Hussain Yee adalah seorang mualaf yang berbasis di Malaysia. Kini, ia bergiat dalam dunia dakwah. | dok facebook

Oase

Kisah Umar bin Khattab Mendorongnya Bersyahadat

Syekh Hussain Yee mengagumi kekuatan Alquran yang mampu mengubah pandangan seorang Umar bin Khattab.

Jauh sebelum memeluk Islam, Hussain Yee adalah seorang penganut Buddha. Ia mulai melakukan pencarian spiritual setelah merasa, agama yang dipeluknya dahulu itu tidak lagi memuaskan hati. Ia menilai, praktik-praktik yang ada sudah tak lagi sesuai dengan yang diajarkan sang Gautama.

Menurut Yee, Gautama bukanlah Tuhan yang harus disembah. Sang Buddha adalah seorang pangeran yang berkelana mencari kebenaran. Kemudian, tokoh ini mendapatkan pencerahan sehingga dijuluki sebagai Buddha. Ia lalu memberikan ajaran-ajaran yang diperoleh dari semedinya kepada orang-orang.

Hussain mendalami agama tradisional dengan bekerja di biara. Lama mengabdi di tempat itu membuatnya tersadar bahwa apa-apa yang dilaksanakan orang-orang sudah melenceng dari ajaran Gautama. Orang-orang mulai memuja dan berdoa kepada Gautama, yang sama sekali tidak mengizinkan orang untuk memujanya.

Dengan perasaan kecewa, ia lalu pindah keyakinan menjadi seorang penganut Kristen, agama yang banyak dipeluk penduduk di China--tempatnya tinggal kala itu. Dia mengenal Kristen dari kakak perempuannya. Pada awal menjadi seorang Nasrani, pria yang kini berusia sekitar 72 tahun itu menganggap Kristen sebagai agama yang indah.

"Saya rasa sangat indah karena Kristen mengajarkan tentang cinta kepada Tuhan dan cinta kepada sesama (manusia)," katanya, seperti dikutip Republika dari saluran YouTube IPSI Channel, beberapa waktu lalu.

Selain itu, lanjut Yee, Kristen baginya saat itu adalah agama yang bebas. Hanya dengan mengatakan percaya kepada keyakinan agama tersebut, seseorang bebas melakukan apa pun yang dimauinya.

Ketika orang melakukan kesalahan, lalu mengakui dosa di depan pendeta, maka dirinya akan bersih kembali. Ia lalu mengajarkan agama Kristen kepada orang-orang di sekitarnya. Lelaki kelahiran Malaysia itu pun sempat berkomitmen dengan memasuki sebuah sekolah misionaris untuk menyebarkan Kristen. Yee sempat berpikir dirinya akan menjadi orang yang sangat egois apabila menyimpan sendiri agamanya tanpa menyebarkan misi kepada seluruh orang.

Yee pun kembali ke lingkungannya dan menyebarkan Kristen kepada mereka. Untuk menjadi seorang misionaris, Yee mengaku perlu mempelajari banyak hal tentang Kristen. "Saya harus mempersiapkan diri dan belajar lebih dalam mengenai Kristen dan Trinitas yang menjadi inti dari agama cinta ini," ujarnya.

Kegundahan kembali menerpa hatinya ketika Yee mempelajari Trinitas. Tidak mudah baginya untuk menerima konsep ini. Sulit baginya memercayai bahwa seseorang menjadi Tuhan, dan Tuhan menjadi seorang manusia fana. Kegalauan itu disampaikannya kepada seorang pendeta. Kepadanya, Yee bercerita betapa hati kecilnya sulit sekali menemukan kebenaran akan Kristen.

Pendeta tersebut lalu berkata pada Yee, "Bersabarlah, Roh Kudus akan datang padamu dan memberikanmu pencerahan." Ia pun menunggu dan menunggu akan kedatangan sesuatu yang disebut Roh Kudus itu.

Akan tetapi, penantian itu terasa tak kunjung usai. Padahal, ingin sekali dirinya menyebarkan Kristen sesegera mungkin kepada teman-temannya. Saat itu, Yee bahkan berpikir mereka akan masuk neraka apabila tidak menganut Nasrani.

Ia menganggap orang-orang di luar agama itu tersesat. Pada saat yang sama, Yee memiliki teman-teman Muslim. Namun, ia waktu itu sama sekali tidak mengetahui apa-apa tentang Islam. Awalnya, ia berpikir bahwa Islam adalah agama untuk orang-orang tertentu, yakni Arab atau mungkin kelompok etnis Melayu. Jadi, ini bukan untuk semua orang.

