Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberkan keterangan pers usai melakukan pertemuan di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (25/5/2023). | Republika/Prayogi

Nasional

Muhammadiyah-NU Menggagas Kepemimpinan Moral

NU-Muhammadiyah mendorong pentingnya kepemimpinan moral menjelang Pemilu 2024.

JAKARTA – Pertemuan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf dengan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Haedar Nashir di kantor PBNU Jakarta melahirkan beberapa kesepakatan. Salah satunya adalah kesepakatan kedua ormas Islam tersebut untuk mendorong pentingnya kepemimpinan moral menjelang Pemilu 2024.

Gus Yahya menerima langsung kedatangan rombongan PP Muhammadiyah di lantai tiga gedung PBNU. Setelah pertemuan, para pimpinan kedua ormas Islam terbesar di Indonesia itu membuat pernyataan bersama. Keduanya sepakat mengedepankan kepemimpinan moral menjelang Pemilu 2024. Menurut Gus Yahya, kepemimpinan moral sangat diperlukan dalam politik agar tidak terjebak kepentingan jangka pendek.

"Dalam politik ini perlu ada kepemimpinan moral supaya tidak disetir dengan kepentingan-kepentingan pragmatis," kata Gus Yahya, Kamis (26/5/2023).

photo
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan keterangan pers seusai melakukan pertemuan di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (25/5/2023). - (Republika/Prayogi)

Ke depan, PBNU dan Muhammadiyah akan melanjutkan diskusi-diskusi untuk menindaklanjuti pertemuan kemarin. Gus Yahya berharap bisa membangun strategi bersama agar bisa berpengaruh atas berbagai macam isu yang berkembang. "Karena kalau soal komunikasi langsung sudah biasa, tapi kita ingin bersama-sama mencari strategi untuk menciptakan momentum, mudah-mudahan bisa berpengaruh," kata Gus Yahya.

Selain isu politik, PBNU dan Muhammadiyah juga akan menjalin kerja sama dalam membangun strategi ekonomi yang lebih berkeadilan. Gus Yahya mengaku akan belajar dari Muhammadiyah tentang kerja-kerja administrasi organisasi dan pelayanan terhadap umat. "Saya kira ini akan menjadi ladang khidmah yang sangat subur bagi NU dan Muhammadiyah. Kami berterima kasih sekali. Mudah-mudahan ini menjadi kunjungan yang berkah," kata Gus Yahya.

Prof Haedar mengatakan, kepemimpinan moral diharapkan untuk menjadikan Pemilu 2024 lebih bermartabat. Kepemimpinan moral itu, jelasnya, melahirkan arah dan visi kebangsaan yang jelas sehingga kontestasi politik tak hanya berupa ajang mencapai kekuasaan semata. "Tapi, ada visi kebangsaan apa yang mau dibawa, diwujudkan yang berangkat dari fondasi yang diletakkan para pendiri bangsa," kata Prof Haedar.

photo
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf (dua kanan) berjabat tangan dengan Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir (tiga kanan) seusai melakukan pertemuan di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (25/5/2023). - (Republika/Prayogi)

Ia menjelaskan, kepemimpinan moral yang disepakati itu diharapkan mampu menyetir kontestasi politik menjadi lebih baik. Siapa pun pemimpin negeri ini yang terpilih maka dia akan menjadi satu kepemimpinan yang sadar atas perilaku baik dan buruk. "Kami sebagai kekuatan keagamaan kemasyarakatan yang non-politik praktis punya panggilan moral, hadir tanpa merasa paling benar sendiri," kata Prof Haedar.

Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mendukung langkah ormas Islam yang terus mendorong kontestasi politik secara bermoral pada Pemilu 2024. Menurut dia, upaya ini penting untuk memastikan tidak ada polarisasi menjelang pemilu. Hal itu disampaikan Kiai Ma'ruf menyusul pertemuan Muhammadiyah dan NU. "Memang kan di kita itu kan selain partai juga ada kelompok strategis masyarakat, terutama ormas-ormas," ujar Kiai Ma'ruf.

photo
Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan keterangan pers seusai melakukan pertemuan di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (25/5/2023). - (Republika/Prayogi)

Kiai Ma'ruf menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Sebab, polarisasi menjadi salah satu yang dikhawatirkan saat menjelang pemilu. Mantan rais aam PBNU itu pun berharap langkah NU dan Muhammadiyah juga diikuti oleh ormas lainnya. "Ormas ini bukan hanya NU, Muhammadiyah. Sebaiknya memang semua ormas-ormas itu juga mengadakan pertemuan bersama untuk mencegah terjadinya polarisasi dan pembelahan masyarakat," ujarnya.

Ikuti Berita Republika Lainnya