Hikmah
Dinamika Pergaulan
Rasulullah SAW tetap bersabar dan tidak pernah mendoakan keburukan.
Oleh SAFWANNUR
Manusia diciptakan dengan karakteristik yang berbeda. Perbedaan itu menjadikan kehidupan umat manusia lebih berwarna. Konsekuensi dari keragaman adalah adanya perbedaan cara pandang dalam menyikapi suatu persoalan. Peribahasa mengatakan rambut sama hitam, hati masing-masing.
Sebagai makhuk sosial, kehidupan seorang manusia tidak bisa terlepas dari interaksi dengan lainnya. Berbagai tipikal manusia akan kita hadapi, walau belum tentu semuanya sesuai dengan ekspektasi kita.
Dalam menghadapi perbedaan bukan berarti kita harus menghindar dari pergaulan dengan mengisolasi diri. Hidup bermasyarakat itu sangat penting untuk merajut persaudaraan dengan berbagai dinamikanya. Problematika yang kita hadapi dalam interaksi sosial setidaknya bisa menjadi media untuk mendewasakan pemikiran.
Problematika yang kita hadapi dalam interaksi sosial setidaknya bisa menjadi media untuk mendewasakan pemikiran.
Tersebarnya dakwah Islam tentu tidak terlepas dari adanya interaksi antara pendakwah dan objek dakwah. Kesabaran Rasulullah SAW dan para sahabat sebagai pioner risalah dalam menghadapi berbagai rintangan, menjadi modal utama keberhasilan penyebaran ajaran Islam.
Bila dalam pergaulan kita mengalami hal yang tidak mengenakkan, maka Rasulullah SAW telah memberikan pelipur lara, “Seorang Mukmin yang berinteraksi dengan umat manusia, lalu sabar menghadapi segala kesulitan mereka, memperoleh pahala lebih besar dibanding Mukmin yang tidak pernah berinteraksi dengan umat manusia dan tidak pernah merasakan kesabaran terhadap gangguan mereka.” (HR al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no 9730).
Hadis ini setidaknya mengajarkan kaum muslimin agar tidak menjadi pribadi eksklusif, hanya bergaul dengan komunitas tertentu saja. Allah SWT menciptakan manusia dengan keunikan masing-masing agar saling berinteraksi (QS al-Hujurat [49]: 13).
Rasulullah SAW menekankan umatnya agar mengedepankan akhlak mulia saat bergaul dengan sesama (HR at-Tirmidzi). Demikian juga, Alquran memerintahkan manusia agar saling menolong (ta’awun) dalam kebaikan dan ketakwaan (QS al-Maidah [5]: 2).
Saat hal yang tidak menyenangkan menimpa kita dalam interaksi sosial, bersabar adalah jalan terbaik untuk menghadapinya. Bahkan, Alquran menganjurkan agar keburukan itu dibalas dengan kebaikan, agar terjadi perubahan positif para diri pelaku keburukan (QS Fussilat [41]: 34).
Rasulullah SAW menekankan umatnya agar mengedepankan akhlak mulia saat bergaul dengan sesama.
Muhammad Ali Hasyimi dalam kitab Syakhshiyatul Muslim mengungkapkan bahwa seorang Muslim yang bijaksana tetap menjaga spirit dakwah dan jalinan ukhuwah, meskipun objek dakwah berbuat lancang kepadanya. Pribadi Muslim yang mempesona adalah Muslim yang mudah bergaul, cerdas dalam menjalin hubungan persaudaraan, merasa tidak ada jarak, dan jauh dari sikap masam dan marah.
Rasulullah SAW dan para sahabat telah memberikan keteladanan dalam menyikapi perlakuan umat pada masa itu. Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan, ketika perang Ḥunain, Rasulullah SAW memberi bagian hasil rampasan perang untuk beberapa sahabat sebagaimana yang biasa beliau lakukan.
Lantas ada seseorang yang merasa keberatan dan berkata, “Demi Allah, ini pembagian yang tidak adil dan tidak diridhai Allah.” Ibnu Mas’ud melaporkan hal itu kepada Rasulullah SAW.
Maka wajah Nabi SAW berubah dan memerah. Kemudian Nabi SAW bersabda, “Lalu siapa yang bisa adil jika Allah dan Rasul-Nya tidak adil?” Lantas beliau melanjutkan, “Semoga Allah merahmati Nabi Musa; beliau disakiti lebih dari ini, dan dia tetap bersabar.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW patut menjadi teladan kita dalam kesabaran menghadapi perangai kaum jahiliyah yang memusuhinya. Berbagai penistaan dilancarkan untuk menjegal dakwah Islam. Bahkan paman Nabi SAW sendiri, Abu Lahab bersama istrinya, Ummu Jamil masuk dalam barisan pembenci. Keduan ya melakukan berbagai cara untuk menghalangi dakwah Islam.
Saat berdakwah ke Thaif, bukan sambutan hangat yang diterima, melainkan hal yang menyakitkan Nabi SAW alami. Lemparan batu bertubi-tubi menimpa disertai caci maki yang terlontar dari lisan kaum musyrikin.
Rasulullah SAW tetap bersabar dan tidak pernah mendoakan keburukan untuk mereka.
Wallahu a’lam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Cara Unik Ulama NU Jelaskan Pancasila
KH Yasin Yusuf memberikan pemahaman kepada khalayak mengenai esensi Pancasila.
SELENGKAPNYATarekat Tijaniyah, Penggerak Syiar Islam di Afrika
Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syekh Ahmad al-Tijani pada paruh kedua abad ke-18 M.
SELENGKAPNYASang Mursyid Tijaniyah dari Garut
KH Badruzzaman merupakan tokoh ulama-pejuang dari Ponpes al-Falah Biru, Garut.
SELENGKAPNYANasihat Rasulullah tentang Tiga Keadaan
Rasulullah SAW menerangkan tentang mereka yang terhina, yang celaka, dan yang selamat.
SELENGKAPNYA