Ketika masih memercayai Kristen, ia ingin sekali mengajak teman-temannya yang Muslim untuk berbagi pengetahuan ihwal agama yang dipeluknya. Yee pun diam-diam mempelajari agama Islam. Sayangnya, tutur dia, pada era 1960-an orang-orang non-Muslim Malaysia tidak dibenarkan membaca Alquran, termasuk mushaf terjemahan. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk membaca buku tentang seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Umar bin Khattab.

Sejak itulah, Yee mulai menemukan apa yang dicarinya selama ini. Ia menemukan kebenaran dalam Islam. Kisah Umar bin Khattab yang memeluk Islam telah menginspirasinya dan menjadi jalan hidayah bagi lelaki etnis Tionghoa itu. Jujur, kesadarannya terpantik ketika membaca buku biografi tentang al-Faruq.

 
Itu (Alquran) pastilah luar biasa karena mampu mengubah pandangan seseorang yang begitu keras, seperti Umar.
   

"Kitab itu (Alquran) pastilah luar biasa karena mampu mengubah pandangan seseorang yang begitu keras, seperti Umar," ujar Yee.

Karena makin penasaran, ia pun nekat mencari mushaf Alquran. Begitu berhasil mendapatkannya, Yee lalu membaca terjemahan kitab suci itu. Setelah menelaahnya berulang-ulang, dalam hatinya tumbuh sebuah keyakinan.

"Inilah agama yang selama ini aku cari," katanya mengenang momen itu.

Menurut Yee, Islam lebih rasional dan mampu menjawab pertanyaannya tentang Tuhan. Agama ini sangat tepat sasaran. Islam hanya mengajarkan satu Tuhan, yaitu Allah. Bukan tiga Tuhan seperti konsep Trinitas. "Ini sangatlah sederhana," katanya.

Kemudian, ia pun membaca biografi tentang Rasulullah SAW. Makin terpesonalah dirinya dengan teladan Nabi SAW. Ternyata, Islam memang tidak mengajarkan kekerasan, tetapi perdamaian dan saling menghormati.

Yee pun menyadari bahwa Islam bukanlah agama eksklusif yang hanya dimiliki atau dianut oleh satu kelompok tertentu. Ternyata, Islam adalah agama yang universal. Allah SWT Tuhan umat Islam tidak hanya untuk orang Arab, tetapi juga untuk seluruh insan di atas bumi ini. "Islam adalah agama untuk semua," ujarnya.

 

 
Islam adalah agama untuk semua.
   

 

Pada 1968, Yee memutuskan memeluk Islam. Dengan dukungan kawan-kawan Muslimnya, selama empat tahun dia hanya tinggal di masjid. Barulah setelah diajak untuk berhaji tahun 1972, ia membutuhkan sertifikat mualaf untuk mengubah data dalam paspor. "Tidak mudah karena untuk mendapatkan sertifikat saat itu harus ada wali, sedangkan usia saya belum 21 tahun," kata dia.

Selain berhaji, ia pun menuntut ilmu agama Islam di Madinah selama enam tahun. Itu berlanjut dengan belajar di Suriah selama dua tahun. Setelah selesai menuntut ilmu di Timur Tengah, Yee sempat bekerja di Prancis, yakni mengikuti sebuah organisasi kemanusiaan yang membantu para pengungsi Kamboja selama satu tahun. Kemudian, ia pulang ke Malaysia dan segera bergabung dengan Perkim, sebuah organisasi perkumpulan mualaf setempat.

Pada 1984, Yee sempat memulai safari dakwahnya di Hong Kong. Malahan, selama satu tahun berikutnya ia bekerja di sana sebagai imam. Pada tahun 1992, ia pamit dari Perkim dan mendirikan organisasi sosialnya sendiri. Sejak saat itu dia telah membantu ribuan orang mualaf, bukan hanya dari dalam, melainkan juga luar negeri.

Kisah Attar 'Meramal' Jalaluddin Rumi

Penyair Persia ini memprediksi, Rumi akan tumbuh menjadi tokoh penting dalam dunia sastra dan sufi.

SELENGKAPNYA

Mengenal Fariduddin Attar, Sang Penyair Agung

Dalam bahasa Persia, namanya berarti peracik parfum. Ia dikenang sebagai penggubah Manthiq al-Thair.

SELENGKAPNYA

Senin Diresmikan, Rabu LRT Sempat Ngadat

Sempat terjadi mati listrik di salah satu trip LRT Jabodebek.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya