Suasana Candi Gayatri yang berada di Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Candi yang juga dikenal dengan Candi Boyolangu ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit. | Republika/Wilda Fizriyani 

Nusantara

Meletakkan Ilmu Kepurbakalaan di Tempat yang Terhormat

Minat dan keterlibatan publik dalam pelestarian arkeologi semakin meningkat.

Pada tahun ini, Hari Purbakala Indonesia menginjak usia 110 tahun. Sepanjang perjalanan di usia tersebut terdapat dinamika dan perubahan seiring perkembangan zaman. Meski demikian, bidang kepurbakalaan Indonesia tetaplah sama, yaitu mengurus berbagai materi budaya peninggalan masa lampau untuk membangun jati diri bangsa Indonesia.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud-Ristek, Hilmar Farid menekankan, mempelajari peninggalan kepurbakalaan merupakan cara efektif dalam memetakan pembangunan pada masa sekarang dan yang akan datang. “Ilmu kepurbakalaan, antropologi, sejarah, dan humaniora secara umum itu sangat penting untuk terus dipelajari. Karena dengan mempelajari apa yang terjadi di masa lampau, akan sangat menentukan umat manusia dalam perjalanannya di masa depan,” kata Hilmar dalam sambutannya di acara peringatan Hari Purbakala ke-110 di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (14/6/2023).

Ia kemudian mengatakan, baik ilmu kepurbakalaan maupun ilmu sosial-budaya secara umum, seharusnya diletakkan di hulu pembangunan bangsa Indonesia. Menurut Hilmar, pembangunan bangsa yang terlalu difokuskan pada pertumbuhan ekonomi bisa berdampak pada kerusakan lingkungan, alam, serta adat budaya.

 

“Pertumbuhan ekonomi itu sangat esensial, tapi harus dihitung juga akibat yang bisa muncul. Bidang-bidang kami ini, sejarah, arkeologi, antropologi, yang justru mempelajari itu. Bukan hanya dampaknya, tapi juga bagaimana caranya membangun kearifan lokal,” kata Hilmar.

Hilmar menegaskan kearifan lokal sebetulnya adalah sumber daya yang luar biasa. Sayangnya, hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal, apalagi dalam hal pembangunan.

Hilmar mengatakan Indonesia sedikitnya memiliki 47 ekosistem alami. Untuk mengenali ekosistem tersebut, mempelajari kepurbakalaan dan pengetahuan lokal menjadi sangat esensial, karena mereka hidup di daerah tersebut selama berabad-abad bahkan ribuan tahun lampau.

“Jadi seharusnya, kita ini menyerap pengetahuan yang berkembang dan begitu solid di masing-masing daerah. Karena itu, sudah melalui ujian waktu, dan sudah seharusnya titik tolak kita memikirkan sekarang dan masa depan adalah dari mempelajari itu,” kata Hilmar.

Minat yang Meningkat

photo
Foto yang diabadikan pada 4 Februari 2023 ini menunjukkan pemandangan Candi Prambanan di Provinsi Jawa Tengah. Candi Prambanan, sebuah situs Warisan Dunia UNESCO, merupakan salah satu kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. - (Xinhua/Xu Qin)

Dia mengatakan acara ini bisa menjadi momen untuk mengingat peran lembaga-lembaga kepurbakalaan dalam berbagai bidang kehidupan bangsa. Lebih lanjut ia juga berharap ke depannya, tanggal 14 Juni bisa diperingati sebagai Hari Purbakala Nasional. “Kalau sekarang kan hanya diperingati oleh kita-kita saja. Saya harap ke depannya bisa diperingati secara nasional,” katanya.

Senada, Ketua Perkumpulan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), Marsis Sutopo, mengatakan minat dan keterlibatan publik dalam pelestarian arkeologi semakin meningkat. Itu terbukti dengan kehadiran berbagai komunitas peduli arkeologi dan cagar budaya.

“Saya lihat saat ini juga semakin banyak komunitas yang peduli dengan cagar budaya dan kepurbakalaan, dan kita ke depannya, harus bisa membangun sinergitas dengan komunitas untuk sama-sama melestarikan cagar budaya di Indonesia,” kata Marsis dalam sambutannya pada acara Peringatan Hari Purbakala ke-110 di Museum Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (14/6/2023).

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud-Ristek, Hilmar Farid, juga mengakui bahwa komunitas dalam upaya pelestarian cagar budaya sangat esensial. Sebagai contoh konkret, selama ini pihaknya selalu mendapat laporan kerusakan, perusakan, dan laporan kondisi cagar budaya di Indonesia umumnya dari komunitas.

“Karena mereka yang ada di lapangan. Bagaimanapun staf di kementerian jumlahnya terbatas, jadi kerja sama dengan komunitas itu sangat esensial. Mereka betul-betul menjadi mata dan telinganya dari upaya pelestarian ini,” kata Hilmar.

Ia kemudian berencana untuk mengumpulkan semua komunitas arkeologi dan cagar budaya dan para ahli arkeologi untuk membangun sinergitas. Namun, ia belum memerinci lebih detail terkait waktu pelaksanaan pertemuan tersebut.

“Memang tadi juga ada pembicaraan untuk ingin mempertemukan semua, bagaimana caranya kementerian bisa mendukung dan memfasilitasi berbagai komunitas ini, agar gerakannya semakin menguat,” kata Hilmar.

Diketahui, setiap 14 Juni diperingati sebagai Hari Purbakala Indonesia. Tanggal ini diambil berdasarkan tanggal berdirinya lembaga Oudheidkundige Dienst (OD) atau yang disebut Lembaga Purbakala, yakni 14 Juni 1913. Sejak ditetapkan hingga kini, hari bersejarah itu diperingati, baik oleh lembaga pemerintah pusat dan daerah maupun komunitas dan organisasi.

photo
Peserta mengikuti acara Jogja Menari di Candi Prambanan, Sleman, Yogyakarta, Ahad (18/12/2022). Sekitar lima ribu penari meramaikan Jogja Menari II dalam rangka Lustrum XIII SMAN 1 Yogyakarta. Jogja Menari II terbuka bagi keterlibatan masyarakat umum, sanggar tari, komunitas, sekolah, madrasah, dan juga para wisatawan yang sedang berlibur ke Yogyakarta. Peserta nanti secara bersama akan membawakan Tarian Nusantara Harmoni yang memadukan unsur gerakan dan iringan dari Yogyakarta, Aceh, Betawi, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Maluku, hingga Papua. Tarian ini membawa makna semangat kebangkitan bersama Indonesia setelah melewati masa pandemi menuju Indonesia baru. - (Republika/Wihdan Hidayat)

Di usia lebih dari satu abad ini, perjalanan lembaga kepurbakalaan memperlihatkan suatu dinamika konsep, kebijakan, dan strategi dalam menjaga warisan budaya bangsa. Terdapat perubahan nomenklatur dan sejumlah pejabat yang memimpin lembaga tersebut.

Lembaga OK serta lembaga-lembaga lain telah menunjukkan bukti data dan informasi masa lalu, yang berperan dalam berbagai bidang kehidupan bangsa. Perannya ini memberikan sumbangan yang berguna bagi masa kini dan yang akan datang.

 

 
Komunitas dalam upaya pelestarian cagar budaya sangat esensial.
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat