ILUSTRASI Pada zaman Nabi SAW, terdapat seorang sahabat yang mengalami pengucilan | dok wikipedia

Kisah

Kisah Ka'ab bin Malik 'Absen' Dalam Perang Tabuk

Ka'ab bin Malik menyesali kelalaiannya, yang lalu membuatnya mengalami pengucilan selama 50 hari di tengah Muslimin.

Salah satu ekspedisi yang pernah dipimpin Nabi Muhammad SAW ialah Tabuk. Misi itu terjadi di daerah tersebut, yang berlokasi sekira 770 kilometer arah utara Madinah.

Ekspedisi Tabuk menjadi salah satu misi jihad yang terberat dalam sejarah Islam era Rasulullah SAW. Di antara alasannya, peperangan itu terjadi ketika musim panas melanda yang disertai masa paceklik.

Betapapun aral melintang, Nabi SAW dan Muslimin tetap tegar dan pantang menyerah. Mereka sigap menghadapi musuh, yakni Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) yang kala itu menguasai wilayah Syam.

Ada satu kisah yang cukup masyhur dalam konteks Perang Tabuk, yakni absennya seorang sahabat dari medan jihad tersebut. Dialah Ka'ab bin Malik.

Padahal, sang sahabat Nabi SAW itu kerap ikut dalam jihad bersama Rasulullah SAW. Kesetiaannya pada Islam pun tidak perlu diragukan. Ia termasuk yang mengikuti Bai'at al-Aqabah II.

Maka dari itu, ketidakhadirannya dalam Perang Tabuk menimbulkan pertanyaan. Ibnu Qudamah al-Maqdisi dalam kitab Al-Tawwabin menuturkan kronologinya.

Mula-mula, Ekspedisi Tabuk terjadi pada hari Kamis. Sebab, Nabi SAW memang senang memulai perjalanan pada hari tersebut. Kabar tentang jadwal yang sudah ditetapkan beliau itu pun diketahui Muslimin Madinah, termasuk Ka'ab bin Malik.

photo
Lokasi daerah Tabuk. Ekspedisi Tabuk adalah pasukan terbesar yang pernah dipimpin langsung Rasulullah SAW. - (DOK WIKIPEDIA)

Ia tentu bersemangat. Segera saja dirinya bersiap untuk menyongsong hari yang telah ditentukan itu. Maka pada Kamis pagi--sekira beberapa jam sebelum perjalanan ekspedisi dimulai--ia menyempatkan diri ke pasar.

Ka'ab hendak membeli perlengkapan yang akan digunakannya untuk perang nanti. Ia berpikir, setelah barang yang dibutuhkannya terbeli, dirinya dapat segera menyusul rombongan pasukan Muslimin.

Sayangnya, berjam-jam lamanya ia menunggu, barang yang dibutuhkannya tak kunjung ditemukan. Padahal, Ka'ab telah berkeliling kios demi kios di pasar. Karena ingin sesiap mungkin, ia pun menunggu hingga esok hari.

Akan tetapi, barang yang dicarinya masih saja tiada. Esok telah berganti hari. Selanjutnya, yang ada hanyalah kerisauan dalam hati Ka'ab.

"Begitulah hingga akhirnya Ka'ab tak bisa lagi menyusul pasukan yang dipimpin Rasulullah SAW,” ungkap Ibnu Qudamah.

Jelaslah alasan Ka'ab tidak mengikuti ekspedisi Tabuk. Tak ada niatan dalam hatinya untuk mangkir. Justru, hatinya menjadi sangat sedih. Ia sungguh menyesal karena telah lalai.

Rasulullah SAW dan pasukannya akhirnya sampai di Tabuk. Nabi SAW yang tak melihat sosok Ka'ab lalu bertanya, “Apa yang dikerjakan Ka'ab bin Malik?”

Salah seorang sahabat menjawab, “Baju dan selendangnya yang membuatnya tertinggal di rumahnya, ya Rasul SAW.”

Perkataan itu adalah ungkapan menyindir bahwa yang bersangkutan berat meninggalkan istri di rumah. Mendengar itu, Muadz bin Jabal segera menyela, "Hush, sangat buruk apa yang kaukatakan. Demi Allah, wahai Rasulullah, kami melihat Ka'ab sebagai orang yang baik."

Beberapa hari kemudian, usailah Perang Tabuk. Sesampainya di Madinah, Rasulullah SAW memasuki masjid dan menunaikan shalat. Kemudian, beliau duduk sendirian; mengisyaratkan bahwa inilah waktunya bagi mereka yang tidak ikut berjihad untuk melapor kepada beliau.

Nabi SAW memaafkan beberapa Muslim yang memang uzur sehingga urung bergabung dalam pasukan Muslim. Namun, ketika melihat Ka’ab, beliau tidak melihat adanya alasan tersebut.

“Bukankah engkau sudah membeli kuda?” tanya Nabi SAW.

