Kisah
Amr bin Ash dan Misi Quraisy yang Gagal
Dahulu sebelum memeluk Islam, Amr bin Ash sempat menjadi utusan Quraisy menghadap raja Habasyah.
Cukup banyak sahabat Rasulullah SAW yang pada awalnya sangat membenci dakwah Islam. Namun, berkat pertolongan Allah SWT, hidayah menyinari hati mereka sehingga mereka termasuk ke dalam golongan yang mendukung penyebaran risalah Islam.
Buku Kisah Singkat Sahabat Nabi Muhammad SAW menceritakan ihwal Amr bin ‘Ash sebagai salah seorang yang mengalami hidayah demikian. Lika-liku kehidupannya sebelum menerima petunjuk Illahi patut menjadi pelajaran.
Pada masa sebelum hijrah, Rasul SAW mengalami tantangan yang hebat dari tiga orang tokoh musyrik Quraisy di Makkah. Mereka tidak hanya menarget Rasulullah SAW, melainkan juga menyiksa sejumlah Muslim di depan umum untuk menyebarkan teror. Apalagi, pada masa awal dakwah sembunyi-sembunyi kebanyakan umat Islam merupakan orang-orang miskin atau yang tidak berkuasa.
Sampailah suatu waktu Rasulullah SAW memanjatkan doa kepada Allah. Beliau ingin agar Allah menunjukkan kekuasaan-Nya kepada tiga orang gembong kaum musyrikin itu. Di tengah munajatnya, Rasulullah SAW tersentak dengan keadaan. Sebab, saat itulah wahyu Allah SWT turun, yakni surat Ali Imran ayat 128, yang terjemahannya sebagai berikut.
Rasulullah SAW memahami maksud ayat yang baru saja turun itu. Di antaranya, Allah menghendaki agar Rasulullah SAW memasrahkan ihwal tiga pemuka musyrikin ini sepenuhnya kepada Allah. Sebab, hanya Allah yang berkuasa menetapkan, apakah mereka tetap dalam kondisi zalim sehingga menerima murka-Nya; ataukah sebaliknya, mereka kembali kepada jalan-Nya karena menerima hidayah dari Allah.
Amr bin ‘Ash merupakan salah satu dari ketiga tokoh itu. Ia termasuk di antara para saudagar Makkah yang paling sukses. Ia biasa menjalin hubungan niaga dengan negeri-negeri jauh, seperti Mesir, Syam (Suriah), Habasyah (Ethiopia), dan Yaman. Kemampuannya berdiplomasi sungguh-sungguh piawai. Selain itu, ia juga dikenal sebagai salah seorang pakar strategi perang dan berjiwa ksatria sejak masa remajanya.
Sebagai tokoh Quraisy, Amr bin ‘Ash melihat Islam sebagai upaya menggugat stabilitas di tengah masyarakat Makkah. Satu tindakannya yang tercatat sejarah adalah menghalangi budi baik penguasa Habasyah, Raja Najasyi, yang menerima sekelompok kaum Muslim hijrah ke negeri itu. Hijrahnya kaum Muslim ke sana atas anjuran Rasulullah SAW, yang memahami Raja Najasyi sebagai penganut Nasrani yang taat. Peristiwa itu berlangsung sekitar tujuh tahun sebelum hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Yastrib (Madinah).
Kala itu, rombongan Muslim yang dipimpin Ja'far bin Abu Thalib sudah tiba di Habasyah. Namun, ketakutan masih meliputi mereka karena para petinggi musyrikin Quraisy masih saja memburu kaum muhajirin ini. Adalah Amr bin Ash yang memimpin orang-orang kafir Makkah ini untuk menghadap kepada Raja Najasyi.
Tujuannya, agar sang raja bersedia mengusir Ja’far bin Abu Thalib dan rombongan dari negeri Habasyah. Di sini, Amr bin Ash begitu optimistis karena kemampuan diplomasinya dan hubungan persahabatannya dengan elite kerajaan Habasyah.
Sesampainya di istana Habasyah, Amr bin Ash menyampaikan maksud kedatangannya langsung kepada Raja Najasyi. Sang Raja tidak langsung menyerahkan orang-orang Islam pencari suaka itu. Dengan bijaksana, Raja Najasyi memperhadapkan Amr bin Ash dengan Ja'far bin Abu Thalib. Tujuannya, agar Raja Najasyi dapat berlaku adil dalam menilai siapa sesungguhnya yang paling benar dalam urusan ini.
Untuk memenangkan argumennya, Amr bin Ash menyatakan kepada Raja Najasyi bahwa orang-orang Islam itu memiliki pandangan yang berbeda mengenai Maryam, ibunda Nabi Isa AS. Sebagai seorang Nasrani yang saleh, Raja Najasyi cukup terkejut.

Akan tetapi, Ja'far bin Abu Thalib ternyata mampu menjelaskan bagaimana Islam memuliakan sosok Maryam dan putranya, Nabi Isa AS. Itu khususnya setelah Ja’far membacakan kepada sang raja Alquran surat Maryam ayat ke-14. Belum selesai ayat tersebut dibacakan, air mata Raja Najasyi berderai haru. Para pendeta kerajaan juga meneteskan air mata karena hati mereka tergugah keindahan ayat tersebut.
“Demi Allah, tidak ada perbedaan barang sehelai rambut pun antara ajaran Isa bin Maryam dan Nabi kalian,” kata Raja Najasyi.
Setelah itu, penguasa Habasyah tersebut meminta Amr bin ‘Ash dan para pemuka Quraisy agar berhenti menggangu kaum Muslim.
“Pergilan kalian semua! Demi Allah, saya tidak akan menyerahkan orang-orang (Muslim) ini kepada kalian!” seru sang raja.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Janji Allah
Jangan pernah ragu dengan segala ketetapan Allah karena janji Allah itu pasti.
SELENGKAPNYASihir dan Penyihir Dalam Perspektif Agama Islam
Islam mengharamkan praktik sihir. Alquran menuturkan kisah penyihir yang bertobat.
SELENGKAPNYA18 Kloter Terakhir Memasuki Raudhah
Jamaah lansia dan disabilitas mendapat prioritas antrean masuk ke Raudhah
SELENGKAPNYA