Pelampung Pancing | Daan Yahya/Republika

Sastra

Pelampung Pancing

Puisi-Puisi J Akit Lampacak

Oleh J AKIT LAMPACAK

Mengenang Nama Lama

di timur, ketika mendung berkumpul
ketika matahari kesulitan mengintipmu
ketika bumi dipenuhi takbir
ketika anak-anak sibuk memakai baju baru
ketika ibu-ibu ramai memasak
kau datang menemuiku
selayaknya pagi
dalam iringan asap dapur
rindu terbang ke udara
menemui kenangan yang tak berdosa.

siang nanti,
jika salah satu daun tak gugur lagi
berarti kau tak pulang
jangan tunggu!
sebab menunggu tak pernah membuat selesai
dari kuasa derai deras hujan.

Maka aku pulang kampung,
kampung dengan nama lamamu
yang tak pernah asing
mungkin tetap bersiur
mengantar dingin pada leluhur.

Lebeng Barat, 2023

***

Kuatrin Luka

di tengah sunyi yang dibakar pasrah
telah kubangun tubuhmu di atas angan
siur angin yang membalut luka
merangsang segala resah di dada.

bersama hangat kopi kulangkahi hatimu
getir di lidah seperti api yang membakar pagi
pekat tak sampai memuja hangat
perlahan jatuh jadi keringat
mengaliri rongga rawa-rawa
yang berpuluh hari dimandi kecewa.

demi alir kuiklaskan segala yang tertinggal
termasuk sisa lumpur di awal musim
sebab begitulah cara lain untuk khawatir
melupakan segala yang berupa takdir.

seperti kukisahkan
riuh hembusan angan
tak ada alur lain dari siur angin
yang tercatat di lembaran mimpi
termasuk cerita misteri
yang ditulis dari kumpulan gelap
hingga pagi dan hatimu kembali mengharap.

Lebeng Barat, 2023

***

Munajat Rindu

tujuh langkah dari tempatku membangun cinta,
tuhanku, ada hijau yang bercerita tentang ranting.
ada tangis air mata kekasihku
yang mengalir ke lembah rindu.

dengan alir paling lembut yang tak dirasanya,
kenangan terlukis serabun kabut bulan pertama
di atas musim yang berusaha memadukan dua lakon
sebuah warta dibangun,
dengan lukamukah kangen mengapung.

sementara hari-hari mengija getir lidah
dan doa-doa. barangkali tak akan lebih berarti
dari makna kalimat sendu
yang samar di antara jatuhan tasbih
menjelang zikir bercampur sedih.

sesekali kunikmati
pelajaran pertama sebagai perempuan
segoyah sumbu lilin yang dirayu angin
hangat tak sampai jadi keringat
cuma lembab di dinding kamar
lalu hilang, sebelum fajar padam.

lalu kita sambut
hujan yang bersandar di hening magrib
letih gerimis bermain angin
seperti semilir yang tak jadi takdir
dalam rindu dan zikir.

Lebeng Barat, 2023

***

Muasal Luka

tawa-tawa dalam cintamu
tak pernah sekali pun jauh dariku

mungkin sebab bahagia
menyuburkan setiap usia

yang tak pernah ingkar
hingga tiba kematian.

namun aku juga sama
berlomba-lomba untuk tertawa
meski harus berpura-pura

karena begitulah amsal cinta
tak pernah jujur dalam dada
ketika segalanya tak lagi perlu
termasuk waktu.

Lebeng Barat, 2023

***

Di Akhir Tahun

ada gugur yang bergulat
menggelembung ke cuaca
jauh sebelum mendung berpulun
gerimis menyamar rabun.

hanya rindu,
pasti dan merdu
membayang di sisa air
di genangan
yang tak sekalipun
menemukan hilir.

rintik-rintik berlalu
melepas dingin sejauh mungkin,
sejauh jenuh rindu anak rantau
pada aroma hujan pertama
di kampung halamannya.

apa yang berarti dari tahun baru
selain mengikhlaskan waktu jadi air mata
ketika mendung pagi bergumpal
bayangan terasa sulit memudar.

Lebeng Barat, 2023

***

Pada Kantuk Pagi

angin itu
datang dari jauh
dari kincir yang memutar arah
dari hening yang merawat resah.

kita pahami derai kelambu
di kamar, sebelum debu masuk
ada suara yang terbaca
oleh rindu dan cuaca.

kita hanya mendengar
tapi tak mampu membuang bayangan
hilang perlahan
lalu terpejam
dalam mimpi yang hilang.

Lebeng Barat, 2023

***

Pelampung Pancing

berkali ia jauh terlempar
menggoda ikan-ikan
melawan gelombang
seperti langkah bimbang
di arus petang.

ia mengapung
melawan angin
melepas dingin
hingga kembali sebagai kasih
dari air keruh
yang dihapus sedih.

sementata mata kail tetap buta
tak ada cinta di sana
di kedalaman laut
tinggal harap sehijau lumut.

sekian hari
pelampung itu cuma menari
menggambar bekas mimpi
dari riuh gelombang
yang mungkin segera ditarik ikan.

Lebeng Barat, 2023

J Akit Lampacak Lahir di Sumenep, Jawa Timur, pada 2000. