Wakil Presiden Ma | Ahmad Subaidi/Antara

Ekonomi

Warpres Minta BUMN Bantu Bank Wakaf

 

 

 

LOMBOK TENGAH -- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin menginginkan sumber modal bank wakaf mikro (BWM) nantinya tidak hanya berasal dari donasi Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas). Wapres mendorong agar sumber modal BWM juga berasal dari dana sosial lainnya, seperti anggaran program tanggung jawab sosial korporasi (corporate social responsibility/CSR)

Saat meresmikan BWM Ahmad Taqiuddin Mansur 'Atqia' Pondok Pesantren NU al-Manshuriyah Ta'limusshibyan di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (20/2), Kiai Ma'ruf mengatakan, ia mendorong supaya dana BWM tidak hanya menunggu donasi. "CSR dari BUMN juga nanti digunakan untuk membangun bank wakaf," ujar Kiai Ma'ruf.

Kiai Ma'ruf beralasan, sumber modal dari donasi saja membuat perkembangan BWM kurang begitu cepat. Saat ini, ada sekitar 56 unit BWM. Ia berharap BWM bisa terus berkembang dan bertambah di daerah lainnya.

Apalagi, Kiai Ma'ruf mengatakan, BWM merupakan komitmen pemerintah memberi kemudahan berusaha melalui pemberian akses terhadap permodalan dan pembiayaan kepada usaha kecil milik rakyat.

Keberadaan BWM di pesantren juga bisa mencerminkan pesantren selain menjadi tempat untuk belajar agama, juga harus dapat menjadi tempat untuk penguatan ekonomi umat. "Mengapa BWM harus di pesantren? Supaya pesantren juga menguatkan dan memberdayakan umat, terutama di bidang ekonomi. Untuk menghilangkan kemiskinan supaya jangan sampai umat ini menjadi umat yang lemah," kata Kiai Ma'ruf.

Ma'ruf juga berpesan agar pesantren dapat menjadi motivator dan koordinator keterlibatan para santri dalam pengelolaan BWM. Karena, generasi mudalah yang nantinya akan menjadi penerus gerakan ekonomi umat. Terlebih, setelah belajar fikih ibadah, para santri juga perlu mempelajari fikih muamalah.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso yang turut hadir menjelaskan latar belakang pendirian BWM yang semangatnya untuk mengembangkan usaha milik masyarakat kecil di Indonesia. Ia menegaskan, keberadaan BWM diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk berkembang menjadi pengusaha kecil menjadi menengah hingga besar.

"(Pemikirannya) agar jangan hanya menyentuh umat yang besar karena mereka sudah pintar. Justru, difokuskan pada umat yang jumlahnya banyak dan perlu perhatian," ujar Wimboh di lokasi yang sama.

Per Januari 2020, sebanyak 56 BWM sudah tersebar di 18 provinsi dan menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 36,6 miliar untuk 27.871 nasabah yang terdiri atas 3.511 kelompok.

Pertama di NTB

Ketua Yayasan Pondok Pesantren NU al-Manshuriyah Ta'limusshibyan Baiq Mulianah melaporkan perkembangan BWM Atqia. Lembaga keuangan mikro syariah ini mendapat izin Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Juli 2019. "Sampai sekarang sudah memiliki nasabah 355 orang," kata Mulianah.

OJK mencatat, BWM Atqia merupakan BWM pertama di Provinsi NTB dan telah beroperasi sejak 14 Juni 2019 dan telah menyalurkan pembiayaan Rp 355 juta. Sebanyak 355 orang nasabahnya tergabung dalam 71 kelompok. BWM Atqia merupakan satu dari 56 BWM yang sudah beroperasi sejak program ini diluncurkan pada Oktober 2017.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat