
Nusantara
Harga Gabah Naik Jelang Panen Gadu
Tingginya harga gabah dipengaruhi fenomena El Nino.
CIREBON – Puncak panen raya gadu 2023 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, diperkirakan berlangsung pada akhir September. Mendekati masa tersebut, harga gabah di tingkat petani di daerah tersebut justru makin naik.
Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Cirebon Tasrip Abu Bakar mengatakan, panen baru terjadi di wilayah barat dan timur Kabupaten Cirebon. Untuk wilayah barat, panen telah berlangsung di Kecamatan Palimanan, Ciwaringin, Arjawinangun, dan Klangenan. Sedangkan, di wilayah timur, panen di antaranya terjadi di Kecamatan Losari, Babakan, Waled, Ciledug dan Mundu.
"Untuk daerah lumbung padinya, justru belum panen," kata Tasrip, Selasa (29/8/2023).

Tasrip menyebutkan, daerah lumbung padi yang dimaksud, di antaranya di Kecamatan Kapetakan, Gegesik, Kaliwedi, Susukan dan Panguragan. Luas area tanaman padi di wilayah tersebut sekitar 22 ribu hektare.
Tasrip memperkirakan, panen di daerah-daerah itu akan terjadi sekitar akhir September hingga awal Oktober. Jika daerah-daerah tersebut sudah panen, Cirebon akan mengalami puncak panen raya.
Tasrip mengatakan, meski kini makin mendekati puncak panen raya, harga gabah di tingkat petani justru mengalami kenaikan. Saat ini, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani ada di kisaran Rp 6.500 sampai Rp 6.800 per kilogram.
Harga itu bisa naik menjadi Rp 7.200 per kilogram jika sudah di tingkat penggilingan. Pada pertengahan Agustus lalu, harga GKP di tingkat petani mencapai Rp 6.200–Rp 6.500 per kilogram.
Harga itu pun sudah merupakan harga tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Harga saat ini pun jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP). HPP GKP di tingkat petani hanya Rp 5.000 per kilogram, HPP GKP di tingkat penggilingan Rp 5.100 per kilogram, HPP GKG di penggilingan Rp 6.200 per kilogram, dan HPP GKG di gudang Perum Bulog Rp 6.300 per kilogram.
"Kalau tidak ada musim tanam gadu dua, harga gabah pada Oktober sampai Desember bisa lebih tinggi lagi," terang Tasrip.
Tasrip mengungkapkan, tingginya harga gabah salah satunya dipengaruhi oleh fenomena El Nino. Menurut dia, El Nino berdampak pada menurunnya produktivitas padi karena kekurangan air.

Dalam kondisi cukup air, hasil panen bisa mencapai 6,5 ton hingga 7 ton per hektare. Namun, saat ini, rata-rata hanya 6 ton per hektare.
Untuk memperkuat data pangan di masa El Nino, Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Satgas Pangan Mabes Polri mempererat kerja sama pendataan penggilingan padi dan stok beras nasional. Langkah itu menjadi upaya bersama menghadapi tantangan dan krisis global.
“Saya mohon kepada seluruh jajaran Kementan untuk memperkuat kolaborasinya dengan jajaran Polri karena yang kita hadapi ini adalah El Nino dan krisis lainnya," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan hasil survei BPS tahun 2020, jumlah penggilingan padi di Indonesia mencapai 169.788 unit. Secara terperinci, penggilingan berskala kecil sebanyak 161.400 unit, penggilingan skala menengah 7.332 unit dan penggilingan berskala besar sebanyak 1.056 unit.
Mentan mengatakan, sejauh ini pihaknya sudah membagi wilayah ke dalam tiga zona. Pembagian zona itu terutama dalam rangka menghadapi cuaca ekstrem El Nino atau musim kering panjang yang diperkirakan berlangsung hingga September mendatang.
Zona pertama adalah zona merah yang berstatus defisit, zona kedua adalah zona kuning yang memiliki sumber air cukup, dan terakhir zona hijau yang memiliki air melimpah atau dalam kata lain zona yang harus di-booster (diperkuat).
"Saya sudah membagi wilayah dengan zona. Dari 38 provinsi, katakanlah yang merah, Papua, Bali, dan Banten. Tapi, yang lain kan banyak yang kuning dan sebagian lainnya banyak yang hijau, itulah yang kita booster," katanya.
Berikutnya, kata Mentan, pemerintah sudah memiliki skema bernilai ekonomi bagi para petani yang ingin mengembangkan usaha tani. Skema tersebut adalah skema kredit KUR yang bisa diakses semua orang dalam memperkuat modal usaha.

Berdasarkan catatannya, penggunaan KUR sangat membantu karena memiliki bunga rendah. "Oleh karena itu, dengan satgas, saya berharap kita naik kelas. Caranya kita pakai KUR sebagai akses modal petani. Dan dari apa yang kami gunakan selama ini yang macet itu hanya 0,03, jadi sebenarnya sudah oke kita pakai KUR. Sama halnya dengan penggilingan, kita pakai KUR saja, Pak," tuturnya.
Adapun Kementerian Pertanian tengah mengerjakan realisasi penanaman padi di enam provinsi dengan luas lahan mencapai 500 ribu hektare. Di antaranya di Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan, termasuk daerah pendukung lainnya, seperti Lampung.
Ketua Satgas Pangan Mabes Polri Brigjen Whisnu Hermawan menegaskan siap membantu tugas pemerintah dengan memberikan dukungan penuh terhadap jalannya program Kementan. Dukungan tersebut di antaranya adalah mengamankan stok beras melalui pendataan penggilingan padi di seluruh Indonesia hingga distribusi.
"Saya berharap teman-teman di kepolisian membantu pendataan penggilingan ini sebagai pusat informasi pemerintah agar data yang dimiliki tidak salah. Terutama teman-teman di polres untuk mengecek penggilingan sampai pada distribusinya," ujarnya.