
Gaya Hidup
Bangun Budaya Membaca Sejak Dini Melalui Aplikasi
Kebiasaan membaca sejak dini merupakan bagian penting dalam tahapan perkembangan kognitif anak.
Merujuk pada Program for International Student Assesment (PISA), Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan peringkat literasi rendah. Tercatat, Indonesia menduduki peringkat 62 dari 70 negara. Hal ini pun terbukti dengan belum menjamurnya budaya membaca di kalangan masyarakat.
Melihat hal ini, CEO Lumina Education Stephanie Riady meluncurkan aplikasi BukuAku, sebuah aplikasi perpustakaan digital untuk para pembaca muda, dimulai dari usia balita hingga 14 tahun. BukuAku dirancang untuk menghadirkan pengalaman membaca yang menyenangkan untuk membangun rasa cinta membaca sejak dini.
Stephanie Riady mengatakan, kebiasaan membaca sejak dini merupakan bagian penting dalam tahapan perkembangan kognitif anak. Kemampuan literasi, menurutnya, merupakan bekal fundamental seseorang dalam berpikir, mengolah, dan menerima informasi hingga mengambil keputusan.
View this post on Instagram
"Untuk menarik minat para pembaca muda ini, diperlukan pendekatan yang sesuai agar menjadikan kegiatan membaca menjadi sebuah kegiatan yang seru, menyenangkan, dan dapat memancing rasa keingintahuan anak-anak untuk menjelajahi dunia imajinasi bersama karakter seru dari buku-buku favoritnya,” ujarnya dalam acara Press Conference Peluncuran Aplikasi Perpustakaan Digital BukuAku, Selasa (30/5/2023).
Untuk membangun budaya cinta membaca sejak dini, BukuAku memberikan pengalaman membaca yang menyenangkan dan komprehensif bagi anak-anak. Dilengkapi dengan fitur unggulan seperti Read-to-me Books, fitur audio agar kegiatan membaca lebih interaktif.
Setiap kata yang sedang dibaca pun bisa diberi tanda kotak saat audio diputar untuk membantu si kecil menghubungkan suara dan teks. Selain itu, ada pula fitur Dictionary Look-up yang membantu menerjemahkan buku cerita anak berbahasa Inggris yang langsung dihubungkan dengan kamus Oxford.
Kemudian, fitur Quizzes berisi berbagai pertanyaan dari buku yang sudah dibaca untuk mengasah daya ingat dan imajinasi anak. Selain itu, Badges Award juga dapat memotivasi anak untuk membaca lebih banyak buku, dengan memberikan hadiah badges digital atas prestasi mereka dalam membaca di aplikasi BukuAku.
BukuAku juga memiliki fitur untuk membantu orang tua dan guru agar proses belajar dan perkembangan membaca anak semakin optimal. Melalui Data Analytic for Personalized Library, orang tua bisa melihat profil anak, jumlah buku yang dibaca, total durasi membaca, dan lainnya.
View this post on Instagram
Guru juga bisa melihat data baca per kelas, seperti total buku yang ditugaskan, total durasi membaca, dan lainnya. Yang terakhir adalah Classroom Assignment, untuk membantu guru membuat koleksi buku dan memilih buku untuk dibaca bersama muridnya di kelas.
Chief Operating Officer BukuAku Catherine Mulyana mengatakan, budaya membaca adalah kegiatan esensial yang perlu ditanamkan pada setiap anak sedini mungkin. Membaca adalah proses membangun literasi sebagai jalan untuk menyingkap pengetahuan, memantik potensi, dan membentuk kualitas diri.
"Sudah saatnya membaca menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan dan dekat dengan dunia anak-anak,” ujarnya.
BukuAku memiliki ribuan koleksi buku yang dikurasi dari penerbit buku lokal dan internasional, seperti Scholastic, Kuark Internasional, Literaloka, dan Mizan Publishing. Seluruh buku yang tersedia di aplikasi telah melewati proses kurasi dari tim ahli yang terlibat, seperti education expert advisor dan library development advisor dari berbagai institusi pendidikan.
Telah tersedia di App Store dan Play Store, aplikasi BukuAku dapat diakses dengan model berlangganan secara freemium. Paket berlangganan terdiri atas tiga opsi yaitu keluarga, standar, dan sekolah mulai dari harga Rp 39 ribu per bulan.
Kenalkan Sejak di Kandungan

Budaya membaca masyarakat Indonesia saat ini masih rendah. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan karena membaca merupakan fondasi penting untuk anak sebagai jendela dunia. Lalu, sejak kapan orang tua bisa mengenalkan anak kebiasaan membaca?
Psikolog anak, Samanta Elsener, mengatakan, cinta membaca bisa diajarkan pada anak sejak dari dalam kandungan karena orang tua perlu untuk membiasakan kebiasaan baik. Menurut dia, kebiasaan membaca buku ini bisa memanfaatkan momen malam hari sebelum tidur atau pagi hari sebelum aktivitas. "Ini membuat anak terstimulasi kebiasaan membacanya," ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Samanta mengungkapkan, banyak orang tua mengeluh kepadanya terutama yang memiliki anak speech delay karena anaknya malas membaca. Padahal kebiasaan membaca ini bisa menstimulasi anak yang mengalami speech delay.
"Ternyata dalam kandungannya anak tidak pernah diajak ngomong dan tidak pernah diajak kebiasaan untuk membaca. Mungkin kebiasaannya makan karena kalau lagi hamil lapar. Hal ini berefek dengan kebiasaan," ujarnya.
Samanta mengatakan, saat hamil, ibu tidak hanya perlu mendengarkan lagu untuk menstimulasi anak di dalam kandungan, tetapi membaca buku juga penting. Apalagi orang tua baru yang belum mengetahui cara menstimulasi atau bicara dengan anak seperti apa.
View this post on Instagram
"Buku menjadi alat yang sangat efektif karena kita jadi punya ide. Apalagi kalau buku anak, dari gambar saja kita bisa mendeskripsikan, dari karikaturnya, ilustrasi dan warnanya itu yang bisa bikin diri kita kembali terkoneksi dengan anak," ujarnya.
Selain itu, dengan kebiasaan membaca buku saat hamil, anak kita bisa mendengar suara ibu. Karena suara ibu penting untuk anak, anak sudah familiar ibu tuh suaranya seperti ini. Indera yang terbentuk pertama ketika di dalam janin itu telinga. Sementara kemampuan membaca itu terkait telinga dan visual atau mata.
Membaca adalah proses membangun literasi.STEPHANIE RIADY, CEO Lumina Education.
Digitalisasi dan Toko Buku yang Mati
Orang tua harus kreatif memperkenalkan buku fisik ke buku jenis digital.
SELENGKAPNYAPermata Biru di Shah Alam
Masjid Sultan Salahuddin Abdul Aziz di Malaysia berjulukan ‘Masjid Biru.’
SELENGKAPNYAKetika Ali ‘Kalah’ Lawan Yahudi di Pengadilan
Di muka pengadilan, Khalifah Ali bin Abi Thalib diperlakukan seperti halnya warga biasa.
SELENGKAPNYA