IKHWANUL KIRAM MASHURI | Republika

Resonansi

Zionis Israel Telah Jadi Serigala Haus Darah

Zionis Israel telah berubah menjadi serigala mengamuk, dengan hasrat membunuh.

Oleh IKHWANUL KIRAM MASHURI

Pernyataan itu, seperti dalam judul, dikeluarkan kantor Grand Sheikh al-Azhar as-Syarif di Kairo, Mesir, beberapa hari lalu. Al-Azhar tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Mereka sedang marah. Tidak sekadar marah, tapi murka besar melihat pembantaian kejam dan penghancuran rumah-rumah warga Palestina di Jalur Gaza, yang hingga kini masih terus berlangsung.

Al-Azhar as-Syarif adalah sebuah lembaga pendidikan dan keagamaan yang pengaruhnya mendunia. Puluhan ribu ulama dan alumninya tersebar di berbagai penjuru dunia.

"Zionis Israel telah berubah menjadi serigala mengamuk, dengan hasrat membunuh anak-anak, perempuan, orang tua, dan orang-orang tak berdosa," sebut pernyataan itu, Selasa lalu. "Mereka menikmati memakan daging dan meminum darah manusia (Palestina), tanpa ada yang mencegah."

Menurut al-Azhar, kebiadaban Israel yang terus menerus berlangsung lantaran dunia internasional membisu, diam tak berkutik. Sikap bisu yang melanda dunia internasional itu mereka ibaratkan seperti orang mati yang sudah dikubur.

 
Kebisuan dunia internasional itu telah melumpuhkan kemauan dan kemampuan mengendalikan kebiadaban Israel dan mengakhiri tindakan mereka menyantap daging dan darah anak-anak, perempuan, orang tua, dan remaja Palestina di Gaza.
 
 

Kebisuan dunia internasional itu telah melumpuhkan kemauan dan kemampuan mengendalikan kebiadaban Israel dan mengakhiri tindakan mereka menyantap daging dan darah anak-anak, perempuan, orang tua, dan remaja Palestina di Gaza.

Al-Azhar menyebut militer dan para pemimpin Israel sebagai teroris sesungguhnya. Mereka tidak bermoral dan berperikemanusiaan. Mereka tega melakukan berbagai kejahatan brutal, termasuk mengebom rumah sakit, menghancurkan masjid dan gereja, dan membunuh anak-anak, perempuan, wartawan, dan warga tak bersalah.

Karena itu, al-Azhar pun menyerukan kepada masyarakat Arab dan umat Islam untuk mempertimbangkan kembali hubungannya dengan Barat, yang selalu mendukung kebiadaban Zionis Israel. "Negara-negara Barat dan Islam harus secara radikal mempertimbangkan kembali hubungannya dengan negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Barat pada umumnya. Mereka selalu bersikap arogan."

Al-Azhar menekankan, para pejuang Palestina harus yakin bahwa Barat, dengan segala kemampuan militer dan mesin penghancurnya, akan lemah dan takut ketika bertemu dengan mereka (pejuang Palestina). "Israel berperang di wilayah yang bukan wilayahnya. Sementara itu, Barat membela negara yang sudah usang: negara apartheid Israel."

Kepada rakyat Palestina diserukan agar tetap tabah menghadapi serangan Israel yang brutal dan biadab. Mereka tidak boleh jatuh ke dalam perangkap kelemahan di hadapan orang-orang yang digambarkan al-Azhar sebagai binatang buas.

Sedangkan kepada seluruh umat Islam, al-Azhar menyerukan agar membantu apa yang mereka bisa -- dari doa, shalat ghaib, unjuk rasa, hingga bantuan dana. Juga dukungan tegas dan lantang kepada bangsa Palestina yang tertindas, yang menghadapi musuh yang telah kehilangan hati nurani, perasaan, kepekaan, serta telah berpaling dari kemanusiaan, akhlak, dan seluruh ajaran para nabi dan rasul.

 
Al-Azhar juga memuji Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, yang digambarkanya telah bersikap sebagai seorang jantan nan berani.
 
 

Tidak lupa al-Azhar juga memuji Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres, yang digambarkanya telah bersikap sebagai seorang jantan nan berani. Sebelumnya Guterres telah menyerukan ‘perlunya menghentikan agresi terhadap kelompok lemah dan tertindas di Jalur Gaza’.

