Pantai Sukaraja kampung nelayan di Jalan Ikan Selar Telukbetung, Kota Bandar Lampung masih dipenuhi sampah domestik. | Republika/Mursalin Yasland

Kisah Dalam Negeri

Dari Mana Sampah di Pantai Sukaraja?

Sampah di Pantai Sukaraja sudah jadi masalah menahun.

Oleh MURSALIN YASLAND

Tak ada asap, tak ada api. Bukan tiba-tiba sampah di Pantai Sukaraja hadir di situ. Ia masalah yang sudah menahun mendera warga di tepian pantai di Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung.

Menurut Sudirman (48 tahun), nelayan payang (jaring) Sukaraja, sampah-sampah tersebut menumpuk di pantai dalam kurun puluhan tahun. “Bukan sekarang saja, sampah-sampah plastik ini sudah 30 tahunan,” kata Sudirman kepada Republika, Selasa (11/7/2023).

Dia mengatakan, banyak yang dulunya mengeklaim sampah-sampah plastik berasal dari rumah kampung nelayan yang berdiri di bibir pantai. Padahal, ujar dia, setiap hujan turun dapat dipastikan, sampah-sampah dari sungai pemukiman warga di Kota Bandar Lampung terbawa hanyut dan bermuara di laut.

“Coba sekali-sekali saat hujan turun, lihat di muara sungai, penuh sampah masuk ke laut,” ujarnya.

photo
Pantai Sukaraja kampung nelayan di Jalan Ikan Selar Telukbetung, Kota Bandar Lampung, masih dipenuhi sampah domestik. - (Republika/Mursalin Yasland)

Dia mengatakan, warga yang bermukim di Kampung Nelayan Sukaraja pernah membersihkan sampah-sampah tersebut, tapi tidak ada gunanya kalau sampah-sampah dari kota masuk ke laut lagi, terbawa ombak ke tengah laut, dan terperangkap jaring nelayan, lalu menepi ke pantai.

Volume sampah di pantai terus bertambah, sampah-sampah di laut berserakan, jelas mengganggu aktivitas nelayan payang. Cara kerja nelayan ini dengan menebar jaring di tengah laut pada pagi hari. Menjelang petang, nelayan sebanyak empat sampai enam orang bergotong royong menarik jaring ke pantai.

Setelah jaring ditarik dan mendekat bibir pantai, nelayan mengambil ikan yang terjaring. “Setiap kali jaring ditarik, pasti terbawa sampah plastik, sedangkan ikan yang terjaring sedikit sekali,” kata Erwan (45 tahun), nelayan payang Sukaraja.

Menurut Erwan, sampah-sampah menumpuk telah menjadi pemandangan sehari-hari. Warga tidak bisa berbuat banyak untuk membersihkannya secara luas. “Setiap hujan, sampah bertambah terus,” ujarnya.

photo
Pantai Sukaraja kampung nelayan di Jalan Ikan Selar Telukbetung, Kota Bandar Lampung, masih dipenuhi sampah domestik. - (Republika/Mursalin Yasland)

Edi (56), nelayan lainnya, mengatakan, keberadaan sampah plastik sudah sangat mengganggu aktivitas nelayan payang. Sampah-sampah plastik dari rumah tangga tersebut tergenang di laut dan menumpuk di pantai. Jaring-jaring nelayan yang sudah ditebar di tengah laut pun banyak mendapatkan sampah.

"Sampah-sampah plastik tidak pernah hilang. Kami nelayan sudah sulit mencari ikan di laut karena banyak sampah. Banyak sampah yang dijaring dibandingkan ikannya," kata Edi.

Ketua Komunitas Nelayan Sukaraja Maryudi mengatakan, banyaknya sampah di kampung nelayan Sukaraja sudah lama terjadi sampai sekarang. Warga sudah tidak sanggup lagi untuk membersihkannya karena volume sampah yang masuk laut makin meningkat, terutama sampah plastik.

