Pemanjat berlatih di tebing batuan Gunung Api Purba Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta. | Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO

Safari

Nglanggeran, Aku Datang …

Ingatan saya terbang ke film serial berjudul Land of The Giants.

Desa Nglanggeran hanya berjarak sekitar 26 kilometer dari Kota Yogyakarta. Tak lebih 45 menit yang saya butuhkan dari Kota Gudeg untuk sampai di desa ini.

Tiba di Desa Ngoro Oro, tepatnya di kompleks pemancar transmisi sejumlah stasiun televisi swasta nasional, jajaran Gunung Api Purba Nglanggeran sudah terlihat. Tepatnya di sebelah kanan saya.

Bentangannya begitu jelas meski kabut menyelimuti beberapa puncaknya. Sementara, pemandangan Kota Klaten menjadi daya tarik saat saya menebar pandangan ke sebelah kiri.

Hampir sepanjang perjalanan sepanjang tujuh kilometer—dari pos PJR Induk Patuk menuju Nglanggeran—saya benar-benar menikmati kesejukan suasana pedesaan. Hamparan persawahan dengan terasering pun menyuguhkan relief-relief indah paras. buana.

photo
Pemanjat berlatih di tebing batuan Gunung Api Purba Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta. - (Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO)

Batuan besar

Tiba di kawasan loket pembayaran—yang berada di jalan utama Ngoro Oro-Sambi Pitu—saya disambut Heru Purwanto (26 tahun) dan Ketua Karangtaruna setempat, Suranto (34), kawan yang juga salah satu pengurus pengelola ekowisata kawasan Gunung Api Purba ini.

Sesaat terlibat dalam perbincangan hangat dengan mereka. Saya tak sabar untuk menikmati pemandangan menakjubkan yang telah tersuguh di depan mata. Dinding batu puncak Bagong yang kekar begitu mengusik saya untuk segera membuka kamera.

Di bawahnya onggokan bebatuan berukuran begitu besar, seperti terserak di depan mata. Pendopo joglo Songbanyu—yang juga berfungsi sebagai gerbang jalur utama pendakian—berada di antara tanggul dan sebuah batu berukuran sekira tiga kali bangunan rumah tipe 45.

Begitu besar ukuran bebatuan ini, membawa ingatan saya melayang pada film serial berjudul Land of The Giants, sebuah film seri yang sangat populer di layar kaca tahun 1980-an. Kami begitu mungil di antara bebatuan besar itu.

photo
Peserta mengikuti uji kompetensi pemandu wisata panjat tebing di Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, DI Yogyakarta. - (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Historis

Heru menuturkan, kawasan Gunung Api Purba Nglanggeran ini merupakan kawasan yang litologinya disusun oleh material vulkanik tua. Bentang alamnya yang mencapai luas 480 ribu meter persegi ini memiliki keindahan yang secara geologi sangat unik dan bernilai ilmiah tinggi.

Menurutnya, peneliti geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Pembangunan Nasional Yogyakarta pernah melakukan studi di situs ini. Dari penelitian Kalium-Argon dating disimpulkan, Gunung Nglanggeran pernah aktif sekitar 60 hingga 70 juta tahun silam.

Kini bukti dari proses geologi itu menyisakan fragmen-fragmen bebatuan purba yang dapat dinikmati keindahannya. Tentunya untuk aktivitas wisata minat khusus luar ruangan. “Seperti, trekking, camping, bahkan untuk olahraga panjat tebing,” ujarnya.

Gunung Nglanggeran yang berada pada ketinggian antara 200-700 meter dari permukaan laut (mdpl) ini menawarkan keindahan pemandangan dan tantangan untuk menaklukkan batu-batu besar hingga laboratorium penelitian geologi berikut ekosistemnya.

photo
Wisatawan mengunjungi Desa Wisata Nglanggeran di Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Minggu (7/2/2021). - (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Mitologi wayang

Masyarakat sekitar menganggap Gunung Api Purba Nglanggeran terdiri atas jajaran sejumlah puncak gunung batu yang memiliki nilai historis dan mitologi.

Heru menuturkan, jajaran gunung api purba berupa beberapa gunung, seperti Gunung Bagong, Gunung Kelir, Gunung Gedhe, Gunung Bongos, Gunung Blencong, Gunung Buchu, serta Gunung Lima Jari.

Gunung Bagong berada pada jajaran paling utara. Bentuknya seperti punggung Bagong, anak bungsu Semar, tokoh punakawan pada cerita pewayangan. “Gunung ini sangat direkomendasikan sebagai lokasi untuk menikmati sunset. Termasuk, pemandangan alam, permukiman, persawahan, serta bukit Ngoro Oro,” kata Heru.

Gunung Kelir bentuknya menyerupai kelir atau kain lebar pada latar belakang pagelaran wayang kulit. Mitos yang berkembang, gunung ini tempat tinggal Raden Ongko Wijoyo dan Punakawan.

photo
Petani menggarap lahan di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta. - (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

Sedangkan, Gunung Gedhe memiliki kekhususan sebagai gunung batu terbesar dan  tertinggi dari Gunung Api Purba Nglanggeran. Para pendaki sering menggunakan tempat ini sebagai tempat istirahat dan berkemah.

Pemandangan yang luas akan terlihat dari puncak tertinggi karena posisi yang sangat strategis di tengah-tengah Gunung Nglanggeran.

Lokasinya menjadi tempat paling tepat bagi para fotografer untuk bisa mengabadikan keindahan pemandangan Kota Wonosari dan jajaran Pegunungan Sewu. Bahkan, hingga sebagian Kota Klaten. Dari puncak Gunung Gedhe ini, jajaran gunung di Jawa Tengah juga akan dapat dinikmati.

