Sambut Hari OsteoporosisSejumlah warga melakukan pemeriksaan tulang gratis di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Ahad (21/10). Dalam rangka menyambut hari Osteoporosis Nasional, produsen susu kesehatan melakukan bakti sosial pemeriksaan tulang dan mencanangkan | Republika/Adhi.W

Medika

Mitigasi Risiko Osteoporosis pada Kaum Hawa

Faktor utamanya yakni usia, densitas mineral tulang, gender, serta riwayat keluarga.

Kaum hawa disarankan lebih mewaspadai serangan osteoporosis. Pasalnya, kondisi tulang yang rapuh akibat penurunan massa tulang dan perubahan struktur pada jaringan tulang tersebut, lebih banyak diidap perempuan.

Dokter spesialis ortopedi konsultan hip & knee adult reconstruction, trauma, and sports, Yoshi Pratama Djaja, mengulas lebih lanjut tentang risiko tersebut. Yoshi memaparkan materinya pada sesi bincang santai yang digelar RS Pondok Indah Group di Jakarta, Senin (30/10/2023).

"Laki-laki memiliki densitas atau kepadatan tulang yang lebih tinggi dari perempuan. Selain itu, perempuan yang sudah mengalami menopause akan mengalami penurunan hormon estrogen, sehingga memicu peningkatan osteoporosis," ujar Yoshi.

photo
JAKARTA, 21/10- HARI OSTEOPOROSIS NASIONAL. Ribuan peserta mengikuti Senam Osteoporosis, saat peringatan Hari Osteoporosis Nasional di Silang Monas, Jakarta, Minggu(21/10). Peringatan Hari Osteoporosis Nasional 2012 diikuti oleh 20. 000 warga Jakarta dan sekitarnya tersebut bertujuan diantaranya untuk mengampayekan program deteksi dini faktor resiko penyakit tidak menular termasuk risiko osteopororis. FOTO ANTARA/ Ujang Zaelani/ed/ama/12 - (ANTARA)

Salah satu fungsi dari hormon estrogen adalah menjaga kondisi tulang dan menghambat proses kerapuhannya. Karena itu, berkurangnya hormon estrogen setelah menopause amat memengaruhi kemungkinan osteoporosis.

Sementara itu, osteoporosis menyebabkan penurunan kemampuan regenerasi tulang, sehingga rentan keropos dan patah. Panggul merupakan salah satu bagian tubuh yang rentan terdampak osteoporosis.

Yoshi yang berpraktik di RS Pondok Indah Bintaro Jaya ini, menjelaskan hal lain yang menjadi faktor risiko osteoporosis. Faktor utamanya yakni usia, densitas mineral tulang, gender, serta riwayat keluarga.

photo
RS Pondok Indah Group menggelar sesi bincang santai dengan tema Cegah Osteoporosis, Jaga Kesehatan Tulang Panggul, Senin (30/10/2023). - (Republika/Shelbi Asrianti)

Faktor risiko lain termasuk gaya hidup sedentari, berat badan rendah, kebiasaan merokok, minum alkohol, serta asupan kalsium yang rendah. Begitu juga jika kadar estrogen dalam tubuh menurun, paparan sinar matahari rendah, mengidap penyakit tertentu, atau konsumsi obat-obatan tertentu.

Dalam sesi tersebut, Yoshi menyoroti pula tentang pentingnya menjaga kesehatan tulang panggul. Sebab, tulang yang keropos akibat osteoporosis membuat seseorang lebih rentan mengalami tulang retak atau patah.

"Pada pasien osteoporosis, paling sering mengalami patah tulang di empat bagian, yaitu panggul, pergelangan tangan, tulang punggung, dan bahu. Jika sudah patah tulang panggul, penanganannya hanya bisa operasi penggantian panggul, kecuali jika pasien mengalami kondisi khusus yang tidak bisa dioperasi," ujar Yoshi.

 

 

 
Perempuan yang sudah menopause akan mengalami penurunan hormon estrogen, sehingga memicu peningkatan osteoporosis. 
 
YOSHI PRATAMA DJAJA, Dokter spesialis ortopedi konsultan hip & knee adult reconstruction, trauma, and sports. 
 
 

 

 

Pembunuh Senyap

photo
Sambut Hari OsteoporosisSejumlah warga melakukan pemeriksaan tulang gratis di kawasan Monas, Jakarta Pusat, Ahad (21/10). Dalam rangka menyambut hari Osteoporosis Nasional, produsen susu kesehatan melakukan bakti sosial pemeriksaan tulang dan mencanangkan kampanye Indonesia Bergerak - 2 Minggu demi esok lebih baik - (Republika/Adhi.W)

Dikenal sebagai silent killer, osteoporosis merupakan pembunuh senyap yang mematikan. Kondisi tulang yang rapuh akibat penurunan massa tulang dan perubahan struktur pada jaringan tulang ini kerap tidak bergejala.

Sering kali, pasien tidak mengetahui kondisi osteoporosis yang diidap sampai benar-benar terlambat. Menurut Yoshi, jika melakukan rontgen atau X-ray pun kondisinya hanya akan terlihat setelah massa tulang hilang 30-60 persen, yang artinya sudah terlambat.

Lantas, bagaimana seseorang bisa mengetahui apakah dirinya berisiko mengidap osteoporosis atau tidak? Yoshi menyarankan melakukan screening atau pemeriksaan khusus yang bernama bone densitometry.

