Mark Shaffer | DOK TANGKAPAN LAYAR YOUTUBE

Oase

Kisah Advokat Amerika Masuk Islam

Mark Shaffer merasakan keindahan Islam kala berlibur di Arab Saudi.

Hidayah dapat menghampiri siapapun yang dikehendaki Allah SWT. Kisah para mualaf membuktikan hal itu. Seperti halnya yang terjadi pada Mark Shaffer, seorang pengacara asal Amerika Serikat (AS).

Di Negeri Paman Sam, ia bekerja pada firma hukum The Shaffer Law Firm. Salah satu kasus perdata yang pernah ditanganinya melibatkan penyanyi berjulukan The King of Pop, Michael Jackson.

Kisah Mark Shaffer menemukan Islam dikisahkan laman Saudi Gazette. Pengacara ini memeluk Islam kala mengunjungi Arab Saudi pada 17 Oktober 2009 lalu. Saat itu, lelaki asal Los Angeles itu sedang berwisata ke beberapa kota terkenal di negara itu, termasuk Riyadh, Abha, dan Jeddah selama 10 hari.

Dalam periode itu, Mark Shaffer ditemani seorang pemandu wisata, Dhawi Ben Nashir. Kepadanya, Shaffer banyak bertanya tentang Islam, yakni agama yang dipeluk mayoritas masyarakat Saudi. Satu hal yang menarik perhatiannya ialah praktik shalat. Ibadah itu rutin dilakukan kaum Muslimin, minimal lima kali dalam sehari.

Dua hari singgah di Riyadh, Mark Shaffer pun tertarik untuk mengenal ritual ini. Maka saat menumpang kendaraan ke Shaffer, Najran, Abha hingga al-Ula, ia terus mengobrol dengan Dhawi Ben Nashir ihwal shalat.

Al-Ula merupakan sebuah kawasan bersejarah yang terletak di Hijaz, sekira 380 km dari utara Madinah. Situs tersebut dipenuhi bangunan-bangunan dari masa prasejarah yang terhampar di tengah gurun tandus.

photo
ILUSTRASI Bagian dari situs kota kuno, Madain Saleh, di al-Ula, Arab Saudi utara.  - (EPA)

Saat sedang menikmati pemandangan eksotis di al-Ula, Shaffer terkejut begitu melihat beberapa pemuda setempat. Mereka membentangkan sajadah di atas padang pasir, dan kemudian mendirikan shalat. Turis asal AS itu terus memerhatikan anak-anak muda ini dari kejauhan. Takjub, betapa mereka tetap mengingat Tuhan walau di tengah teriknya gurun.

Setelah menghabiskan waktu selama dua hari di al-Ula, Shaffer ikut dengan rombongannya untuk kembali ke al-Juf. Rupanya, pemandangan para remaja shalat di atas padang pasir masih terus membayang dalam benaknya. Begitu sampai di al-Juf, ahli hukum perdata tersebut langsung menghampiri Ben Nashir dan meminta tolong kepadanya agar dicarikan buku-buku tentang shalat.

“Semua buku itu dibaca habis oleh Shaffer. Esok paginya, ia bahkan meminta saya untuk mengajarkannya shalat. Saya pun mengajarkannya dan juga cara berwudhu,” kata Ben Nashir, seperti dikutip Saudi Gazette.

Puas dengan penjelasan Ben Nashir, Shaffer lantas meminta untuk diperbolehkan shalat bersama di masjid. Tanpa ragu, tour guide tersebut mempersilakannya. “Boleh saja. Shalatlah di samping saya nanti,” katanya.

Seusai shalat, Shaffer bercerita, dirinya merasa tenteram. Bahkan, belum pernah jiwanya setenang ini. Pengalaman shalat benar-benar membuatnya terkesan.

Keesokan harinya, rombongan turis mulai berangkat menuju Kota Jeddah. Selama di perjalanan, Shaffer terlihat serius sekali membaca buku-buku tentang Islam yang diberikan Ben Nashir. Sementara, orang-orang dalam rombongannya lebih sibuk dengan berfoto-foto atau mengobrol satu sama lain.

 
Belum pernah jiwanya setenang ini. Pengalaman shalat benar-benar membuatnya terkesan.

Keesokan paginya bertepatan dengan hari Jumat rombongan tersebut mengunjungi kawasan kota tua Jeddah. Sebelum waktu zuhur masuk, mereka kembali ke hotel untuk beristirahat. Di luar dugaan, Shaffer tidak mau ke kamarnya.

