Sebelum memutuskan berislam, Bilal Philip sempat mengalami serangkaian mimpi yang menggugah kesadaran. | DOK Islamic Online University Blog

Oase

Perjalanan Bilal Philips: Studi Agama Hingga Mengislamkan Tentara

Jelang momen bersyahadat, Bilal Philips mengalami rangkaian mimpi yang menggugahnya.

Bilal Philips selalu bersyukur ke hadirat Allah bahwa hatinya terbuka oleh panggilan berislam. Baginya, Islam memberikan ketenangan batin.

Pria kelahiran Jamaika itu pada mulanya tumbuh dalam lingkungan keluarga Nasrani. Beranjak dewasa, ia ikut orang tuanya berpindah ke Kanada. Di sana, pergaulan dan wawasannya kian luas.

Pada sebuah kesempatan, Bilal juga sempat menginjakkan kaki di Malaysia. Negeri Jiran menjadi tempatnya pertama kali mengenal Islam. Namun, ketika itu, belum ada ketertarikan sama sekali untuk memeluk agama tersebut. Di sana, dirinya hanya bersenang-senang dan menambah pergaulan dengan orang-orang seusianya.

Kembali ke Kanada, dia hampir saja terjerumus dengan pergaulan negatif. Teman-temannya banyak yang menyalahgunakan narkoba jenis ganja. Tapi, Bilal tak menyukai kejahatan tersebut. Dia lebih memilih belajar biokimia dan mendalami seni.

Pendidikan pada masa itu dijalaninya dengan beasiswa, sehingga orang tuanya tak terbebani biaya kuliah. Selain belajar, Bilal juga aktif mengikuti dinamika perpolitikan kampus. Aksi mahasiswa yang memprotes ketidakbenaran ia lakoni. Ia juga mempelajari semangat kritis dan sosialisme yang menjadi wacana populer pada era 1970-an.

Tak hanya sosialisme, dia juga mendalami ideologi lain, seperti komunisme di China yang dibangun dengan tangan besi. Mao Tse Tung. Bilal menyempatkan diri mengunjungi negara tersebut.

Di Negeri Tirai Bambu, ia bertemu dengan para simpatisan komunis untuk mempelajari seni gerilya dan memperdalam falsafah Cina. Namun, setibanya di sana, ia merasakan hal sama. Tetapi, kali ini bukan narkoba. Teman-teman komunisnya merupakan para perokok berat.

Ia pun kembali kecewa dan kembali ke Kanada. Saat kembali ke kampus, salah seorang teman perempuannya di kelompok mahasiswa dikabarkan memeluk Islam. Ia pun kemudian mulai mempelajari ajaran Islam.

Buku-buku studi tentang agama ini dibacanya hingga tuntas. Dari situ, dirinya mendapatkan inspirasi berkat mendaras sirah nabawiyah, sejarah khilafah, hadis-hadis, dan berbagai khazanah keilmuan Islam.

Bilal terpesona dengan kehebatan Islam yang menginspirasi kemerdekaan masyarakat Afrika.

Saat mendalami ilmu sejarah, Bilal terpesona dengan kehebatan Islam yang menginspirasi kemerdekaan masyarakat Afrika. Semangat keislaman di sana telah membangkitkan girah masyarakatnya untuk menjadi bangsa berdaulat dan berdiri sendiri. Sehingga, mereka melawan para kolonialis Eropa yang menancapkan kuku penjajahan di tanah mereka.

Sejak itu, lelaki berkulit hitam ini membela Islam dalam berbagai kesempatan. Lalu, ia memutuskan untuk bersyahadat pada era 1970-an. “Aku mulai membela Islam. Akhirnya, beberapa introspeksi dan refleksi membuat saya memeluk Islam pada 1972,” ujarnya dalam biografinya di Saudi Gazzette.

Setelah itu, Bilal ingin menyempurnakan pengetahuannya tentang Islam. Tak puas belajar autodidak, Bilal pun memutuskan pergi ke Arab Saudi. Di sana, ia masuk Universitas Madinah dan mengambil gelar dalam ushuluddin pada 1979.

Kemudian, ia mengambil jenjang master dalam bidang teologi Islam di Universitas Riyadh pada 1985. Adapun studi studi doktoral dalam bidang teologi Islam ditempuhnya pada 1994.

