
Internasional
Veltman Didakwa Sengaja Tabrak Mati Satu Keluarga Muslim
Veltman kemudian ditangkap di mal terdekat dengan mengenakan pelindung tubuh dan helm.
Oleh ZAHROTUL OKTAVIANI
ONTARIO -- Seorang pria Kanada menjadi terdakwa setelah membunuh keluarga Muslim beranggotakan empat orang. Ia disebut menganut keyakinan nasionalis kulit putih dan berencana melakukan tindakan terorisme.
Informasi itu disampaikan dalam sebuah persidangan yang dipandang sebagai penentu arah untuk menuntut tindakan kekerasan sayap kanan tersebut. Pelaku bernama Nathaniel Veltman mengaku tidak bersalah atas empat dakwaan pembunuhan tingkat pertama.
Tidak hanya itu, pria berusia 22 tahun itu juga harus menghadapi satu dakwaan percobaan pembunuhan dalam kasus pembunuhan keluarga Afzaal di London, Ontario, pada Juni 2021. Dilansir dari Middle East Eye, Rabu (13/9/2023), kasus itu juga menandai pertama kalinya argumen bermotif terorisme yang terkait dengan supremasi kulit putih akan disidangkan di pengadilan Kanada.
Dalam pembukaan persidangan yang dikutip oleh media lokal, jaksa Sara Shaikh mengatakan, Veltman dengan sengaja pergi mencari Muslim untuk dibunuh. Saat ia berpapasan dengan keluarga yang sedang berjalan-jalan sore, dia langsung memutar truk pikapnya dan melaju kencang. Veltman melompati tepi jalan dan segera melaju ke arah mereka.
Tubuh para korban dilaporkan terlempar ke udara akibat tabrakan kencang itu. Potongan pakaian yang dikenakan oleh satu atau lebih korban kemudian ditemukan menempel di kisi-kisi depan dan bemper truk. "Dia mengemudikan truknya langsung ke arah mereka dengan injakan gas sekuat tenaga," kata Shaikh, seperti dikutip oleh stasiun televisi CTV di pengadilan.
Dia mengemudikan truknya langsung ke arah mereka dengan injakan gas sekuat tenagaSARA SYAIKH Jaksa
Veltman kemudian ditangkap di mal terdekat dengan mengenakan pelindung tubuh dan helm. Menurut jaksa, suaranya sempat terdengar di latar belakang panggilan 911 yang mengatakan, "Sayalah yang menabrak mereka .... Saya melakukannya dengan sengaja." Saat diborgol, dia juga mengatakan kepada polisi bahwa dia ingin mengirimkan pesan yang kuat terhadap imigrasi Muslim.
Ada sejumlah bukti yang dikumpulkan polisi, termasuk tulisan-tulisan tentang nasionalisme kulit putih dan menentang imigrasi massal. Beberapa pisau dan senapan angin juga disita dari truknya.
Empat anggota keluarga yang merupakan tiga generasi keluarga Afzaal tewas dalam serangan itu, yaitu Salman Afzaal berusia 46 tahun, istrinya, Madiha Salman berusia 44 tahun, sang ibu, Talat Afzaal berusia 74 tahun, dan putri mereka, Yumnah, 15 tahun. Korban kelima, seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun, terluka parah.
Sebelumnya, Perdana Menteri Justin Trudeau mengatakan, pembunuhan itu adalah serangan teroris yang dimotivasi oleh kebencian. Dalam beberapa tahun terakhir, tercatat ada peningkatan insiden Islamofobia di Kanada. Para pengamat mengatakan, meningkatnya Islamofobia telah mengungkap mitos multikulturalisme Kanada.

Pada Agustus 2022, Badan Statistik Pemerintah Kanada melaporkan kejahatan rasial terhadap komunitas Muslim di seluruh Kanada telah meningkat sebesar 71 persen pada tahun 2021 saja. Tabrakan mobil yang terjadi pada tahun 2021 ini adalah serangan anti-Muslim paling mematikan di Kanada sejak penembakan di sebuah masjid di Kota Quebec pada 2017 yang menewaskan enam orang. Pelaku penembakan itu tidak didakwa melakukan terorisme.
Utusan Khusus anti Islamofobia Kanada, Amira Elghawaby, sebelumnya mengunjungi London, Ontario, untuk memulai tur lintas Kanada pertamanya karena satu keluarga Muslim terbunuh di sana akibat kejahatan kebencian. “Seruan untuk membentuk kantor khusus memerangi Islamofobia datang dari masyarakat Muslim di seluruh Kanada, tapi yang paling kuat datang dari masyarakat Muslim London,” ujar Elghawaby dalam wawancara dengan CBC Radio. “Saya tahu saya harus datang ke London,” lanjut dia.
London adalah sebuah kota di barat daya Toronto dengan penduduk 404 ribu jiwa. Kota itu merupakan tempat terjadinya kejahatan mengerikan pada 6 Juni 2021 yang dilakukan oleh pria kulit putih. Elghawaby yang ditunjuk oleh Perdana Menteri Justin Trudeau pada Januari mengatakan, dia akan menyerukan hukuman bagi pelaku Islamofobia dan diskriminasi di mana pun ia menemukannya.
Lihat postingan ini di Instagram
Dia memulai dengan awal yang sulit ketika diketahui bahwa dia ikut menulis artikel opini surat kabar yang mempermasalahkan UU 21 Quebec, yang melarang sebagian besar pekerja sipil memakai simbol keagamaan saat bekerja. UU kontroversial tersebut secara efektif melarang hijab atau penutup kepala bagi wanita seperti ajaran Islam. Ia menulis bahwa UU 21 menunjukkan warga Quebec dipengaruhi sentimen anti-Muslim.
Atas tulisannya tersebut, Elghawaby meminta maaf, tetapi politisi Quebec meminta pemecatannya hanya beberapa hari setelah ia ditunjuk. Trudeau justru menolak permintaan tersebut sehingga ia tetap berada di posisinya. “UU 21 mendiskriminasi orang-orang yang memakai simbol keagamaan yang terlihat dan ada dampak tidak sepadan terhadap wanita Muslim yang menggunakan jilbab,” kata dia.
Pengadilan Tolak Gugatan Banding Larangan Abaya
Debat mengenai larangan abaya mengalihkan isu kekurangan guru dan kelas yang penuh sesak.
SELENGKAPNYAPembangkangan Dimulai, Murid-Guru Protes Pelarangan Abaya
Pengadilan tertinggi Prancis melegalkan larangan abaya.
SELENGKAPNYAPuluhan Muslimah Berabaya Diusir dari Sekolah di Prancis
Ratusan gadis Muslimah dengan berani mengenakan abaya ke sekolah.
SELENGKAPNYA