Gunung Bongos, kata Heru, berarti tempat untuk meletakkan blencong atau penerangan pada pagelaran wayang kulit. Gunung ini memiliki keunikan berwarna hitam menyerupai arang.

Gunung Blencong yang berarti lampu penerang pagelaran wayang kulit berada di dekat Gunung Bongos. Menurut Mbah Jono (64), salah seorang warga, gunung tersebut berbentuk mirip blencong. Dalam mitologi warga merupakan penerangan Kiai Ongko Wijoyo saat berkumpul dengan para Punakawan.

photo
Pengunjung menikmati pemandangan Embung Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta, Senin (15/7/2019). - (Republika/ Wihdan)

Heru menambahkan, Gunung Buchu merupakan gunung batu yang memiliki bentuk berbeda dibandingkan dengan gunung lainnya. Yakni, cenderung lancip dan memiliki warna batu yang berbeda.

Berhubung di sana terdapat sumber air sebesar “dandang” maka gunung tersebut tertanam di tempat yang namanya Sedandang. Ada yang menyebut gunung ini merupakan bukti kawah purba yang masih tersisa. Namun, geolog menyebut tak ditemukan jejak kawah purba di tempat itu, yang ada adalah sisa tubuh dari gunung api.

Bentuknya yang cenderung menjulang menjadi lokasi ideal untuk olahraga panjat tebing. “Sampai saat ini sudah ada tiga penakluk gunung itu dengan membuat tiga jalur panjat dan menancapkan bendera di puncak Gunung Buchu,” ujarnya.

Sedangkan Gunung Lima Jari, Heru melanjutkan, bentuknya sangat mirip dengan lima jari tangan manusia sebelah kiri yang sedikit ditekuk dengan telapak tangan menghadap ke atas. Ibu jarinya adalah Gunung Buchu.

Selain jajaran gunung batu, masih ada tempat-tempat yang dipercaya di kawasan Gunung Api Purba ini. Di antaranya, Tlogo Wungu, Tlogo Mardhido, Talang Kencono, serta Pemean Gadhung. “Meski tak kasat mata, warga sangat memercayainya,” ujarnya.  

photo
Pengunjung menikmati pemandangan Embung Nglanggeran, Gunungkidul, Yogyakarta, Senin (15/7/2019). - (Republika/ Wihdan)

Dia Gunung Api

Di wilayah paling timur dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini, sedikitnya ada 10 situs yang telah diakui dan ditetapkan sebagai kawasan Geopark Nasional Gunungsewu. 

Situs Gunung Api Purba Nglanggeran membentang di wilayah Dusun Nglanggeran Wetan, Nglanggeran Kulon, dan Dusun Gunung Butak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul.     

Eko Teguh Paripurno, geolog dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Yogyakarta, menyebut formasi Nglanggeran terentang dari Patuk hingga Pacitan. Sementara, yang kini populer disebut sebagai Gunung Api Purba Nglanggeran adalah awalnya lokasi tipe formasi. “Yang paling  baik diamati,” katanya.

Gunung Api Purba Nglanggeran adalah fosil gunung api darat. Sebab, di lokasi itu terdapat batuan lava, batuan breksi yang kecil hingga sejengkal dengan bentuk agak menyudut, dan batuan piroklastik (bongkahan batuan kecil kerikil dan kerakal).

photo
Pemanjat berlatih di tebing batuan Gunung Api Purba Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, DI Yogyakarta. - (Hendra Nurdiyansyah/ANTARA FOTO)

Di titik itu betul-betul berisi batuan vulkanik. Gunung tersebut terbentuk dari batuan vulkanik berupa batuan breksi, piroklastik hasil erupsi, dan lava yang diendapkan lingkungan darat. “Kehadiran lava dan piroklastik merupakan cermin di lokasi tersebut merupakan tipikal gunung api tipe strato yang lazim hadir di Indonesia,” katanya.

Warna gunung api, menurut Eko, adalah abu-abu. Hanya saja, perbedaan gradasi bisa terjadi. Bila bongkahan batu besarnya lebih banyak, biasanya gunung terlihat berwarna lebih gelap.

Dua Jalan Menuju Nglanggeran

“Lokasi Gunung Api Purba Nglanggeran dapat dicapai melalui jalan Yogyakarta-Wonosari ke arah Wonosari, melewati Bukit Patuk atau Bukit Bintang.

Dari Bukit Bintang depan markas Patroli Jalan Raya (PJR) Utama Patuk belok kiri sampai Puskesmas Patuk II (Puskesmas Tawang). Selanjutnya, ambil belokan ke kanan, dan sampailah di Desa Nglanggeran.”

photo
Pemanjat melakukan pemanjatan di jalur multi pitch tebing Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Selasa (20/10/2020). - (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah)

“Jika dari arah Wonosari, perjalanan melewati jalur utama Wonosari- Yogyakarta sampai di Bundaran Sambipitu. Ambillah belokan ke kanan. Jangan terkecoh untuk mencapai gunung api purba dari belokan ini. Ambillah arah Dusun Bubung, bukan arah Desa Nglegi. Dari Bundaran Sambipitu, Desa Nglanggeran hanya berjarak sekitar empat kilometer.” 

Disadur dari Harian Republika edisi 16 Juni 2013 dengan reportase dan Bowo S Pribadi

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Senja di Pantai WTC

Penduduk Raja Ampat memang heterogen.

SELENGKAPNYA

Teluk Kabui yang Menakjubkan

Pulau-pulau karang besar dan kecil seolah begitu saja menyembul dari dalam laut.

SELENGKAPNYA

Sepercik Damai di Waiwo

Ikan-ikan mendekat, seakan tak takut ditangkap. Mereka tak takut akan kehadiran pengunjung.

SELENGKAPNYA