
Sirah
Tamparan Umar untuk Fatimah Berlanjut Menuju Hidayah
Melihat keadaan saudara perempuannya dalam keadaan berdarah, timbul penyesalan dan rasa malu dalam hati Umar
Oleh ROSSI HANDAYANI
Umar bin Khattab mengucap syahadat pada tahun keenam kenabian Rasulullah SAW. Umar yang kerap disapa Al-Faruq ini masuk Islam tiga hari setelah masuk Islamnya Hamzah bin Abdul Muthalab.
Dalam Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ yang disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, masuk Islamnya Umar merupakan buah dari doa Rasulullah yang pernah bermohon kepada Allah Ta'ala agar Umar masuk Islam, dengan doanya, “Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai, Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam."

Ternyata yang lebih Allah cintai dari keduanya adalah Umar bin Khattab Radhiyallahuanhu. Umar bin Khattab terkenal sebagai orang yang berwatak keras dan bertubuh tegap. Sering kali pada awalnya sebelum masuk Islam kaum Muslimin mendapatkan perlakuan kasar darinya.
Sebenarnya, hati Umar sering berkecamuk perasaan-perasaan yang berlawanan, antara pengagungannya terhadap ajaran nenek moyang, kesenangan terhadap hiburan dan mabuk-mabukan, dengan kekagumannya terhadap ketabahan kaum Muslimin. Hatinya kerap berbisik bahwa boleh jadi apa yang dibawa oleh Islam itu lebih mulia dan lebih baik.
Sampailah kemudian suatu hari, Umar berjalan dengan pedang terhunus untuk segera menghabisi Rasulullah ﷺ . Namun di tengah jalan, putra dari Khattab bin Nufail ini diadang oleh Abdullah an-Nahham al-Adawi seraya bertanya: “Hendak ke mana engkau ya Umar?" “Aku hendak membunuh Muhammad,” jawab dia.
“Apakah engkau akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhroh jika engkau membunuh Muhammad?" “Jangan-jangan engkau sudah murtad dan meninggalkan agama asalmu?" tanya Umar.
“Maukah engkau kutunjukkan yang lebih mengagetkan dari itu wahai Umar, sesungguhnya saudara perempuanmu dan iparmu telah murtad dan telah meninggalkan agamamu,” kata Abdullah.
Setelah mendengar hal tersebut, Umar langsung menuju rumah adiknya. Saat itu, di dalam rumah tersebut terdapat Khabbab bin Art yang sedang mengajarkan Alquran kepada keduanya, Fatimah, saudara perempuan Umar dan suaminya. Namun, ketika Khabbab merasakan kedatangan Umar, dia segera bersembunyi di balik rumah. Sementara Fatimah, segera menutupi lembaran Alquran.
Sebelum masuk rumah, rupanya Umar telah mendengar bacaan Khabbab, lalu dia bertanya, “Suara apakah yang tadi saya dengar dari kalian?” “Tidak ada suara apa-apa kecuali obrolan kamu berdua saja,” jawab mereka. “Pasti kalian telah murtad," kata Umar dengan geram.

“Wahai Umar, bagaimana pendapatmu jika kebenaran bukan berada pada agamamu?" jawab ipar Umar. Mendengar jawaban tersebut, Umar langsung menendangnya dengan keras hingga jatuh dan berdarah. Fatimah segera membangunkan suaminya yang berlumuran darah. Namun, Fatimah pun ditampar dengan keras hingga wajahnya berdarah. Setelah itu, berkatalah Fatimah kepada Umar dengan penuh amarah:
“Wahai Umar, jika kebenaran bukan terdapat pada agamamu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah (ilah) selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah Rasulullah.”
Melihat keadaan saudara perempuannya dalam keadaan berdarah, timbul penyesalan dan rasa malu dalam hati Umar. Dia meminta lembaran Alquran tersebut. Namun, Fatimah menolaknya seraya mengatakan bahwa Umar najis, dan Alquran tidak boleh disentuh kecuali oleh orang-orang yang telah bersuci. Fatimah memerintahkan Umar untuk mandi jika ingin menyentuh mushaf tersebut dan Umar pun menurutinya.
Setelah mandi, Umar membaca lembaran tersebut, lalu membaca: Bismillahirrahmanirrahim. Kemudian dia berkomentar: “Ini adalah nama-nama yang indah nan suci.”
Kemudian beliau terus membaca :
طه
Hingga ayat :
اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنَا۠ فَاعْبُدْنِيْۙ وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ لِذِكْرِيْ
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku." (QS Thaha ayat 14).
Seusai membaca ayat tersebut, Umar berkata, “Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad."
Betapa indah dan mulianya ucapan ini. Tunjukkan padaku di mana Muhammad
Mendengar ucapan tersebut, Khabab bin Art keluar dari balik rumah, seraya berkata: “Bergembiralah wahai Umar, saya berharap bahwa doa Rasulullah ﷺ pada malam Kamis lalu adalah untukmu, beliau ﷺ berdoa: "Ya Allah, muliakanlah Islam dengan salah seorang dari dua orang yang lebih Engkau cintai, Umar bin Khattab atau Abu Jahal bin Hisyam”. Rasulullah ﷺ sekarang berada di sebuah rumah di kaki bukit Shafa.”
Umar bergegas menuju rumah tersebut seraya membawa pedangnya. Tiba di sana, dia mengetuk pintu. Seseorang yang berada di dalamnya, berupaya mengintipnya lewat celah pintu. Dilihatnya Umar bin Khattab datang dengan garang bersama pedangnya. Segera dia beri tahu Rasulullah ﷺ, dan mereka pun berkumpul. Hamzah bertanya: “Ada apa?". "Umar," jawab mereka.

“Umar? Bukakan pintu untuknya, jika dia datang membawa kebaikan, kita sambut. Tapi jika dia datang membawa keburukan, kita bunuh dia dengan pedangnya sendiri”.
Rasulullah ﷺ memberi isyarat agar Hamzah menemui Umar. Lalu Hamzah segera menemui Umar, dan membawanya menemui Rasulullah ﷺ. Kemudian Rasulullah ﷺ memegang baju dan gagang pedangnya, lalu ditariknya dengan keras, seraya berkata:
“Engkau wahai Umar, akankah engkau terus begini hingga kehinaan dan azab Allah diturunakan kepadamu sebagaimana yang dialami oleh Walid bin Mughirah? Ya Allah inilah Umar bin Khattab, Ya Allah, kokohkanlah Islam dengan Umar bin Khattab”.
Maka berkatalah Umar, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah, dan Engkau adalah Rasulullah."
Kesaksian Umar tersebut disambut gema takbir oleh orang-orang yang berada di dalam rumah saat itu, hingga suaranya terdengar ke Masjidil Haram. Masuk Islamnya Umar menimbulkan kegemparan di kalangan orang-orang musyrik, sebaliknya disambut sukacita oleh kaum muslimin.
Ibnu Mas'ud berkata, “Kami dahulu tidak ada yang berani shalat di depan Ka'bah hingga Umar masuk Islam.”
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Mutiara Ramadhan
Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896
HIKMAH RAMADHAN

Memahami Makna Ramadhan
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.