Setelah menjadi penceramah Islam, Bilal pun membagi ilmunya di banyak negara. Ia menjadi dosen di Riyadh, Uni Emirat Arab, hingga Filipina. Enggan membuang waktu, ia pun kemudian membangun kampus sendiri dengan pengajaran daring, yakni Islamic Online University yang berpusat di Qatar.

photo
Bilal Philips dalam sebuah acara forum di kampus. - (DOK Islamic Online University Blog)

Perjalanan religi

Hingga memutuskan bersyahadat, Bilal sesungguhnya pernah mengalami sebuah peristiwa spiritual yang menegangkan. Kepada Saudi Gazette, Bilal mengakui bahwa selama mempelajari Islam secara autodidak, ia hanya jatuh hati pada gaya politik tokoh-tokoh Muslim.

Namun, dalam hal keimanan, ia belum mampu membangun kepercayaan itu dalam hati. Konsep Tuhan yang selama ini dipahaminya dari filsafat sangat jauh berbeda dari teologi Islam.

Panggilan untuk beriman kepada Allah baru dirasakan Bilal setelah mengalami peristiwa menegangkan dalam mimpinya. Bilal bermimpi mengendarai sepeda ke dalam sebuah gudang. Ia memasukinya dan segalanya gelap gulita.

Bulu romanya bergidik. Ia berusaha pergi dari sana, tetapi sejauh apa pun kaki melangkah, dirinya tak kunjung mampu keluar. “Rasanya seperti sedang sakaratul maut,” kata mualaf ini mengenang.

Rasanya seperti sedang sakaratul maut.

Ia diliputi ketakutan yang sangat karena berada di ruang yang amat sangat gelap, tak ada setitik cahaya pun. Bilal pun menjerit, mencari pertolongan. Namun, tenggorokannya tiba-tiba terasa sesak sehingga dirinya tak mampu bersuara. Meski telah berusaha keras meminta bantuan, tak ada yang mampu ia ucapkan. Badannya lemas, terkulai, menyerah. Dalam keadaan demikian, Bilal pun terbangun.

“Mimpi ini meninggalkan kesan luar biasa, bahwa tidak ada yang bisa membawa saya keluar dari situasi seperti itu kecuali Tuhan. Hanya Tuhan yang mampu membawa saya keluar dari keadaan putus asa dan membawa saya kembali pada harapan,” tegasnya.

Mengislamkan tentara

Setelah berhasil meraih gelar MAnya, Philips bekerja di departemen agama markas besar Angkatan Udara Arab Saudi di Riyadh. Saat itu, sedang pecah Perang Teluk. Tugasnya adalah mengajarkan agama Islam pada pasukan AS—khususnya yang Muslim—di barak-barak mereka di Bahrain dan provinsi bagian timur Arab Saudi.

“Karena gambaran tentang Islam begitu terdistorsi di AS, saya dan lima orang Amerika lainnya, setelah Perang Teluk, selama lima setengah bulan terlibat dalam proyek untuk menghilangkan keraguan terhadap agama Islam pada sekitar setengah juta pasukan AS yang ada di kawasan Teluk. Hasilnya, lebih dari tiga ribu tentara AS akhirnya masuk Islam,” ungkap Philips.

Hasilnya, lebih dari tiga ribu tentara AS akhirnya masuk Islam.
Bilal Philips

Ia kemudian pergi ke AS untuk membantu memberikan bimbingan rohani bagi para tentara yang baru masuk Islam. Dengan bantuan organisasi Muslim Members of the Miltary (MMM), lelaki berkulit gelap ini menggelar berbagai konferensi dan kegiatan. Itu semua kemudian berhasil mendesak militer AS untuk membangun fasilitas-fasilitas mushala di seluruh basis-basis militer.

Pemerintah AS juga berkewajiban untuk meminta komunitas Muslim mengajukan kandidat ulama yang akan menjadi pembimbing rohani bagi tentara Muslim di kemiliteran AS.

“Beberapa tentara Perang Teluk yang masuk Islam pergi ke Bosnia untuk memberikan pelatihan pada rakyat Bosnia dan ikut berjuang bersama mereka melawan kekejaman tentara Serbia,” ujarnya.

Alumni Sidogiri Tersinggung, Islah Bahrawi Diminta Langsung ke Pesantren

Alumni menerima permintaan maaf Islah Bahrawi.

SELENGKAPNYA

Alumnus Gontor, Jembatan Perdamaian di Mancanegara

KH Mohammad Tidjani Djauhari turut dalam tim rekonsiliasi di Myanmar dan Bosnia.

SELENGKAPNYA

Sinar Terang Ramadhan Sananta

Dua gol di partai final SEA Games 2023 menunjukkan kualitas Sananta sebagai ujung tombak serangan.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya