
Ekonomi
Impor Beras Dipercepat
Bapanas menargetkan CBP di akhir tahun dapat terjaga di angka 1,2 juta ton.
JAKARTA -- Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mendorong percepatan realisasi impor beras untuk menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) tetap aman sesuai target pemerintah. Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, percepatan realisasi importasi beras ini dilakukan secara terukur untuk memastikan ketersediaan beras aman untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya masyarakat berpendapatan rendah.
“Jadi, hari ini kita lakukan importasi, tapi importasi yang terukur karena tetap menjaga harga di tingkat petani berada di atas biaya produksi dan margin petani. Harga di tingkat petani jangan sampai jatuh sehingga petani tetap semangat berproduksi,” ujar Arief dalam siaran persnya, Senin (13/11/2023).
Percepatan realisasi importasi terus digenjot Perum Bulog dengan memperbanyak destinasi pelabuhan penerima. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, pihaknya berkoordinasi dengan Pelindo yang melayani tiga shift atau 24 jam sehingga mampu mempercepat layanan bongkar pada kapal beras dimaksud.

“Untuk percepatan realisasi impor beras ini kita langsung tujukan kepada 28 pelabuhan penerima di seluruh Indonesia. Tadinya hanya 17 pelabuhan, tapi dalam rangka percepatan, kita tambah 11 pelabuhan lagi jadi total ada 28 pelabuhan penerima,” ujar Budi Waseso.
Arief menambahkan, importasi yang dilakukan pemerintah hanya untuk pemenuhan stok CBP yang harus dimiliki oleh Perum Bulog dalam mengamankan stabilitas pasokan dan harga beras. Ia pun menegaskan penggunaan CBP hanya diperuntukan ke program-program pemerintah dalam rangka intervensi pasar dan bantuan ke masyarakat.
“Cadangan beras kita pastikan harus di atas 1 juta ton secured. Ini nomor satu ketersediaan dulu. Kalau harga di hilir tentunya kita tekan dengan upaya Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Sesuai dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo, program bantuan pangan beras ini juga diperpanjang dari hingga Desember 2023 dan nanti di tahun depan juga kita akan siapkan untuk bantuan pangannya hingga Juni 2024,” ujar Arief.
Perkembangan stok CBP yang ada saat ini tercatat di angka 1,3 juta ton. Per 13 November, sumber pengadaan CBP yang bersumber dari dalam negeri sejumlah 912,5 ribu ton.
Adapun total CBP yang telah disalurkan telah capai 2,1 juta ton dalam berbagai bentuk program, antara lain, SPHP 885 ribu ton, bantuan pangan beras tahap pertama 640 ribu ton, bantuan pangan beras tahap kedua 537 ribu ton, golongan anggaran 69 ribu ton, dan tanggap darurat 2,3 ribu ton.
“Sekali lagi, tugas NFA itu adalah melakukan kalkulasi kebutuhan stok nasional secara komprehensif dan memastikan ketersediaan telah tercukupi atau diperlukan pasokan dari sumber lainnya. Lalu, apabila terlihat ada gejolak harga di masyarakat, kita terus gelontorkan stok dalam bentuk intervensi pemerintah dan bantuan pangan beras guna menekan harga,” kata Arief.

Bapanas menargetkan CBP di akhir tahun dapat terjaga di angka 1,2 juta ton. Bapanas juga akan menyiapkan langkah untuk menyerap hasil dalam negeri pada saat panen raya yang kemungkinan terjadi pada Mei dan Juni tahun depan. “Ini karena produksi dalam negeri harus menjadi nomor satu untuk penguatan ketersediaan stok,” ujar Arief.
Adanya kemungkinan mundurnya masa panen raya yang menjadi pada Mei dan Juni tersebut disebabkan masa tanam yang terlambat akibat kemarau. Namun, ia mengaku tetap optimis produksi dalam negeri dapat memperkuat CBP.
“Di kawasan ASEAN, memang produksi beras Indonesia termasuk yang terbesar. Akan tetapi, yang harus kita kejar itu adalah gap antara produksi dan konsumsi. Gap kita tahun 2022 sekitar 1,3 juta ton. Kalau dengan kebutuhan konsumsi nasional tahun ini sekitar 30 juta ton, sebaiknya produksi dalam negeri terus kita genjot,” kata kepala NFA.
Menukil data USDA (The U.S. Department of Agriculture) tahun 2022, Indonesia termasuk produsen beras terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Bangladesh. Produksi beras Indonesia pada 2022 tercatat sebesar 31,5 juta ton, sementara konsumsi selama 2022 sebesar 30,1 juta ton. Dengan ini masih ada gap surplus antara produksi dan konsumsi di 1,3 juta ton.

Saat ini, situasi harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) menunjukkan adanya tren penurunan. Pada 1 Oktober, misalnya, harga beras medium (IR 64 III) berada di angka Rp 11.331 per kg. Harga kemudian mengalami penurunan pada harga per 9 November yang tercatat berada di level Rp 10.999 per kg dengan jumlah stok beras sebesar 32.047 ton.
Pantauan harga beras di tingkat konsumen sesuai Panel Harga Pangan NFA juga terlihat tren penurunan harga. Pada 1 Oktober, harga rata-rata semua provinsi untuk beras medium berada di angka Rp 13.220 per kg. Harga kemudian turun pada 12 November menjadi Rp 13.170 per kg.
Sementara itu, Menteri Pertanian Amran Sulaiman meminta tambahan anggaran untuk tahun ini dan tahun depan sebesar Rp 5,83 triliun untuk mempercepat masa tanam. Hal ini dilakukan untuk memitigasi penurunan produksi beras nasional imbas El Nino.
"Persoalan cuaca, seperti El Nino, kondisi geopolitik membuat produksi beras nasional kita menjadi menurun. Tahun ini saja hanya 30 juta ton hingga akhirnya kita butuh impor 3,5 juta ton," kata Amran di Komisi IV DPR RI, Senin (13/11/2023).
Amran pun mengatakan perlu ada langkah percepatan masa tanam dan penguatan kepada petani agar bisa memitigasi penurunan produksi pada tahun depan.

Menurut Amran, tahun depan jika tidak ada upaya percepatan tanam, produksi tidak akan naik dan akan berpotensi menambah impor hingga 5 juta ton.
"Padahal kebutuhan beras tahun depan diprediksi akan terus naik hingga 31 juta ton," ujar Amran.
Salah satu refocusing anggaran yang diminta Amran adalah sebesar Rp 934 miliar untuk ditjen tanaman pangan untuk penyediaan bibit benih padi dan jagung.
"Recofusing anggaran, untuk mendukung percepatan tanam untuk meningkatkan produksi beras dan jagung," kata Amran.
Jika diakumulasikan hingga tahun 2024, tambahan alokasi anggaran yang dibutuhkan sebesar Rp 5,83 triliun untuk optimalisasi lahan rawan, insentif dan bimbingan teknis guna percepatan masa tanam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.