Demi mengetahui bahwa ini adalah hari Jumat, pelancong dari AS ini ingin mengikuti shalat Jumat di masjid. Ia pun mendekati Ben Nashir untuk bisa bersama-sama ke masjid. “Ia bilang kalau ingin ikut shalat Jumat agar bisa menyaksikan sendiri, seperti apa ibadah massal itu (shalat Jumat),” tutur Ben Nashir.

Kemudian, sampailah keduanya di masjid yang berlokasi tak jauh dari hotel. Karena agak terlambat, Shaffer dan Ben Nashir harus puas duduk di saf belakang, yang bertempat di luar bangunan utama masjid. Bagaimanapun, turis AS ini tidak merasa kecewa sama sekali.

Sepanjang berlangsungnya shalat, Shaffer tampak mengamati setiap jamaah yang hadir. Terlebih, setelah selesai shalat Jumat, kaum Muslimin saling bersalam-salaman dengan wajah yang cerah dan gembira. Pemandangan tersebut semakin membuat pengacara ini kagum.

Ingin masuk Islam

Setelah kembali ke hotel, tiba-tiba Shaffer menyampaikan sebuah keinginan yang tak terduga kepada tour guide-nya itu. “Saya ingin masuk Islam,” ungkap Shaffer. Ben Nashir pun bergembira mendengar ucapan itu. Ia lalu mempersilakan turis tersebut untuk mengambil wudhu, seperti yang ditunjukkan dalam buku tata cara shalat yang dipinjamkannya lalu.

Sesudah itu, Ben Nashir membimbing Shaffer untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Pertama dalam bahasa Arab, lalu dalam terjemahan bahasa Inggris. Sang pengacara lalu menunaikan shalat sunah dua rakaat.

Keesokan harinya, Shaffer mengungkapkan keinginan untuk mengunjungi Masjidil Haram di Makkah. Sebelum meninggalkan Saudi, ia sangat ingin melihat langsung Ka’bah, yang padanya semua orang Islam menghadap saat shalat.

Pada faktanya, Shaffer memang sudah menjadi Muslim. Namun, ikrar syahadat yang dilakukannya kemarin belum “cukup” karena masih perlu pendataan. Sehingga, ia baru bisa dibolehkan masuk ke Tanah Suci.

Ben Nashir lalu menemaninya ke kantor Dakwah dan Irsyad di kawasan al-Hamro’ Jeddah guna mengurus bukti formal keislamannya. Prosesnya lumayan cepat. Maka, dokumen-dokumen yang diperlukan pun siap sehingga dirinya dapat memasuki Makkah dan Madinah.

photo
ILUSTRASI Masjidil Haram, Makkah. - (Republika/Fuji Eka Permana)

Shaffer diantar ke Kota Suci oleh seorang syekh yang baru dikenalnya di Jeddah, Muhammad Turkistani. Lantaran rombongannya harus kembali ke Amerika pada sore hari, sang advokat pun menyempatkan diri melihat Ka’bah dan shalat di Masjidil Haram pada pagi harinya.

Setibanya di Makkah, Shaffer langsung menuju ke Masjidil Haram. Di sana ia menyempatkan diri untuk menunaikan shalat. Pengalaman yang tak akan dilupakannya seumur hidup.

Seperti dilansir Saudi Gazette, Syekh Muhammad Turkistani menuturkan, Shaffer tampak begitu bahagia di Masjidil Haram. Bahkan, lelaki Amerika ini terkesan sangat berat untuk berpisah dengan Tanah Suci. “Kepada saya, ia mengatakan, berharap akan kembali shalat di sini (Masjidil Haram) segera usai kembali ke negerinya,” kata sang syekh.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Himpunan Kisah Penuh Hikmah Rasulullah

Buku ini menghimpun seratusan kisah mengenai sosok Nabi Muhammad SAW.

SELENGKAPNYA

Sedekah Penolak Bala

Kisah ini menunjukkan faedah sedekah, yakni menolak datangnya bala.

SELENGKAPNYA

Peserta Piala Dunia U-17 Takjub dengan Kesiapan Indonesia

Pelatih Ekuador tak menyangka Stadion GBT memiliki kualitas yang baik dan megah.

SELENGKAPNYA