“Benar, ya Rasul,” jawab Ka'ab tertunduk.

“Lantas, apa yang membuatmu tak ikut?”

“Demi Allah, sekiranya di sini tak ada orang lain selain engkau, pasti saya akan lari. Kini, saya diberikan kesempatan untuk membela diri, tetapi ya Rasulullah, orang tak akan percaya. Mudah-mudahan Allah memberikan ketentuannya atas diriku,” ujar Ka'ab.

“Bila sungguh benar kata-katamu, pergilah sampai ada keputusan dari Allah,” sabda Rasul SAW
Ka'ab pun pergi dengan hati yang sangat sedih. Rasulullah SAW lalu melarang semua sahabat untuk berbicara dengannya.

Pengucilan pun dimulai. Tak ada satu orang pun yang menyapa Ka'ab. Tidak ada yang dirasakannya kecuali kesedihan dan penyesalan yang begitu besar.

 
Lelaki Kristen itu menawarkan kepadanya agar keluar dari Islam. Dengan tegas, ditolaknya tawaran tersebut.

Beberapa hari kemudian, seorang Nasrani mencari-carinya di pasar. Para sahabat tak ada yang bicara. Beberapa hanya memberi isyarat untuk menunjukkan lokasi Ka'ab kepada Nasrani tersebut. Kepada Ka’ab, lelaki Kristen itu menawarkan kepadanya agar keluar dari Islam. Dengan tegas, ditolaknya tawaran tersebut.

Ka'ab berupaya keras untuk segera lepas dari sanksi sosial itu. Ia sempat mendatangi Abu Qatadah, anak pamannya, agar menjembataninya dengan Rasulullah SAW. Namun, Abu Qatadah tak mau berbicara kepadanya karena harus mematuhi perintah Nabi SAW. Ka'ab pun hanya bisa menangis.

Hari demi hari terasa begitu lama. Tibalah hari ke-50 sejak dimulainya pengucilan. Ka'ab hanya bisa mengisi waktunya dengan shalat sunah sendirian di dekat Ka'bah. Ia benar-benar bertobat. Ka'ab berdoa dan berharap kiranya Allah menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW untuk memberikan keputusan tentangnya.

Tiba-tiba ia mendengar suara dari atas bukit, “Bergembiralah wahai Ka'ab bin Malik.” Ia langsung bersujud dan bersyukur. Kemudian datanglah seorang pria berkuda dan memberi kabar gembira.
Ka'ab segera menemui Rasulullah SAW di masjid. Lalu, Rasulullah SAW bersabda, “Bergembiralah, wahai Ka'ab.”

Dengan wajah cerah, sang sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah apakah itu datang dari engkau atau dari Allah SWT?”

photo
ILUSTRASI Kaab bin Malik dan pengucilan yang dialaminya merupakan asbabun nuzul beberapa ayat surah Taubah. - (DOK WIKIPEDIA)

“Datang dari sisi Allah.” Kemudian, Nabi SAW membacakan surah at-Taubat ayat 117 hingga 119.
لَـقَدْ تَّابَ اللّٰهُ عَلَى النَّبِىِّ وَالۡمُهٰجِرِيۡنَ وَالۡاَنۡصَارِ الَّذِيۡنَ اتَّبَعُوۡهُ فِىۡ سَاعَةِ الۡعُسۡرَةِ مِنۡۢ بَعۡدِ مَا كَادَ يَزِيۡغُ قُلُوۡبُ فَرِيۡقٍ مِّنۡهُمۡ ثُمَّ تَابَ عَلَيۡهِمۡ‌ؕ اِنَّهٗ بِهِمۡ رَءُوۡفٌ رَّحِيۡمٌۙ
وَّعَلَى الثَّلٰثَةِ الَّذِيۡنَ خُلِّفُوۡا ؕ حَتّٰۤى اِذَا ضَاقَتۡ عَلَيۡهِمُ الۡاَرۡضُ بِمَا رَحُبَتۡ وَضَاقَتۡ عَلَيۡهِمۡ اَنۡفُسُهُمۡ وَظَنُّوۡۤا اَنۡ لَّا مَلۡجَاَ مِنَ اللّٰهِ اِلَّاۤ اِلَيۡهِ ؕ ثُمَّ تَابَ عَلَيۡهِمۡ لِيَتُوۡبُوۡا ‌ ؕ اِنَّ اللّٰهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيۡمُ
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوۡنُوۡا مَعَ الصّٰدِقِيۡنَ

Artinya: "Sungguh, Allah telah menerima tobat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi pada masa-masa sulit, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada mereka, dan terhadap tiga orang yang ditinggalkan.

Hingga ketika bumi terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah (pula terasa) sempit bagi mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksaan) Allah, melainkan kepada-Nya saja, kemudian Allah menerima tobat mereka agar mereka tetap dalam tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar."

Ikuti Berita Republika Lainnya