Dia mengatakan, banyaknya sampah yang masuk laut berasal dari aliran sungai dalam kota. Masih banyak warga yang menjadikan sungai-sungai sebagai tempat pembuangan sampah sehingga saat hujan turun, apalagi ketika deras, air sungai meluap dan sampah mengalir hingga muara laut.

photo
Nelayan membersihkan sampah yang tersangkut di jaring saat melaut di Pantai Sukaraja, Bandar Lampung, Lampung, Selasa (25/10/2022). - (ANTARA FOTO/Ardiansyah)

Sebelum adanya aksi yang dimotori sekumpulan anak muda yang tergabung dalam Pandawaragroup, dibantu seribuan lebih relawan, pada Senin (10/7/2023), aksi bersih-bersih sampah plastik di Pantai Sukaraja, sudah pernah dilakukan. Namun, sampah domestik tersebut kian bertambah, apalagi saat hujan turun.

Kegiatan bersih-bersih, baik oleh Pemkot Bandar Lampung, Pemprov Lampung, maupun dari peran swasta dan masyarakat, hanya bersifat tentatif. Sampah domestik (rumah tangga) berbahan plastik terbawa hanyut saat hujan turun memasuki perairan Teluk Lampung.

Sampah plastik akhirnya menumpuk dan memadat di kawasan Kampung Nelayan Sukaraja. Para nelayan payang tak dapat berbuat banyak untuk mengurangi, apalagi menghilangkan tumpukan sampah yang sudah menyatu dengan aktivitasnya menjaring ikan di laut.

Wakil Gubernur Lampung Chusnunia pernah meninjau kawasan kampung nelayan Sukaraja yang berada di pesisir Teluk Lampung pada 18 Juni 2019. Kunjungan itu pun dilakukan setelah adanya berita bahwa sampah mengganggu hasil tangkapan ikan nelayan.

photo
Nelayan beraktivitas di antara tumpukan sampah di Pantai Sukaraja, Bandar Lampung, Lampung, Jumat (22/10/2021). - (ANTARA FOTO/Ardiansyah/hp.)

Chusnunia berdialog dengan nelayan dan warga setempat. Kala itu dia menyatakan akan ada kajian kewenangan Pemprov Lampung dan Pemkot Bandar Lampung terkait dengan pengelolaan Teluk Lampung. “Kita akan mengkaji apa saja yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab kita. Jangan sampai keputusan yang diambil nanti membuat nelayan dan masyarakat keberatan,” kata mantan bupati Lampung Timur itu kepada nelayan.

PT Pelindo II Cabang Panjang bergerak untuk membersihkan sampah di perairan Teluk Lampung. Pelindo menyumbangkan satu kapal pengangkut sampah yang diberi nama Telok Betong. Kapal itu menyisir dan mengangkut sampah di laut teluk setiap hari.

Kapal Telok Betong beroperasi setelah diluncurkan pada 31 Juli 2019. General Manager PT Pelindo II Cabang Panjang Drajat Sulistyo mengatakan, baru satu kapal yang akan mengangkut sampah di laut. Ia berharap kontribusi dari pemerintah daerah dan swasta lainnya dapat menambah jumlah kapal pengangkut sampah karena luasnya perairan Teluk Lampung.

Namun, seiring waktu setelah peluncuran, Kapal Telok Betong yang bertugas menyisir dan mengangkut sampah di laut setiap hari, menurut warga setempat, tidak lagi beroperasi. Padahal, sampah di laut makin banyak.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mendambakan Sungai yang Terbebas dari Sampah

Aliran Sungai Ciwulan sangat memiliki potensi untuk dijadikan tempat rekreasi.

SELENGKAPNYA

Budidaya Maggot, Pengurai Sampah Bernilai Ekonomis

Salah satu cara daur ulang lain yang kini tengah populer di tengah masyarakat adalah melalui budidaya maggot.

SELENGKAPNYA

Pemilahan Sampah di TPST Yogya Kurangi Sampah di TPA

Metode pemilahan ini mampu menurunkan 75 ton sampah per harinya yang dibuang ke TPA.

SELENGKAPNYA