Sikap al-Azhar yang keras ini tentu di luar kelaziman. Al-Azhar, yang diwakili grand sheikhnya, Prof Dr Ahmad Thayyib, selama ini selalu mengedepankan sikap moderat, toleran, dan menghargai perbedaan. Syekh Thayyib juga sudah beberapa kali bertemu dengan dengan Paus Fransiskus, baik itu di Vatikan, di kantor pusat al-Azhar maupun di tempat lain, seperti di Abu Dhabi dan Manama, Bahrain.

Tujuannya, untuk menjalin kerja sama menciptakan perdamaian dunia serta kerukunan umat yang berbeda agama. Untuk tujuan itu pula, Syekh al-Azhar telah menyelenggarakan berbagai konferensi dan seminar internasional yang mempertemukan para pemimpin dan tokoh-tokoh agama yang berbeda, termasuk para rabi (ulama) Yahudi.

Namun, semua upaya menciptakan perdamaian dunia itu menjadi berantakan dengan serangan membabi-buta yang terus-menerus dilakukan Zionis Israel terhadap bangsa Palestina di wilayah pendudukan. Puncaknya adalah hari-hari ini di mana militer Israel membumihanguskan wilayah Gaza.

Hingga Ahad kemarin jumlah warga Palestina yang telah menjadi syahid akibat serangan Israel sudah mendekati angka 9.500 orang, sebanyak 3.900 di antaranya anak-anak dan 2.509 perempuan. Sedangkan yang luka mencapai lebih 24 ribu warga. Sejumlah 2.200 orang dilaporkan hilang di bawah reruntuhan bangunan, 1.250 di antaranya adalah anak-anak.

Ironisnya, kebrutalan Zionis Israel itu disokong penuh oleh Barat. Belum pernah terjadi sebelumnya di mana AS memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan jeda perang (gencatan senjata) demi kemanusiaan. Sekali lagi resolusi ‘jeda perang’ untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza. Itu artinya, AS menolak sekadar ‘jeda perang’, sampai PM Israel Banjamin Netanyahu menuntaskan penghancuran total kehidupan 2,5 juta warga Palestina di Gaza.

AS memberi alasan dukungannya kepada Israel karena gerakan Hamas ingin melenyapkan negara Yahudi itu. Menurut Presiden Joe Biden, Israel didirikan sebagai katup pengaman bagi orang-orang Yahudi di dunia.

Faktanya, dukungan penuh Barat justru tidak menjadikan Israel aman buat orang-orang Yahudi. Sikap dan karakter Israel yang ekspansionis justru menjadikan negara Yahudi itu tidak aman, mereka terus diliputi ketakutan.

 
Sejak serangan militer Israel ke Gaza, telah terjadi eksodus besar-besaran warga Yahudi Israel, dengan kembali ke negara asal mereka di Eropa. Perasaan Israel sebagai negara digdaya nan pemberani, kini telah berbalik jadi bangsa penakut, yang kemudian melancarkan serangan membabi-buta, termasuk anak-anak dan perempuan.
 
 

Sejak serangan militer Israel ke Gaza, telah terjadi eksodus besar-besaran warga Yahudi Israel, dengan kembali ke negara asal mereka di Eropa. Perasaan Israel sebagai negara digdaya nan pemberani, kini telah berbalik jadi bangsa penakut, yang kemudian melancarkan serangan membabi-buta, termasuk anak-anak dan perempuan. Mereka mungkin berpikir kalau bisa melenyapkan bangsa Palestina yang selama ini menjadi sumber ketakutan, mengapa tidak dilakukan sekarang?

Bukan hanya AS, sejumlah negara Barat lain juga mendukung kebiadaban Israel, seperti Jerman dan Inggris. Beberapa waktu yang lalu, ada berita kecil di surat kabar dunia tentang penandatanganan perjanjian militer di mana Jerman akan terus melindungi Israel. Ini sungguh ironis, Jerman yang dulu melakukan pembunuhan massal (Holokaus) terhadap Yahudi Eropa, kini justru menjadi pelingdungnya.

