
Khazanah
Hikayat Syair Maulid Barzanji
Kitab Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW.
Oleh MUHYIDDIN
Hari kelahiran Rasulullah SAW pada bulan Rabiul Awal selalu menjadi ajang umat Islam di berbagai daerah menyelenggarakan maulid Nabi. Berbondong-bondong, jamaah memenuhi masjid, mushala, hingga majelis taklim untuk mengenang dan mengingat kembali hikayat baginda Rasulullah SAW.
Salah satu bacaan lawas yang kerap dibaca saat maulid Nabi adalah Syair Barzanji. Syair panjang ini merayakan kehidupan dan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad SAW. Dalam tradisi Islam, syair ini sering dibaca dalam berbagai acara dan perayaan keagamaan dalam budaya Melayu dan Muslim di berbagai negara. Kitab Barzanji ditulis dengan tujuan untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dan meningkatkan gairah umat Islam dalam memegang teguh ajaran Islam.
Dalam kitab itu, riwayat Nabi SAW dituliskan dengan bahasa yang indah dalam bentuk puisi dan prosa serta qasidah yang sangat menarik. Di berbagai belahan dunia Islam, syair Barzanji lazimnya dibacakan dalam momentum memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad atau maulid Nabi, termasuk di Indonesia.
Dengan mengingat riwayat sang Nabi, seraya memanjatkan shalawat serta salam untuknya, umat Islam berharap mendapatkan berkah keselamatan, kesejahteraan, dan ketenteraman. Dalam buku Maulid Barzanji, Ustadz M Syukron Maksum menjelaskan, pada perkembangan berikutnya, pembacaan Barzanji juga dilakukan di berbagai kesempatan sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Contohnya, saat kelahiran bayi, upacara pemberian nama, mencukur rambut bayi, akikah, khitanan, pernikahan, syukuran, kematian (haul), hingga orang yang berangkat haji dan selama berada di Tanah Suci.
Maulid Barzanji merupakan bentuk doa-doa, puji-pujian, dan menceritakan riwayat Nabi Muhammad yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada. Kitab ini sebenarnya berjudul Iqd al-Jawhar fi Mawlid an-Nabiy al-Azhar, tapi lebih terkenal dengan maulid Barzanji sesuai nama penyusunnya, yaitu Syekh Ja'far bin Hasan bin Abdul Karim bin Muhammad al-Barzanji.
Sejarah kitab al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum besar peringatan Maulid Nabi Muhammad yang digelar pertama kali. Namun, ada banyak pendapat tentang perayaan Maulid Nabi untuk pertama kalinya tersebut.
Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam dalam Perang Salib. Sebab, waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara Salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris.

Pada 1099, tentara Salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsha menjadi gereja. Sementara itu, umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan semangat ukhuwah. Pemimpin umat Islam dalam Perang Salib. Salahuddin Yusuf al-Ayyubi mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW secara massal. Sebab, menurut dia, semangat juang Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat Islam kepada nabi mereka.
Sebenarnya, menurut Ustaz M Syukron Maksum, hal itu bukan gagasan murni Salahuddin, melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi semacam bupati di Irbil, Surya Utara. Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin sering menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi di istananya. Hanya saja, perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun.
Adapun Salahuddin ingin agar perayaan Maulid Nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa. Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari khalifah di Baghdad, yakni an-Nashir, ternyata khalifah setuju.
Maka, pada musim ibadah haji bulan Dzulhijah 579 H/1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain mengeluarkan instruksi kepada seluruh jamaah haji agar ketika kembali ke kampung halaman masing-masing untuk segera menyosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada bahwa mulai tahun 580 H/1184 M tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai hari maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Mengadakan sayembara
Salah satu kegiatan yang diprakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 580 H/1184 M adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan kemudian diundang untuk mengikuti kompetisi. Akhirnya yang menjadi pemenangnya adalah Syekh Ja'far al-Barzanji.
Seluruh ulama dan sastrawan kemudian diundang untuk mengikuti kompetisi Akhirnya yang menjadi pemenangnya adalah Syekh Ja'far al-Barzanji
Peringatan maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali.
Salahudin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 583 H/1187 M Yerusalem berhasil direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa dan Masjidil Aqsha menjadi masjid kembali sampai hari ini. Seluruh ulama dan sastrawan kemudian diundang untuk mengikuti kompetisi. Akhirnya yang menjadi pemenangnya adalah Syekh Ja'far al-Barzanji.
Kitab maulid Barzanji sendiri sampai sekarang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan diajarkan di banyak pesantren dan madrasah di seluruh dunia Islam. Di Indonesia, kitab Barzanji juga dikenal dengan sebutan "Syair Maulid" dan sering dibacakan dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Sejarah Perayaan Maulid
Maulid Nabi Muhammad SAW dirayakan di banyak negara mayoritas Muslim.
SELENGKAPNYAJelang Maulid Nabi, 2 Perangkat Gamelan Keraton Dimainkan
Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Nogo Wilogo dikeluarkan dan dimainkan di halaman Masjid Gedhe Kauman sebagai bentuk syiar.
SELENGKAPNYA