Warga Palestina memeriksa kerusakan rumah yang hancur akibat serangan udara Israel di Kota Gaza, Sabtu, 4 November 2023. | AP Photo/Abed Khaled

Gaya Hidup

Menyeimbangkan Pikiran di Tengah Bombardir Berita Konflik Palestina-Israel

Latihan pernapasan dalam dan relaksasi dapat membantu mengurangi gejala kecemasan.

Tiga pekan ini menjadi waktu yang sulit bagi para korban genosida Israel di Gaza, Palestina. Di sisi lain, para pengguna sosial pun ikut mengalami kecemasan akibat terpapar berita-berita mengerikan perilaku Israel, kepada anak kecil, perempuan, hingga lansia.

Kecemasan terhadap apa yang terjadi di Gaza bisa saja muncul kapan pun. Namun, mengingat fakta bahwa kejadian ini terjadi pada salah satu masa yang paling menegangkan dalam sejarah saat ini, masuk akal jika pengguna merasa sedang mengalami sedikit kesulitan.

Melansir Talkspace, Selasa (31/10/2023), kita dapat mempelajari teknik mengatasi kecemasan. Kiat-kiat di bawah ini dapat berguna jika kita merasa kewalahan, lelah, dan cemas terhadap ketakutan yang sering muncul akibat kabar yang terjadi saat ini di Gaza.

 

Medsos yang Mengadiksi - (Republika)

1. Batasi Media Sosial

Media sosial bisa menjadi cara yang bagus untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan teman. Hal ini bisa menghilangkan hambatan yang pernah dialami dalam hubungan jarak jauh.

Namun, seperti semua hal lain dalam hidup, segala sesuatu yang berlebihan bisa berdampak negatif. Saat ini, setiap pagi membuka mata, semua orang pasti pertama kali mencari smartphone mereka dan ini menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan.

Sayangnya, misinformasi, hal-hal negatif, dan hoaks telah menjadi bagian di hampir semua platform media sosial. Paparan yang berlebihan dapat mengakibatkan kecemasan dan stres yang besar, bahkan mengenai topik tertentu seperti genosida.

Jika kita mendapati bahwa penggunaan media sosial berdampak negatif pada kita, pertimbangkan untuk membatasi berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk menelusuri media sosial. Caranya, batasi membuka media sosial hanya 30 menit dalam sehari.

Tetapkan juga jumlah pasti klik-tayang yang kita mau, misal, hanya mengeklik lima berita. Bisukan atau berhenti sejenak mengikuti profil yang menambah kecemasan kita.

 

photo
Warga Palestina menghibur pria yang menangis setelah kehilangan kerabatnya akibat serangan udara Israel di Kota Gaza, Sabtu, 4 November 2023. - (AP Photo/Abed Khaled)

2. Berhati-hati Mengonsumsi Berita

Kita semua ingin mendapat informasi, tetapi dengan siklus berita 24 jam, kita bisa dengan mudah tersesat dalam berita buruk, terutama tentang genosida. Smartphone pun bisa memperingatkan kita melalui notifikasi dan pop-up tentang setiap peristiwa traumatis baru-baru ini.

Sadarilah seberapa banyak kita membiarkan diri tersedot ke dalam berita setiap hari. Menetapkan batas seberapa banyak kita terpapar ini bisa membantu, terutama jika kita merasa cemas terhadap informasi terkait genosida.

Caranya, beri diri kita batas waktu berapa banyak berita yang ingin dibaca setiap hari. Pilih acara yang kita percayai.

Bisukan peringatan selama hari kerja sehingga kita tidak terus-menerus menerima notifikasi. Hapus aplikasi yang membuat kita cemas atau menambah ketakutan. “Temukan cara yang cocok bagi kita untuk tetap mendapat informasi tentang perang dan kejadian terkini yang tidak terlalu memicu gejala kecemasan dan membuat merasa kewalahan,” ujar terapis Kate Rosenblatt.

 

photo
Warga melewati mural (lukisan dinding) komik antihoaks di Kampung Hepi, Joho, Manahan, Solo, Jawa Tengah, Selasa (7/4/2020). Mural tersebut dibuat warga setempat untuk mengedukasi warga tentang hidup bersih dan sehat sebagai upaya mencegah penyebaran Covid-19 sekaligus mengampanyekan gerakan anti-hoaks. ANTARA FOTO/Maulana Surya/foc. - (ANTARAFOTO)

3. Cek Fakta

Akses digital membuat pencarian informasi menjadi mudah. Untungnya, ini juga memungkinkan kita memeriksa sumber dan informasi.

