Hikmah
Bersegera Bukan Tergesa-gesa
Perintah bersegera bukan berarti tergesa-gesa karena sikap tergesa-gesa itu berasal dari setan.
Oleh NAWAWI EFENDI
Allah SWT memerintahkan kita agar bersegera mengerjakan amal kebaikan. Sebagaimana firman-Nya, “Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS Ali Imran [3]: 133).
Perintah untuk bersegera melakukan ibadah, sebagaimana firman Allah SWT tersebut, didasarkan pada dua perkara, yaitu ampunan Allah SWT dan surga-Nya.
Siapakah manusia yang tidak memiliki dosa selain nabi dan rasul? Jawabannya tidak ada.
Rasulullah SAW menekankan bahwa tiap anak Adam itu pernah melakukan kesalahan. Namun, sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertobat.
Bahkan, Rasulullah SAW menekankan bahwa tiap anak Adam itu pernah melakukan kesalahan. Namun, sebaik-baiknya orang yang melakukan kesalahan adalah orang yang bertobat.
Pertanyaan kedua, siapakah manusia yang tidak menginginkan surga? Sekali lagi, jawabannya tidak ada.
Artinya, semua manusia pasti berharap dimasukkan ke dalam surga, kecuali orang-orang yang tidak beriman pada Allah SWT dan hari akhir. Dua hal tersebut (ampunan Allah SWT dan surga-Nya) adalah motivasi kita agar bersegera melakukan amal ibadah.
Itulah mengapa Allah SWT menekankan pentingnya melakukan ibadah shalat pada waktunya. Begitu juga kewajiban lainnya seperti zakat, puasa, dan haji. Jika rukun dan syaratnya sudah terpenuhi, maka ibadah itu harus segera dilaksanakan.
Hal ini ada kaitan dengan niat yang ada di hati, sedangkan hati seringkali berubah-ubah. Jika seseorang menunda-nunda ibadah, maka dikhawatirkan niatnya akan lemah atau hilang sama sekali, sehingga motivasi melakukan ibadah itu pun sirna.
Tetapi perintah bersegera tersebut bukan berarti tergesa-gesa karena sikap tergesa-gesa itu berasal dari setan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Ketenangan itu dari Allah, sedangkan tergesa-gesa itu dari setan.” (HR Baihaqi).
Kekhusyukan seseorang dalam ibadah dapat dilihat dari ketenangannya saat melakukan ibadah.
Dari firman Allah SWT dan sabda Rasulullah SAW tersebut dapat dipahami bahwa dalam hal ibadah pun, ketergesa-gesaan itu dilarang karena yang diperintahkan Allah SWT adalah ibadah yang disertai kekhusyukan. Kekhusyukan seseorang dalam ibadah dapat dilihat dari ketenangannya saat melakukan ibadah.
Sebagaimana Rasulullah SAW memberikan contoh yang sempurna tentang tata cara melakukan shalat, dari gerakan takbir hingga salam. Semuanya Rasulullah SAW lakukan dengan penuh ketenangan.
Bahkan, dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, Nabi SAW pernah menegur orang yang shalatnya dilakukan dengan tergesa-gesa seraya memerintahkan dia untuk mengulang shalat.
Setelah shalat yang kedua, Rasulullah SAW tetap memerintahkan untuk mengulanginya kembali. Bahkan, kejadian tersebut berulang sampai tiga kali.
Akhirnya orang itu meminta Rasulullah SAW untuk mengajarinya tentang tata cara shalat yang benar. Rasulullah SAW pun menjelaskan padanya bagaimana gerakan dan bacaan dalam shalat yang baik dan benar, yaitu disertai tumakninah (ketenangan).
Jika Rasulullah SAW menegaskan bahwa shalat adalah tiang agama, maka ketenangan saat melakukan semua ibadah dalam Islam diawali dari shalat.
Ketenangan dalam shalat akan berlanjut bahkan setelah shalat. Sebaliknya, ketergesa-gesaan dalam shalat pun akan mempengaruhi sifat dan karakter seseorang di luar shalat.
Dengan kata lain, ketenangan dalam shalat akan berlanjut bahkan setelah shalat. Sebaliknya, ketergesa-gesaan dalam shalat pun akan mempengaruhi sifat dan karakter seseorang di luar shalat.
Dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW berpesan, “Jika kalian mendengar iqamah, maka berjalanlah menuju shalat. Namun, hendaklah kalian bersikap tenang dan khusyuk dan jangan tergesa-gesa. Gerakan imam yang kalian dapati, ikutilah. Sedangkan yang luput dari kalian, sempurnakanlah.” (HR Bukhari Muslim).
Kunci ketenangan hati adalah zikir pada Allah SWT. Itulah mengapa kita diperintahkan untuk senantiasa berzikir, baik dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.
Jika hati tenang, maka kita akan bersegera melakukan ibadah dengan penuh kekhusyuan. Sebaliknya, jika hati tidak tenang, maka kita akan tergesa-gesa dalam segala hal.
Naudzubillah
Benarkah Islam Melarang Kita untuk Memilih Caleg Perempuan?
Duduknya perempuan dalam parlemen dianggap Yusuf Qaradhawi sebagai bagian dari ibadah kepada Allah SWT.
SELENGKAPNYALegasi Kesultanan Delhi: Madrasah Hingga Tradisi Sufi
Lebih dari tiga abad Kesultanan Delhi membentuk wajah Islam di Anak Benua India.
SELENGKAPNYAMomentum Petugas Haji Perempuan
Penambahan petugas haji perempuan sesuai dengan tagline Kementerian Agama tahun ini, yakni Haji Ramah Lansia.
SELENGKAPNYA