Hikmah
Fitrah Bertauhid
Orang yang tidak bertauhid kepada Allah SWT telah mengingkari fitrahnya sendiri.
Oleh NUR FARIDAH
Tauhid atau mengesakan dan beribadah kepada Allah SWT adalah dakwah pertama yang disampaikan oleh para nabi dan rasul. Dakwah Nabi Nuh, misalnya, sebagaimana firman Allah SWT, “Sungguh, Kami telah mengutus Nuh (sebagai rasul) kepada kaumnya, lalu ia berkata, ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah (karena) tidak ada tuhan bagi kamu selain Dia'.” (QS al-A’raf [7]: 59).
Tauhid menjadi dasar dari keimanan dalam hati yang merupakan fondasi utama dalam perilaku seorang Muslim. Bila fondasi ini kuat, maka ibadah-ibadah fisik akan baik. Bila fondasi ini rapuh, maka ibadah-ibadah fisik tidak akan maksimal, bahkan malah akan sring dilanggar, atau diabaikan dan dianngap tak penting.
Oleh karena itu, untuk memaksimalkan ibadah, fondasi tauhid ini harus diperkuat dan terus dijaga hingga akhir hayat.
Untuk memaksimalkan ibadah, fondasi tauhid ini harus diperkuat dan terus dijaga hingga akhir hayat.
Dalam hadisnya, Rasulullah SAW mengatakan bahwa orang yang mati dalam kondisi bertauhid, maka dia masu surga. “Sesuatu telah datang kepadaku dari Tuhanku, memberitahuku dan menyampaikan kabar gembira kepadaku bahwa barang siapa yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, maka ia akan masuk surga.” (HR al-Bukhari).
Dalam hadis lain, beliau bersabda, “Barang siapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia akan masuk neraka.” (HR al-Bukhari)
Tujuan Allah SWT menciptakan manusia itu adalah agar manusia beribadah, mengabdi, dan menaati-Nya. “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS adz-Dzariyat [51]: 56).
Dalam kitab Tafsir ath-Thabari karya Imam ath-Thabari disebutkan ada beberapa makna dari ungkapan “illa liya’buduni”.
Pertama, agar mereka beribadah. Kedua, agar mereka tunduk kepada Allah SWT dengan jalan beribadah. Ketiga, agar mereka tetap beribadah, suka atau tidak suka. Keempat, agar mereka beribadah kepada Allah SWT dan tunduk terhadap segala perintah-Nya.
Ibadah dan ketundukan hanya kepada Allah SWT inilah pengertian dari tauhid itu sendiri. Hal sebaliknya adalah syirik, yakni menyekutukan Allah SWT dengan selain-Nya.
Beribadah dan tunduk kepada selain Allah SWT (dalam hal-hal ibadah). Atau, beribadah kepada Allah SWT, tetapi juga beribadah kepada selain-Nya. Atau, menjadikan (meyakini) ada tandingan selain Allah SWT.
Allah SWT mencintai orang yang bertauhid dan membenci orang yang berbuat syirik. Pada hadis di atas, Rasulullah SAW memberikan garansi bahwa orang yang mati dalam keadaan bertauhid akan Allah SWT masukkan ke dalam surga. Sementara orang yang mati dalam keaadan berbuat syirik akan Allah SWT masukkan ke dalam neraka.
Manusia mesti beribadah, karena dia adalah makhluk atau ciptaan Allah SWT. Maka beribadah hanya kepada-Nya, tidak berbuat syirik terhadap-Nya, adalah sesuatu yang niscaya.
Selain itu, Allah SWT telah memberikan kepada manusia kehidupan di dunia dan rezeki, serta tempat tinggal di muka bumi. Akal manusia yang sehat pastinya akan mendorong untuk berterima kasih kepada Allah SWT atas semua itu.
Dengan demikian, secara naqli (dalil) dan aqli (rasio), bertauhid dan beribadah kepada Allah SWT adalah sesuatu yang default atau fitrah dalam diri manusia sejak mereka diciptakan.
Karena itu, orang yang tidak bertauhid dan beribadah kepada Allah SWT, dia telah mengingkari dirinya sendiri, fitrahnya sendiri, yang dalam istilah Alquran disebut sebagai “menzalimi diri sendiri”.
Wallahu a’lam.
Haruskah Menakwil Ayat-Ayat Mutasyabihat?
Ibnu Rusyd menyatakan, takwil adalah menerangkan makna suatu lafaz majazi (lafaz yang dipakai adalah kiasan) dari makna yang hakiki
SELENGKAPNYAKisah Attar 'Meramal' Jalaluddin Rumi
Penyair Persia ini memprediksi, Rumi akan tumbuh menjadi tokoh penting dalam dunia sastra dan sufi.
SELENGKAPNYAKasturi, Wewangian Kesukaan Nabi
Berbagai hadis Nabi Muhammad SAW menyebut kasturi sebagai wangi yang begitu harum.
SELENGKAPNYA