Meskipun ini bisa menjadi sebuah lereng yang licin, dan mudah untuk melewati lubang kelinci tersebut, pemeriksaan fakta singkat mengenai informasi yang mengkhawatirkan dapat menjadi cara yang bagus untuk mengendalikan kecemasan. Waspadai juga clickbait atau judul yang mengejutkan atau menarik yang digunakan untuk membujuk kita agar mengklik sebuah artikel.

Luangkan waktu untuk memastikan kutipan berada dalam konteks, fakta tidak dibumbui, dan judul tidak menyesatkan. Caranya, periksa dan verifikasi kredensial, menilai bias, periksa tanggal, baca bagian “Tentang Kami” pada website, analisis URL, seperti domain .edu dan .org biasanya valid, tetapi jika ada “lo” atau “.co” di akhir, harus dicurigai.

Penting juga untuk percaya pada naluri. Jika sesuatu terdengar sensasional atau tidak dapat dipercaya, mungkin ada baiknya melakukan sedikit penggalian, lalu gunakan situs pengecekan fakta yang dapat dipercaya.

 

photo
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati Puspayoga (kedua kiri) mengikuti yoga dalam rangkaian kegiatan Ministerial Conference on Womens Empowerment (MCWE) G20 di kawasan Nusa Dua, Pulau Nusa Dharma, Badung, Bali, Jumat (26/8/2022). Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengenalkan delegasi G20 fasilitas yang ada di Pulau Nusa Dharma sebagai Pulau Meditasi dan Yoga. - (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

4. Praktikkan Perawatan Diri

Perawatan diri sangatlah penting dan bermanfaat sepanjang waktu, tapi hal ini bahkan lebih penting lagi jika kita mengalami kecemasan akan genosida baru-baru ini. Kita bisa mempelajari cara menenangkan pikiran dan menghilangkan stres besar karena hal-hal yang tidak dapat kita kendalikan dengan menggunakan beberapa teknik yang sangat mudah diikuti untuk menghadirkan kedamaian.

Latihan pernapasan dalam dan relaksasi dapat membantu mengurangi gejala kecemasan. Pernapasan dalam-dalam mengaktifkan respons sistem saraf parasimpatis kita, membantu membawa tubuh dan pikiran kita keluar dari respons 'lawan atau lari' yang cemas dan menuju respons 'istirahat dan cerna' yang lebih santai.

Ini memberi sinyal pada tubuh dan pikiran bahwa kita aman. Untuk mempraktikkan latihan ini, cobalah menarik napas dalam tiga kali, buat embusan napas sedikit lebih lama daripada tarikan napas.

Meski hanya membantu menurunkan 'volume' kecemasan kita dari 10 menjadi sembilan, melakukan tindakan kecil seperti ini dapat mendukung dalam melakukan hal yang benar berikutnya.

 

photo
Dinamika di media sosial (ilustrasi) - (Freepik/Pikisuperstar)

5. Pelajari Pemicunya

Mengetahui apa yang memicu kecemasan Anda adalah langkah pertama dalam belajar mengelolanya. Jika merasa kesal saat melihat Twitter, hindarilah. Jika unggahan orang tertentu di Facebook membuat stres, nonaktifkan atau berhenti ikuti orang tersebut. Jika program berita tertentu terus-menerus membuat khawatir, pertimbangkan untuk beristirahat sejenak.

 

 
Temukan cara yang cocok bagi kita untuk tetap mendapat informasi, tapi tidak terlalu memicu gejala kecemasan. 
 
KATE ROSENBLATT, Terapis
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Terus Lantang Dukung Palestina, Bella Hadid Ungkap Masa Lalu Keluarganya

Bella Hadid masih menggenggam erat Palestina di hatinya.

SELENGKAPNYA

Dari Washington Hingga Jakarta: 'Palestina Harus Merdeka!'

Palestina menjadi fokus utama pejuang keadilan di seluruh dunia.

SELENGKAPNYA

Mandela, Netanyahu, dan Palestina (I)

Cepat atau lambat, gerakan kemerdekaan Palestina tidak bisa dibendung oleh kekuatan apa pun.

SELENGKAPNYA