Ia menjelaskan, metode bone densitometry akan menilai densitas atau kepadatan tulang seseorang. Bagian yang diperiksa antara lain di panggul, pergelangan tangan, dan tulang punggung.

Siapa saja yang perlu melakukan screening? Yoshi menyebut, beberapa kelompok yang rentan, yaitu perempuan di atas 65 tahun, laki-laki di atas 70 tahun, perempuan di atas 50 tahun jelang masa menopause dengan faktor risiko. Termasuk juga, siapa pun yang berusia di atas 50 tahun yang pernah mengalami patah tulang, serta orang yang mengonsumsi obat steroid karena kondisi kesehatan tertentu.

Adapun faktor risiko utama osteoporosis antara lain usia, densitas mineral tulang, gender, dan riwayat keluarga. Sementara, faktor risiko lainnya, yaitu gaya hidup sedentari, berat badan rendah, kebiasaan merokok, minum alkohol, asupan kalsium rendah, estrogen rendah, paparan sinar matahari rendah, juga penyakit medis, dan pengobatan tertentu.

Setelah menjalani screening tersebut, akan diketahui hasilnya, yakni berisiko rendah mengidap osteoporosis, risiko moderat, atau berisiko tinggi. Disampaikan Yoshi, dari hasil itu profesional medis bisa menyarankan penanganan berbeda.

Bagi orang yang diketahui berisiko rendah mengidap osteoporosis, dokter akan menyarankan perbaikan gaya hidup, seperti olahraga dan asupan makanan tinggi kalsium. Untuk risiko moderat, dokter bisa menggabungkan perbaikan gaya hidup dan penanganan.

Smentr, bagi yang berisiko tinggi mengidap osteoporosis, akan ada penanganan nonfarmakologi, seperti olahraga serta suplemen kalsium dan vitamin D yang meningkatkan massa tulang, serta intervensi farmakologi berupa obat-obatan. 

 

Mitos Ceker Ayam

photo
Sejumlah Nakes mengikuti Senam Pencegahan Osteoporosis di GOR Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (21/10/2021). Kegiatan senam yang diselenggarakan Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) tersebut dalam rangka peringatan Hari Osteoporosis Nasional 2021 dengan tema “Gerakan Nasional Melawan Osteoporosis. - (ANTARA FOTO/Umarul Faruq/foc.)

Untuk mencegah osteoporosis, terdapat anggapan umum bahwa seseorang harus banyak minum susu. Begitu juga, pendapat lain bahwa menyantap ceker ayam dapat menangkal osteoporosis.

Benarkah demikian? Dokter spesialis ortopedi konsultan hip & knee adult reconstruction, trauma, and sports, Yoshi Pratama Djaja, menyebutkan fakta terkait dua hal tersebut. "Kalau ceker ayam, bisa dibilang mitos, karena pencegahan osteoporosis dengan vitamin D dan kalsium, sementara ceker lebih banyak mengandung kolagen," kata Yoshi.

Dia menyampaikannya pada sesi bincang santai yang digelar RS Pondok Indah Group di Jakarta, Senin (30/10/2023). Mengenai minum susu, Yoshi menjelaskan, itu bukan mitos, karena susu memang mengandung kalsium.

Namun, tidak perlu mengonsumsi susu dalam jumlah berlebihan dalam sehari. Selain itu, mencegah osteoporosis tidak hanya dengan minum susu.

Menurut dia, jika seseorang makan dengan nutrisi seimbang dalam sehari, itu sudah memenuhi kebutuhan kalsium harian. Orang dewasa disarankan mendapat asupan sebanyak 1.000 miligram sehari, baik dari makanan alami maupun suplemen.

Beberapa makanan yang kaya kalsium termasuk sayur dan daging merah. Tidak ada salahnya juga menyantap suplemen kalsium dan vitamin D jika diperlukan.

Osteoporosis merupakan kondisi tulang yang rapuh akibat penurunan massa tulang dan perubahan struktur pada jaringan tulang. Tidak hanya terjadi pada lansia, osteoporosis juga bisa diidap oleh anak muda.

Terutama, kata Yoshi, anak muda dengan gangguan kesehatan tertentu, seperti kanker. Begitu juga anak muda yang mengonsumsi obat tertentu yang berpotensi membuat tulang cepat keropos. Misalnya, anak muda yang mengidap penyakit ginjal atau terserang penyakit autoimun.

Yoshi menyampaikan, beberapa langkah pencegahan osteoporosis. Termasuk menjaga asupan makanan tinggi kalsium/vitamin D. Selain itu, dengan rutin melakukan olahraga, seperti berlari, bersepeda, dan berenang yang baik untuk tulang.

"Kondisi tulang mencapai puncaknya di usia 30-40 tahun, sehingga langkah pencegahan idealnya dilakukan sebelum itu. Tetapi, setelah usia itu pun bukan berarti terlambat, karena tetap bisa menunda penurunan massa tulang," katanya mengingatkan.

 

 
Tidak hanya terjadi pada lansia, osteoporosis juga bisa diidap oleh anak muda.
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Cegah Osteoporosis, Tak Cukup Hanya Kalsium

Kandungan boron juga berguna untuk pembangunan otot dalam tubuh yang dapat melindungi tulang dari risiko retak hingga patah.

SELENGKAPNYA