|

Kabar Utama

Memberdayakan Warga Desa Lewat Kaus Kaki

kampung kaus kaki ini menjadi salah satu contoh nyata peran BUMDes dalam memberdayakan warga.

Desa Cikondang di Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang, kini lekat dengan sebutan kampung kaus kaki. Sebutan itu muncul dari usaha yang dijalankan warga desanya. Produksi kaus kaki dilakukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), yang dijalankan Gerakan Wirausaha Muda (Garuda) Desa Cikondang. Menurut perajin kaus kaki yang merupakan anggota Garuda, Anggi Yusuf, pendirian BUMDes ini bisa menjadi salah satu solusi dalam membuka lapangan kerja bagi warga desa. "Pengangguran jadi masalah kami sebelum akhirnya membuat BUMDes yang membuat kaus kaki," ujar dia, akhir pekan lalu, seperti laman Humas Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat.

Soal produk BUMDes, Anggi menjelaskan, Garuda terlebih dulu menggali potensi desa. Selain itu, dilakukan juga koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumedang dan Pemprov Jawa Barat. Berdasarkan hasil koordinasi, kata dia, ada tiga rekomendasi produk. Mencakup aluminium, kopiah, dan kaus kaki.

Kaus kaki yang akhirnya dipilih. Sekitar 20 pemuda Cikondang mengikuti berbagai pelatihan untuk membuat kaus kaki. Dalam memproduksi kaus kaki ini digunakan mesin manual. "Awal-awal kami memang kesulitan. Tapi, kami terus coba buat kaus kaki," kata Anggi. Anggi mengatakan, dalam sehari bisa dihasilkan sekitar 21 lusin atau 252 pasang kaus kaki. Kian kemari produk kaus kaki Cikondang ini makin dikenal, sehingga kemudian muncul sebutan kampung kaus kaki. Namun, ia menilai, produksi kaus kaki ini belum maksimal karena terkendala mesin. Persoalan ini direspons Pemprov Jawa Barat yang memberikan bantuan mesin.

Sabtu lalu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meninjau langsung kampung kaus kaki Cikondang. Kepala daerah yang akrab disapa Emil itu mengatakan, kampung kaus kaki ini menjadi salah satu contoh nyata peran BUMDes dalam memberdayakan warga. Sejalan dengan konsep Pemprov Jawa Barat yang tengah mendorong program "satu desa satu produk" atau "satu desa satu perusahaan" (One Village One Company/OVOC). "Di sini khas nya adalah kaus kaki karena demand- nya tinggi dan bisa meng hidupi BUMDes di sini," kata dia.

Pemprov pun mendorong pengembangan usaha desa itu dengan menyalurkan bantuan sejumlah unit mesin. "Mesinnya (yang ada) jadul. Sekarang mesinnya sudah diganti digital. Tinggal pencetpencet, per dua menit satu kaus kaki, sehingga produktivitasnya bisa meningkat," ujar Emil. Dengan bantuan dari pemprov, Anggi pun berharap produksi kaus kaki dapat meningkat, yang diharapkan juga nantinya bisa memperluas lapangan kerja bagi warga desa. "Ya, kalau pesanan lebih banyak kan BUMDes butuh pekerja yang banyak. Pemuda di sini bisa ikut," kata Anggi.

Gubernur mengatakan, pemprov melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Indag) akan berupaya membantu mempromosikan produk kaus kaki Cikondang. Ia meyakini kemajuan usaha desa ini akan membuat warganya menetap di desa, tidak mencari pekerjaan ke luar daerah. "Kalau tidak berhasil, nanti teori ekonominya berulang lagi. Warga desa hijrah ke kota lagi. Makanya, kami memberi enam mesin lebih banyak untuk memastikan rezeki di desa dan teori ekonomi berhasil," ujar Emil.

Emil pun berharap ke depan ma kin banyak BUMDes yang bisa me ngelola potensi desa dan me ngem bangkannya, sehingga men dorong perekonomian masyarakatnya. "Kami menunggu lagi ada BUMDes- BUMDes yang ber sema ngat berekonomi," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat