Warga mengamati aplikasi-aplikasi | ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Inovasi

Pendanaan Perusahaan Rintisan Terjun Bebas

Musim dingin kripto dan ketidakstabilan di pasar, tidak diragukan lagi memainkan peran.

Segala sesuatu yang berhubungan dengan Web3, sempat mendominasi sebagian besar tahun 2021 dan awal tahun lalu. Tetapi di akhir 2022, menunjukkan penurunan minat investor yang signifikan tampak jelas pada ruang sektor teknologi baru yang masih baru dimulai ini.

Dilansir dari Crunchbase News, kelemahan pasar bukanlah hal yang aneh, mengingat kemunduran belanja modal ventura yang signifikan yang disaksikan secara global dan investor cenderung beralih ke industri yang lebih matang dan terbukti. Namun, musim dingin kripto dan kegoyahan pasar aset digital juga tidak diragukan lagi mendorong investor ke arah yang berbeda.

Menurut data Crunchbase, kuartal terakhir tahun lalu terbukti menjadi momen paling brutal karena pendanaan turun secara mengejutkan 74 persen dari kuartal yang sama pada 2021. Tercatat, jumlah pendanaan di sektor teknologi Web3 turun dari 9,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS) menjadi hanya 2,4 miliar dolar AS.

Pendanaan Perusahaan Rintisan RI - (republika)

  Jumlah total dolar juga menjadikannya total triwulanan terendah karena hanya sekitar satu miliar dolar AS yang masuk ke perusahaan daring pada Q4 2020. Aliran kesepakatan juga menurun dari kuartal ke kuartal pada tahun 2022, dengan hanya 327 kesepakatan pendanaan yang diumumkan pada kuartal terakhir, dibandingkan dengan 677 yang mengejutkan pada kuartal pertama tahun ini.

Di Web3, Amber Group, Matter Labs, Uniswap, dan Mineplex adalah satu-satunya perusahaan yang mengumumkan putaran di atas 100 juta dolar AS pada kuartal terakhir. Sedangkan Q4 2021 memiliki 20 putaran seperti itu.

2021 vs 2022

Angka keseluruhan untuk tahun ini memberikan gambaran yang sedikit lebih baik untuk perusahaan rintisan yang mungkin mencari pendanaan di tahun baru. Pendanaan untuk perusahaan rintisan yang didukung venture capital (VC) di Web3 tercatat turun sekitar seperempat, dari rekor tertinggi 29,2 miliar dolar AS pada 2021 menjadi sekitar 21,5 miliar dolar AS tahun lalu.

Jumlah kesepakatan tetap seimbang, dengan perbedaan kurang dari 100 kesepakatan untuk tahun ini. Namun, tidak seperti tahun 2021 ketika FTX, NYDIG, dan Robinhood mengumpulkan putaran sebesar 1 miliar dolar AS atau lebih, tahun 2022 tidak ada putaran yang mendekati ukuran itu.

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Web3 Weekend (@web3weekend)

 

Salah satu putaran terbesar pada 2022 per data Crunchbase adalah perusahaan rintisan blockchain yang berbasis di Brooklyn, ConsenSys, mengunci putaran 450 juta dolar AS dengan penilaian lebih dari 7 miliar dolar AS pada Maret, yang dipimpin oleh ParaFi Capital. ConsenSys mengembangkan perangkat lunak protokol terdesentralisasi yang berjalan di jaringan ethereum dan memungkinkan pengembang dan perusahaan untuk membangun di Web3.

Secara keseluruhan, ada tiga lusin putaran pada 2021 sebesar 200 juta dolar AS atau lebih yang masuk ke perusahaan rintisan Web3 yang didukung VC, sementara tahun lalu hanya melihat 25.

Akhir dari Web3?

Sangat mudah untuk melihat jumlah total, dan terutama tren penurunan saat ini, dalam pendanaan Web3 dan menyimpulkan bahwa “mode Web3” telah berakhir. Namun, penting untuk melihat usaha secara keseluruhan. Dengan VC menarik kembali cek investasi mereka, banyak yang mencari industri yang telah terbukti, dan bukan harapan akan aplikasi baru yang terdesentralisasi atau pertukaran aset digital.

Teknologi Web3 relatif baru dan banyak investor yang belum terbiasa dengan bidang-bidang, seperti SaaS, perangkat lunak perusahaan, atau tekfin tradisional. Pada masa-masa yang tidak pasti seperti sekarang, banyak yang cenderung menghindar daripada memulai dengan antusias.

Musim dingin kripto dan ketidakstabilan di pasar itu juga tidak diragukan lagi memainkan peran. Ketika VC mengalirkan uang ke sektor ini, Bitcoin mencapai titik tertinggi hampir 70 ribu dolar AS. Sekarang, berita utama kripto didominasi oleh berita tentang FTX, kemunduran Binance, dan penangkapan Do Kwon, penggagas koin yang hancur, Luna.

