ILUSTRASI Kisah Nabi Syamun. | dok look and learn

Kisah

Kisah Lengkap Nabi Syam'un

Sang nabi dikhianati oleh istrinya sendiri yang ikut berkomplot dengan musuh.

Seperti dinukil dari buku Durratun Nasihin, pada zaman Bani Israil dahulu ada seorang nabi Allah bernama Syam’un al-Ghozi. Gelar di belakang namanya itu menandakan keistimewaannya sebagai ahli perang atau pejuang yang perkasa di medan jihad.

Ia sanggup berperang melawan pasukan musuh Allah selama seribu bulan. Bahkan, dirinya hanya menggunakan tulang rahang unta—riwayat lain menyebut: tulang rahang keledai—sebagai senjata. Dengan sekali pukul, ia bisa menewaskan lawannya. Dari sela-sela gigi senjatanya itu, keluar pula air tawar yang bisa diminumnya kapanpun sang nabi haus. Dari titik yang sama pun, tumbuh daging segar yang bisa dimakannya untuk menghilangkan lapar.

Keperkasaan Nabi Syam’un ternyata membuat iri hati raja Israil. Kemudian, sang penguasa membuat sayembara: siapa saja yang bisa menangkap dan membunuh Nabi Syam’un, akan diberi hadiah berupa harta dalam jumlah besar

Para penasihat raja juga membuat plot licik dengan menawarkan harta benda dan perhiasan yang berlimpah kepada istri Nabi Syam’un. Tanpa sepengetahuan suaminya, wanita itu setuju untuk ikut dalam permufakatan jahat ini. Pada suatu malam, mereka menyusun rencana.

 
Raja juga membuat plot licik dengan menawarkan harta benda dan perhiasan yang berlimpah kepada istri Nabi Syam’un.

“Kami akan memberikan kepadamu seutas tali yang amat kuat. Ikatlah tangan dan kaki suamimu ketika ia tertidur. Kalau sudah begitu, biar kami saja yang bertindak untuk membunuhnya!” kata seorang prajurit suruhan raja kepada si istri Nabi Syam’un.

Mula-mula, istri Syam’un gagal mewujudkan rencana itu karena ketiduran. Betapa tidak! Sang nabi gemar mengerjakan shalat malam sehingga wanita licik ini tak kuasa menahan kantuk hingga subuh menjelang.

Karena selalu tidak berhasil, beberapa hari kemudian perempuan ini melapor kepada orang-orang suruhan raja Israil. Bagaimanapun, mereka memakluminya dan menyarankan agar mengikat Nabi Syam’un kala tidur siang saja.

Esok siang, rencana itu dijalankan dan berhasil. Kedua kaki dan tangan Nabi Syam’un pun terikat kencang ketika dirinya tertidur.

Tatkala bangun dan ingin mendirikan shalat, Syam’un terkejut karena kedua kakinya terikat. “Wahai istriku, siapakah yang mengikatku dengan tali ini?” tanya sang nabi kepada istrinya.

“Aku yang mengikat karena sekadar ingin menguji sebesar apa kekuatanmu," jawab sang istri.

Nabi Syam’un lalu menggumamkan doa. Dengan sekali coba, ia berhasil melepaskan kekangan tali pada kaki dan tangannya. Segera, ia menuju tempat peribadahan untuk shalat.

Keesokan hari, diam-diam istri Syam’un menemui lagi para prajurit itu, memberitahukan kegagalannya. Kali ini, mereka memberikan rantai kepadanya untuk mengikat sang nabi.

Hari berganti, istri Syam’un berhasil mengikat kedua kaki dan tangan suaminya dengan rantai pemberian para prajurit istana. "Wahai istriku, siapakah yang mengikatku kali ini?" tanya Syam'un dengan nada agak marah ketika bangun dari tidur.

"Aku yang mengikatnya, sekadar untuk mengujimu," jawab istrinya.

photo
Melalui buku ini, penulis membahas sosok Nabi Syamun. - (dok perpusnas)

Namun, seperti yang sudah-sudah, Syam’un bisa memutus rantai tersebut usai menggumamkan doa. Pantang menyerah, wanita itu lalu merayu-rayu sang suami agar mau membocorkan rahasia kekuatan tubuhnya.

Akhirnya, Syam'un bercerita bahwa sebenarnya ada titik kelemahan yang dimiliki. “Aku punya rambut panjang ini. Ketahuilah, tidak ada satu pun yang mampu mengalahkanku kecuali rambutku ini," jelas dia.

Keesokan harinya, saat Syam’un sedang tertidur, istrinya itu menggunting empat helai rambut sang suami. Kemudian, wanita ini mengikat masing-masing tangan dan kaki sang nabi dengan tiap helai rambut tadi.

Akhirnya, Syam’un terbangun. Betapa terkejutnya ia ketika mendapati dirinya lagi-lagi dalam keadaan terikat.

"Wahai istriku, siapakah yang mengikatku ini?"

"Aku, untuk mengujimu," jawab istrinya.

Setelah itu, Syam'un berusaha dengan sekuat tenaga untuk melepaskan ikatan itu, tetapi tidak berdaya untuk memotongnya. Langsung saja, istrinya keluar dari rumah dan berteriak memanggil para prajurit Istana.

Mereka tertawa terbahak-bahak kala mendapati Nabi Syam’un terikat rambut sendiri. Sang nabi lalu digotong untuk dihadapkan kepada raja Israil. Penguasa ini begitu puas, sampai-sampai menempatkan Nabi Syam’un yang masih dalam keadaan terbelenggu empat helai rambutnya di tiang utama istana.

Kemudian, dimulailah metode penyiksaan. Para prajurit pertama-tama memotong kedua telinga serta kedua tangan dan kaki Nabi Syam’un. Mereka juga menusuk kedua mata sang nabiyullah hingga buta. Istri Nabi Syam’un turut menyaksikan adegan ini tanpa rasa belas kasihan.

Pertolongan Allah SWT pun datang lewat perantaraan Jibril. Sang malaikat hanya bisa didengar oleh Nabi Syam’un.
“Hai Syam’un, panjatkanlah doa kepada Rabbmu!”

“Ya Allah, berikanlah kekuatan kepadaku hingga aku mampu menggerakkan tiang istana ini, dan akan kuhancurkan mereka dengan kekuatan dari-Mu. Bismillahirrahmanirrahim. La haula wa la quwwata illa billah," lirih suara Syam’un.

Allah mengabulkan doa nabi-Nya. Seketika, bagian-bagian tubuh yang tadi putus kembali tersambung. Syam'un lalu hanya beringsut sedikit, putuslah tali rambut yang sedari tadi mengekangnya.

Kemudian, ia mencengkeram pilar-pilar Istana dan menariknya. Alhasil, seluruh bangunan tersebut runtuh. Puing-puingnya menimpa raja dan kebanyakan aparat penguasa. Termasuk di antara mereka yang tewas adalah istri Syam’un.

Sesudah peristiwa ini, Nabi Syam’un bersumpah akan berjuang menumpas musuh-musuh Allah selama seribu bulan tanpa henti. Selain itu, ia terus rutin memperbanyak shalat malam dan berpuasa pada sepanjang siang.

photo
Surah al-Qadr - (dok nahdlatul ulama)

Seluruh rangkaian kisah itu pernah dituturkan Nabi Muhammad SAW. Mendengarnya, para sahabat pun mengagumi sosok Nabi Syam’un.

“Ya Rasulullah, bilakah pahalanya beribadah selama seribu bulan itu?” tanya seorang sahabat.

“Aku tidak mengetahuinya,” jawab Nabi SAW.

Kemudian, turunlah Malaikat Jibril, membawa wahyu kepada Rasul SAW yakni Alquran surah al-Qadr ayat 1-5. Inilah awal mulanya penjelasan, mengapa kemuliaan Lailatul Qadar bagi Muslimin lebih baik daripada beribadah seribu bulan lamanya.

 

Ikuti Berita Republika Lainnya