Paris Miller | dok about islam

Oase

Jalan Hidayah Sang Perempuan Kritis

Wanita asal Amerika Serikat ini menjadi Muslimah usai merenungi konsep ketuhanan dalam Islam.

Paris Miller tumbuh dari keluarga yang tidak utuh sejak kecil. Ketika usianya masih tiga tahun, Paris harus mengalami perceraian orang tuanya. Sejak saat yang menyedihkan itu, Paris diasuh oleh ibunya yang beragama Katolik.

Ia dan ibunya tinggal di Durham, North Carolina, Amerika Serikat (AS). Meskipun beragama Katolik dan mengambil sekte Gereja Baptist dan Methodist, Paris menilai ibunya tidak termasuk orang yang taat. Paris menjalani masa kanak-kanak dengan bimbingan agama yang cukup minim. Hal itu berlangsung hingga ia menginjak masa remaja.

Setelah berhasil menyelesaikan pendidikan menengah, ia kemudian mendaftar sebagai mahasiswa baru di sebuah universitas di Greensbro, yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Paris mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan akademis. Ia bergabung dengan beberapa klub diskusi. Paris membiasakan dirinya agar menjadi pribadi yang kritis.

Di kampus itulah ia mulai mengkaji secara serius agamanya sendiri. Hal ini bermula ketika pihak kampus meminta seluruh mahasiswa baru untuk membawa kitab suci masing-masing. Paris pun membawa kitab Injil Perjanjian Baru.

“Hal itu sangat menarik buat saya sebagai seorang Kristen. Kami memulainya (pembahasan) dari Injil Perjanjian Lama. Itulah kali pertamanya saya mempelajari Injil dari perspektif ilmiah, non-keagamaan. Dan itu bagi saya sangat intelektual, atau katakanlah, akademik. Ini menarik perhatianku karena, seperti orang Kristen pada umumnya, saya sebelumnya hanya fokus pada kitab Injil Perjanjian Baru, yang bicara tentang Yesus,” ” kata Paris Miller, seperti dikutip About Islam.

Dalam ajaran Kristen, lanjut dia, ada sejumlah kaidah atau aturan yang dengannya para pemeluk Kristen diperintahkan untuk menunaikannya. Khususnya sebagai rutinitas sehari-hari.

Paris sendiri saat itu bukanlah penganut Katolik yang cukup taat. Namun, ia masih suka pergi ke gereja. Maka, kajiannya atas Injil Perjanjian Lama membuka matanya, bahwa ada yang melampaui konsep-konsep mengenai perbuatan baik antarmanusia dalam ajaran agama. Di dalam agama, ada pula keyakinan mengenai hubungan antara manusia dan Tuhannya.

Dari beberapa diskusi, Paris membuat kesimpulan. Persoalan keesaan Tuhan sebenarnya sudah dijelaskan dalam Injil Perjanjian Lama. Namun, lanjut dia, hal itu malah cenderung berseberangan dengan yang selama ini ia jumpai dalam kitab Injil Perjanjian Baru.

“Di Injil Perjanjian Lama, soal keesaan Tuhan sangat jelas. Itu cukup kontras dengan apa yang saya temukan dalam Injil Perjanjian Baru,” kata dia.

Kesimpulan itu cukup mengejutkannya. Sebab, Paris sebelumnya mengira bahwa ada kontinuitas antara Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama. Selama ini, Paris menjalani agama Katolik sebatas bagaimana seseorang agar berperilaku baik. Kali ini, ia menganggap hal itu tidaklah cukup. Seseorang harus benar-benar memahami inti ketuhanan sesuai agama yang dianut.

“Tentu saja, banyak orang Kristen yang berperilaku baik. Misalnya, tidak mencuri, tidak berkata bohong, tidak mengambil nyawa orang lain. Namun, hubungan insan dengan Tuhan itu yang agaknya saya lewatkan,” jelasnya.

Beberapa tahun kemudian, Paris berhasil mendapatkan gelar sarjana. Ia kemudian bertunangan dengan pria yang terbilang masih satu kampus dengannya, yakni David (bukan nama sebenarnya). Keduanya saling mencintai dan memahami karakteristik masing-masing.

David merupakan pemeluk agama Kristen yang cukup taat. Agak berbeda halnya dengan Paris. Karena itu, Paris berharap ia bisa menjadi istri yang baik bagi David serta ibu yang penyayang bagi anak-anaknya kelak. Tidak membutuhkan waktu lama, David dan Paris memutuskan untuk menikah.

Sebagai tradisi, David meminta Paris agar keduanya menjalani konseling pernikahan terlebih dahulu di sebuah gereja. Karena belum menemukan gereja yang menyelenggarakan konseling demikian, mereka berusaha mencarinya. Hal ini rupanya tidaklah mudah.

