Hikmah
Musailamah Sang Pendusta
Musailamah bin Habib memperoleh julukan al-Kadzab karena dia seorang pembohong atau pendusta.
Oleh AUNUR ROFIQ
Musailamah al-Kadzab mengaku dirinya sebagai nabi pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup. Awalnya, ia pemeluk Islam dari Yamamah di Jazirah Arab, yang dikenal sebagai orang yang memiliki sifat lemah lembut dalam bertutur, pandai bicara, dan menarik simpati.
Bahkan di lingkungan sekitarnya, Musailamah al-Kadzab didukung oleh Bani Hanifah dan memiliki pengaruh cukup besar. Karena klaimnya sebagai nabi, Musailamah al-Kadzab terlibat dalam Pertempuran Yamamah bersama pasukan Amirul Mukminin Abu Bakar dan tewas di tangan Wahsyi bin Harb.
Wahsyi telah mendapat hidayah sehingga dia menyatakan keimanannya. Dia yang menewaskan paman Nabi SAW, yaitu Hamzah. Adapun Musailamah bin Habib memperoleh julukan al-Kadzab karena dia seorang pembohong atau pendusta.
Musailamah bin Habib memperoleh julukan al-Kadzab karena dia seorang pembohong atau pendusta.
Perkembangan pengikut Musailamah makin hari makin besar. Dengan kepercayaan diri, dia membuat kitab dengan harapan ada legitimasi. Namun para ahli seni menilai kitab tersebut tidak mempunyai nilai seni.
Ajaran Musailamah al-Kadzab semakin berkembang hingga Nabi Muhammad SAW wafat pada 632 H. Selepas Nabi Muhammad SAW wafat, Musailamah dan pengikutnya makin membuat tidak menyenangkan pemimpin Islam di Madinah yang dipimpin oleh Amirul Mukminin Abu Bakar. Bahkan Musailamah menyerukan akan memerangi Madinah, yang saat itu menjadi pusat pemerintahan Islam.
Menanggapi hal itu, Amirul Mukminin Abu Bakar kemudian mengutus panglima perangnya, Khalid bin Walid, beserta pasukannya untuk menumpas Musailamah dan pengikutnya.
Rasulullah SAW bersabda, "Seorang hamba yang senantiasa berdusta dan terbiasa berdusta, akhirnya dicap di sisi Allah SWT sebagai pendusta.”
Kemudian Nabi SAW melanjutkan, "Celakalah bagi orang-orang yang berbicara, kemudian dia berdusta, kemudian dia ditertawakan oleh manusia. Celakalah dia. Celakalah dia."
Seseorang bertanya pada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, mungkinkah seorang Mukmin itu berzina? Mungkinkah seorang Mukmin itu mencuri?"
Rasulullah SAW menjawab, "Kadang-kadang bisa terjadi hal yang demikian itu (berzina dan mencuri).”
Kemudian Rasulullah ditanya lagi, "Mungkinkah dia berdusta?” Beliau menjawab, "Tidak. Sesungguhnya dusta itu dibuat oleh orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah SWT."
Jelas dalam hadis tersebut ditegaskan bahwa pendusta itu disamakan sebagai hamba yang tidak mengimani ayat-ayat-Nya. Sedangkan orang mencuri dan berzina, merupakan tindakan khilaf (maksiat), tapi dia meyakini ayat-ayat-Nya.
Ada seorang ibu berkata kepada anak kecilnya, "Kemarilah! Nanti aku beri engkau.” Maka Nabi SAW bertanya, "Apa yang akan engkau berikan jika ia datang?” Wanita itu menjawab, "Kurma.”
Nabi SAW berkata, "Jika engkau tidak melakukannya, maka tercatat atasmu sebuah dusta.”
Pada saat kita awal membangun sebuah rumah tangga dengan karunia putra-putri yang rupawan, sering kita berkata saat mau berangkat kerja sambil berpamitan pada anak-anak, "Nanti diberikan oleh-oleh ya."
Inilah bentuk dusta yang kita tidak menyadari dan bahayanya jika hal itu terjadi berulang, sehingga berdusta kita anggap hal biasa.
Namun sering kita lupa tidak membelikannya saat pulang pada malam harinya. Inilah bentuk dusta yang kita tidak menyadari dan bahayanya jika hal itu terjadi berulang, sehingga berdusta kita anggap hal biasa.
Apalagi jika kebiasaan ini terjadi pada tokoh, dampaknya akan lebih besar daripada seorang ibu yang lupa memenuhi janji pada anaknya. Hendaknya seseorang menghindari perbuatan dusta, termasuk dalam angan-angan dan perkataan hati.
Dalam kehidupan keseharian, sering kita jumpai seseorang berdusta untuk memperoleh tambahan harta dan kehormatan. Jika terdesak untuk berbohong, maka dia mesti mengatur dengan kata-kata kiasan sebisa mungkin hingga dirinya tidak menganggapnya sebagai kebohongan.
Ini merupakan tindakan pembenaran atas dusta yang dilakukannya. Kita bersikap optimistis agar negeri ini bebas dari contoh Musailamah al-Kadzab.
Ada dusta yang diperbolehkan, Ummu Kultsum RA berkata, "Rasulullah SAW tidaklah meringankan (membolehkan) dusta sedikit pun kecuali dalam tiga hal, yaitu seseorang yang berkata-kata untuk mendamaikan, seseorang yang berkata-kata ketika perang, dan seseorang yang memuji istrinya."
Oleh karena itu, semenjak dini anak-anak kita dan keturunannya dididik untuk bersikap jujur yang jauh dari dusta.
Semoga Allah SWT memberikan taufik dan hidayah agar kita semua jauh dari perbuatan dusta.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Menggali Inspirasi dari Gerakan Islah
Imam al-Ghazali memotori reformasi besar untuk kebangkitan umat Islam dari keterpurukan.
SELENGKAPNYAUAS: Tak Perlu Jadi Muslim untuk Bantu Palestina
Penggalangan dana Palestina di Masjid An-Nur Riau
SELENGKAPNYADunia Diam Saksikan Pembantaian di RS al-Shifa
RS al-Shifa kehilangan daya, nyawa ribuan orang terancam.
SELENGKAPNYA‘Gaza tak Perlu Kata-Kata, Gaza Perlu Aksi’
Seluruh pimpinan negara-negara Muslim berkumpul di Riyadh bahas Gaza.
SELENGKAPNYA