Kanselir Jerman Schulz tercatat sebagai orang kedua yang mendukung Netanyahu setelah Presiden AS Joe Biden. Orang ketiganya adalah PM Inggris Rishi Sunak yang berasal dari India.

Padahal, terbentuknya negara Israel di jantung Arab adalah atas jasa Inggris --Deklarasi Balfour. Itu terjadi, dan sedang terjadi, semuanya dalam satu judul: Israel sedang menghadapi bahaya, sedangkan pembunuhan massal terhadap warga Palestina di Gaza dianggap tidak berbahaya, dianggap sudah semestinya.

Serangan membabi-buta Israel ke Gaza kini jelas telah memecah belah dunia. Yakni, mereka yang terang-terangan mendukung kebiadaban Zionis Israel yang jumlahnya sedikit, hanya beberapa negara Barat seperti AS, Jerman, Inggris, Prancis. Lalu mereka yang menolak kesewenang-wenangan Israel dan mendukung perjuangan bangsa Palestina, yang jumlahnya sangat besar.

Perpecahan dunia itu tergambar dengan jelas di Majelis Umum PBB ketika berlangsung pemungutan suara terhadap resolusi yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza, Jumat dua pekan lalu (27/10/2023). Sebanyak 120 suara mendukung, 14 menolak, dan 45 abstain terhadap resolusi Majelis Umum PBB tersebut.

 
Namun, tidak semua orang Barat sebenarnya dungu terhadap kemanusiaan warga Gaza. Sekjen PBB Antonio Guterres, misalnya. Pada masa lalu, diplomat asal Portugal ini memang lebih dekat dengan Israel. Akan tetapi, setelah melihat kengerian yang dihadapi warga Gaza, ia pun tegak berdiri di pihak Palestina.
 
 

Namun, tidak semua orang Barat sebenarnya dungu terhadap kemanusiaan warga Gaza. Sekjen PBB Antonio Guterres, misalnya. Pada masa lalu, diplomat asal Portugal ini memang lebih dekat dengan Israel. Akan tetapi, setelah melihat kengerian yang dihadapi warga Gaza, ia pun tegak berdiri di pihak Palestina.

Menurutnya, Badai al-Aqsa yang dilancarkan gerakan perlawanan Hamas adalah akibat dari penganiayaan yang diderita bangsa Palestina sejak 1948. Ia pun menyambut baik resolusi Majelis Umum PBB tentang gencatan senjata kemanusiaan di Gaza.

Guterres pula yang menegaskan di hadapan para anggota Dewan Keamanan PBB bahwa rakyat Palestina menderita akibat penindasan pendudukan oleh Zionis Israel. Ia kemudian mengingatkan dunia tentang sebuah puisi rekan senegaranya, Fernando Bessoa, ketika ia berbicara tentang penderitaan orang-orang yang melihat tanah mereka ‘dilahap oleh koloni, dan harapan mereka yang lenyap akan solusi politik atas tragedi yang mereka alami’.

Kini dunia benar-benar terpecah, antara yang berpihak dan yang menolak terhadap kebiadaban Israel. Semua negara Arab dan Islam berada di kubu yang menolak, sementara yang berpihak secara terang-terangan pada Israel adalah negara-negara Barat, utamanya AS, Inggris, dan Jerman.

Inilah yang selalu dikhawatirkan oleh tokoh agama, seperti Paus Fransiskus dan Syekh al-Azhar. Inilah yang membuat murka besar Syekh Ahmad Thayyib, yang kemudian menyerukan agar para pemimpin Arab dan Islam mengevaluasi ulang hubungan mereka dengan Barat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Sejarah Berulang

Lalu di mana suara Barat? Sejarah kembali terulang, standar ganda berlaku.

SELENGKAPNYA

Lautan Manusia Ikuti Aksi Bela Palestina

Arus lalu lintas terpantau macet

SELENGKAPNYA

Israel Bombardir Sekolah Tempat Ribuan Mengungsi

Jumlah warga Palestina yang syahid melampaui 9.500 jiwa.

SELENGKAPNYA

Ratusan Tentara Israel Terluka di Gaza, 25 Tewas

Total tentara Israel yang tewas di GAza sejak serangan darat mencapai 25 orang.

SELENGKAPNYA