Era Baru Sektor Digital Indonesia 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by East Ventures (@eastventures)

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan, East Ventures melihat sektor digital di Indonesia kini tengah memasuki cycle baru. Cycle sebelumnya terjadi pada tahun 2009 hingga 2021, yang valuasi perusahaan rintisan digital naik dan mencapai puncak jayanya (peak point) pada 2020-2021.

“Tahun 2022-2023, kita masuk ke babak baru di mana terjadi kenaikan suku bunga bertubi-tubi di Amerika, inflasi yang susah dikontrol, perang Rusia-Ukraina yang membuat global supply chain terganggu, sehingga seluruh ekosistem teknologi secara global sedang menghadapi tekanan,” ujar Willson kepada Republika, Jumat (21/7/2023).

Menurut Willson, hal-hal ini memberikan ketidakpastian dan berbagai tantangan. Perusahaan mungkin perlu berfokus efisiensi dan berhati-hati karena uang yang dulunya murah, sekarang menjadi mahal.

Dari sisi investor, Willson mengungkapkan, mereka semakin berhati-hati dalam memberikan pendanaan. Namun, perlu selalu diingat bahwa uang masih tersedia untuk perusahaan yang baik.

“Dari sisi East Ventures, kami tetap aktif melakukan investasi ke perusahaan teknologi di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Hingga semester satu 2023, kami telah melakukan setidaknya 17 deals. Termasuk di sektor tekfin, dan kami akan terus melakukan investasi ke depannya karena situasi di Indonesia yang baik, ekonomi kita masih bertumbuh melebihi target kuartal lalu, suku bunga terkontrol dan pasar domestik yang besar,” katanya.

Wilson menyebut, pesan East Ventures kepada para perusahaan rintisan adalah untuk fokus pada kemampuan utama (core competency), agar dapat mencapai keberlangsungan secara finansial (financial sustain). Para founder juga perlu untuk benar-benar bijaksana (prudent) dalam mengatur penggunaan mereka dan menaruh perhatian lebih ke unit economic. “Terlebih, era di mana ekspansi secara agresif dan melakukan uji coba produk baru sebaiknya lebih ditahan dulu,” ujar Wilson.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by East Ventures (@eastventures)

 

Sementara itu, saat ditanya terkait pendanaan perusahaan rintisan turun pada 2023 serta penyebab dan faktor pendanaan di Indonesia turun signifikan, Ketua Umum Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AMVESINDO), Eddi Danusaputro, mengatakan analisis awal adalah jika diperinci, pendapatan per bulan Mei 2023 dengan bulan Mei tahun 2022 lebih besar. Yaitu, Rp 1.986 miliar versus Rp 1.603 miliar dengan selisih hingga Rp 364 miliar.

Namun, menurut Eddi, bebannya lebih besar juga dengan selisih Rp 376 miliar. “Hal ini yang menyebabkan laba setelah pajak turun. Dilihat dari subfaktor beban, yang membengkak, yaitu di aspek beban operasional, yakni beban tenaga kerja, beban administrasi, dan umum,” ujar Eddi.

Selain itu, Eddi menyebutkan juga ada empat kenaikan biaya yang mencolok. Pertama, beban bunga atau imbal hasil. Ini meningkat senilai Rp 59 miliar. Menurut dia, kemungkinan ini bisa naik sebagai pemikat untuk mempermudah penarikan dana likuiditas dari investor luar.

Kedua, beban tenaga kerja. Ini meningkat Rp 86 miliar. “Bisa saja ini terjadi karena biaya tenaga, yang lebih profesional untuk mendapatkan impact yang lebih di tengah kesulitan ekonomi saat ini, dengan tujuan mengeluarkan sedikit lebih tinggi untuk bisa survive,” kata Eddi.

Ketiga, penyisihan penyusutan. Ini naik Rp 98 miliar. Eddi mengungkapkan, hal ini biasanya terjadi apabila estimasi masa pemanfaatan aset tidak sesuai dengan masa pakai sebenarnya. Sehingga adanya penyesuaian biaya lebih untuk melakukan penyisihan atas nilai aset yang ditentukan di awal. Keempat, beban administrasi dan umum, yang naik Rp 81 miliar.

Menurut Eddi, hal ini terjadi sejalan dengan kenaikan transaksi kegiatan operasional atau melemahnya efisiensi terhadap pengeluaran budget untuk kegiatan operasional. "Sebenarnya ini banyak banget faktor yang memengaruhi, kita harus paham dulu operasional si perusahaan itu bagaimana,” ujarnya. 

 

 

 
Era di mana ekspansi secara agresif dan melakukan uji coba produk baru sebaiknya lebih ditahan dulu. 
 
WILSON CUACA, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures. 
 
 

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat