memuji kemampuan tempur Ashim.

Ashim pernah mengungkapkan kepada Nabi SAW tentang caranya bertempur. “Jika musuh berada di hadapanku seratus hasta, akanku panah dia. Jika musuh mendekat dalam jarak tikaman lembing, aku bertanding dengan lembing sampai senjatanya itu patah. Namun jika lembingku patah, kuhunus pedangku, dan kulawan ia sampai titik darah penghabisan.”

***

Tidak berapa lama usai Perang Uhud, Rasulullah SAW memilih enam orang sahabat untuk melaksanakan suatu tugas penting. Di antara mereka, Ashim bin Tsabit dipilih sebagai pemimpinnya oleh beliau. Berangkatlah mereka sesuai dengan penugasan dari Nabi SAW.

Di rute yang menuju Makkah, keenam sahabat tersebut dicegat kelompok Bani Hudzail. Orang-orang kabilah itu memusuhi Rasulullah SAW. “Kalian tidak akan mampu melawan kami!” seru kaum kafir itu.

Sejenak, Ashim menoleh pada kawan-kawannya. Para sahabat itu memahami isyarat ini. “Demi Allah, kita akan terus berjuang,” kata mereka.

Maka dengan berucap takbir, Ashim pun memimpin kelima kawannya itu. Dalam kontak senjata itu, orang-orang Hudzail unggul dalam kuantitas. Bagaimanapun, kaum musyrik itu tetap saja kerepotan oleh kehebatan dan ketangguhan para Muslimin ini.

Di tengah pertempuran, Ashim menggumamkan doa, “Ya Allah, aku memelihara agama-Mu dan bertempur karenanya. Maka lindungilah jasadku. Jangan biarkan seorang pun dari musuh-musuh-Mu menjamah.”

 

 
Ya Allah, aku memelihara agama-Mu dan bertempur karenanya. Maka lindungilah jasadku. Jangan biarkan seorang pun dari musuh-musuh-Mu menjamah.

 

Tiga orang sahabat Nabi SAW gugur. Adapun ketiga orang lainnya ditawan oleh kabilah kafir ini. Awalnya, para pemuka Hudzail tidak mengetahui bahwa di antara para korban adalah Ashim bin Tsabit. Begitu menyadari hal tersebut, mereka girang bukan kepalang. Teringat pada sayembara yang diadakan si wanita musyrik, Sulafah binti Sa’ad.

Seorang dari kelompok itu lalu dikirim ke Makkah guna menemui langsung Sulafah. Beberapa waktu kemudian, utusan itu datang lagi ke lokasi untuk mengabarkan, wanita tersebut ingin mereka membawa kepala Ashim kepadanya sebagai bukti.

Langsung saja, pemimpin kaum Hudzail menyuruh para bawahannya untuk memisahkan kepala Ashim dari jasad. Namun, Allah berkehendak. Tiba-tiba, ratusan lebah berdatangan dan menghalangi mereka. Orang-orang musyrik itu pun terhalang dari jenazah sang syuhada.

Ketika mereka hendak menghampiri tubuh Ashim yang telah menjadi mayat, serangga itu terbang menyerang. Banyak di antaranya yang menggigiti muka, mata, dan kening mereka. Berulang kali mencoba, sia-sia upaya mereka.

“Biarkanlah dahulu sampai malam. Biasanya bila malam, mereka terbang menjauh,” kata seseorang.

Mereka pun menanti hingga lewat tengah malam. Saat orang-orang musyrik itu hendak meraih jenazah Ashim, tiba-tiba hujan turun dengan amat deras. Kilat dan petir juga sahut-bersahutan.

photo
ILUSTRASI Sekawanan lebah dikisahkan pernah menjaga jasad Ashim bin Tsabit dari tangan-tangan kaum musyrikin. - (DOK PXHERE)

Dengan cepat, air banjir mengalir dari tebing-tebing, memenuhi sungai-sungai, dan menutup permukaan lembah tempat jenazah sang syahid berada. Usai waktu subuh, kaum Hudzail kembali mencari tubuh Ashim di segala penjuru. Namun, usaha mereka sia-sia.

Rupanya banjir telah menghanyutkan mayat Ashim tanpa diketahui ke mana perginya. Allah SWT memperkenankan doa sang sahabat Nabi SAW. Jenazahnya tidak disentuh tangan-tangan kotor kaum kafir.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

UMKM yang Terlibat Ekspor Masih Minim

Perluasan pasar ekspor UMKM berkolerasi terhadap kualitas produk.

SELENGKAPNYA

Pemerintah Hitung Ulang Subsidi Energi

Revisi Perpres terkait penyaluran subsidi energi tak kunjung rampung.

SELENGKAPNYA

Ketika Hidayah Datang di Turki

Emile Zehnder tertarik pada Islam usai merasakan hangatnya ukhuwah Islamiyah di Turki.

SELENGKAPNYA