Perlu waktu cukup lama bagi mereka berdua. Akhirnya, kenang Paris, saat itu ada salah seorang kawan David yang datang menjumpainya, yakni Andy (bukan nama sebenarnya). Ayah Andy merupakan seorang pastor. Mendengar ada gereja yang melayani konseling pernikahan, David dan Paris awalnya begitu senang.

Namun, Paris dan kekasihnya kemudian sama-sama kecewa. Bukan lantaran bimbingan konseling yang diperoleh. Mereka ternyata tidak mendapatkan jawaban yang cukup memuaskan dari sang pastor mengenai hubungan antara manusia dan Tuhan. Tentu, pertanyaan mula-mula diajukan Paris, yang sudah terlatih berpikir kritis semenjak masa kuliah.

 
Mereka ternyata tidak mendapatkan jawaban yang cukup memuaskan dari sang pastor mengenai hubungan antara manusia dan Tuhan.

“Kami berdua pergi dari satu gereja ke gereja lainnya (untuk konseling). Kami kecewa (kenyataan tak sesuai harapan),” ujar Paris. “Bagi kami, (kekecewaan) pada soal bagaimana hubungan kita dengan Tuhan. Bagaimana kita akan terhubung dengan Tuhan. Jadi, kami memutuskan untuk membaca Injil, sekali lagi, untuk diri kami sendiri. Hanya untuk mencoba memahami, apa sesungguhnya yang kami imani.”

Singkat cerita, saat melanjutkan sekolah pasca-sarjana, Paris berjumpa dengan seorang perempuan yang belakangan menjadi kawan karibnya, Fatima. Ia merupakan seorang Muslimah. Dalam sebuah kesempatan, Paris bercerita panjang lebar kepada temannya ini. Di antaranya, tentang upaya Paris dan calon suaminya untuk menemukan gereja yang bisa memuaskan dahaganya akan beberapa pertanyaan seputar agama. Fatima kemudian mengundang Paris dan calon suaminya ke sebuah masjid.

“Dan karena dia (Fatima) juga mualaf, maka dia paham apa yang sedang terjadi, apa yang kami lalui. Dia lalu mengundang kami ke masjid. Saya ingat, malam itu saya berdiri di depan cermin begitu lama. Lihatlah, memakai jilbab untuk pertama kalinya. Itulah kali pertama saya masuk masjid. Dan saya merasa senang,” kenang Paris.

Ternyata, calon suami Paris menyambut ramah ajakan itu. Mereka berdua pun berangkat sama-sama ke masjid.

Saat itu, hari Jumat. Seusai Shalat Jumat, calon suami Paris berdialog panjang lebar dengan seorang kawan Paris yang Muslim. Kemudian, ia mengucapkan dua kalimat syahadat.

“Perpindahan keyakinanku kepada Islam sangat berdasarkan nalar pikiran. Melalui membaca (terjemahan) Alquran. Mempelajari Islam sedikit demi sedikit, bagaikan melengkapi kepingan-kepingan puzzle, sampai berusaha mendapatkan gambaran yang utuh,” jelas Paris.

Satu hal yang menjadi daya tarik Islam, menurut Paris, adalah bagaimana agama ini menghormati sosok Yesus. Menolak Trinitas tidak berarti menolak peran Nabi Isa AS (Yesus) sebagai salah seorang utusan-Nya. Dan sejak kecil, Paris sudah dididik untuk mencintai sosok Yesus sebagai sosok mulia yang menyebar banyak kebaikan dan teladan bagi manusia.

 
Menolak Trinitas tidak berarti menolak peran Nabi Isa AS (Yesus) sebagai salah seorang utusan-Nya.

Kebahagiaan Paris terasa lengkap. Sebab, tidak lama kemudian calon suaminya itu memeluk agama Islam. Pasangan ini akhirnya menikah. Kendati begitu, mereka tetap menjaga hubungan baik dengan keluarga-asal masing-masing.

“Memeluk agama Islam membuatku merasa lebih sadar diri. Saya merasa lebih peka ketika berhadapan dengan orang-orang, baik itu Muslim maupun bukan. Saya menjaga hubungan baik dengan keluarga saya. Saya merasa tidak lagi egoistis. Saya merasa menjadi bagian dari kelompok yang lebih besar,” tukas Paris.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Biden Dilaporkan Minta Jeda Kemanusiaan Tiga Hari di Gaza

Biden dan Netanyahu membahas kemungkinan jeda taktis untuk memberikan kesempatan kepada warga sipil mengungsi

SELENGKAPNYA

Menimbang Mana yang Lebih Ramah Lingkungan, Sedotan Platik atau Kertas?

Sama seperti sedotan plastik, sedotan kertas juga biasanya tidak dapat didaur ulang

SELENGKAPNYA

Konsisten Berburu Bibit Usaha Rintisan Terbaik untuk Indonesia

Sebagai agenda awal, NextDev kesembilan akan melangsungkan NextDev Talent Scouting.

SELENGKAPNYA