Cuaca ekstrem | Edwin Dwi Putranto/Republika

Jakarta

Ratusan Warga Masih Mengungsi

 

 

Tidak kurang dari 100 kepala keluarga di Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur, masih menempati lokasi pengungsian karena banjir yang belum surut, Rabu (26/2) siang. Ketua RW 04 Kelurahan Cipinang Irwan Kurniadi mengatakan, sebanyak 100 kepala keluarga yang masih bertahan di Universitas Borobudur berasal dari warga yang tinggal di dekat Kali Sunter.

"Rumah-rumah mereka di dekat Kali Sunter masih terendam banjir kurang lebih 50 sentimeter. Sampai jam 06.00 WIB, tinggi air masih 50 sentimeter," kata Irwan.

Berdasarkan informasi dari pengelola Universitas Borobudur, jumlah pengungsi yang menempati area parkir kendaraan serta mushala saat ini semakin berkurang. Jumlah pengungsi di Universitas Borobudur saat terjadi banjir, Selasa (25/2), mencapai 650 kepala keluarga. "Sekarang tersisa sekitar 600-an jiwa dari 100 KK di Universitas Borobudur," kata Irwan.

Sementara itu, sebagian pengungsi dari RW 05, RW 08, RW 10, RW 11, RW 12, dan RW 13 telah kembali ke rumah mereka masing-masing. Pantauan di lokasi warga yang kembali ke rumah mulai membenahi perabotan serta membersihkan lumpur dari dalam rumah.

Sebagian warga ada pula yang memanfaatkan air dari selokan untuk membersihkan perabotan rumah, seperti kursi dan meja. "Airnya masih susah, pompa saya mati kerendam, jadi pakai yang ada dulu," ujar warga RW 10, Siti (44 tahun). Sejumlah truk tangki pembawa air bersih dari sejumlah instansi terkait tampak berdatangan ke lokasi rumah warga untuk memberikan bantuan air.

Sementara itu, sebagian dari sekitar 1.900 jiwa pengungsi korban banjir di Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, sudah kembali ke rumah tinggal mereka karena air telah surut. Total jumlah warga korban banjir pada Selasa (25/2) berjumlah 4.271 kepala keluarga, 1.900 jiwa di antaranya mengungsi.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI, banjir yang semula setinggi 1 meter-1,5 meter di delapan wilayah RW, saat ini berangsur surut berkisar 20-30 sentimeter sejak dini hari tadi. Otoritas setempat memfasilitasi delapan lokasi pengungsian korban banjir di bangunan masjid, sekolah, kampus, maupun kantor pemerintahan.

Selain itu, Kelurahan Cipinang Melayu juga didirikan enam dapur mandiri di RW 02, RW 04, RW 05, RW 06, RW 10, RW 11, dan RW 13. Lurah Cipinang Melayu, Agus Sulaeman mengatakan, korban banjir mendapatkan bantuan, seperti makanan siap saji, dapur mandiri, selimut, dan tikar.

Terkait kondisi pengungsi, Agus mengatakan, saat ini sedang dalam proses pemeriksaan kesehatan. Agus menepis kabar terkait dua warganya yang meninggal dunia karena tersetrum saat terjadi banjir. "Memang ada dua orang yang tersengat listrik, sempat pingsan, tapi sudah mendapat perawatan di RS UKI dan sudah kembali ke rumah masing-masing di RT 02 di RW 04, dan RT 03 di RW 04," kata dia.

Sekolah kembali aktif

Kepala Suku Dinas Pendidikan Jakarta Selatan Joko Sugiarto mengatakan, kegiatan belajar-mengajar (KMB) di sekolah korban banjir di wilayah Jakarta Selatan (Jaksel) sudah beraktivitas normal kembali. Sebelumnya, terdapat sejumlah sarana pendidikan di wilayah Jakarta Selatan yang terendam, Selasa (25/2), terdiri atas dua sekolah dasar, satu taman kanak-kanak dan satu sekolah pendidikan anak usia dini (PAUD).

Keempat sekolah tersebut yakni SD Negeri Petukangan 01 dan 02 yang terletak Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan. Air setinggi 60 sentimeter merendam halaman depan sekolah dan air setinggi 50 sentimeter merendam perkarangan belakang sekolah setinggi 50 sentimeter.

Kegiatan belajar-mengajar terpaksa dilakukan di rumah karena arus air cukup deras dan berbahaya bagi siswa. "Akses ke sekolah banjir, anak-anak belajar di rumah dengan penugasan terkontrol dari guru," kata Joko.

Berikutnya, air juga merendam halaman sekolah BKB PAUD Blue Safir Jalan Kemandoran Pluis, Kebayoran Lama, hingga menghalangi akses siswa ke sekolah. Taman Kanak-Kanak (TK) Pembina Tingkat Nasional di Petukangan Utara, Pesanggrahan, juga ikut terendam sejak Selasa dini hari, tetapi air cepat surut pada pagi hari.

Namun, banjir masih menyisakan lumpur yang tidak aman bagi murid ketika melakukan kegiatan belajar-mengajar. Joko juga memastikan tidak ada laporan fasilitas sekolah yang rusak akibat rendaman banjir.

"Belum ada karena tadi airnya 50 sentimeter merendam halaman sekolah tapi kan sekolahnya tinggi dari halaman itu. Ada juga airnya 1,5 m, tidak ada masalah, tidak ada kerusakan," kata Joko. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat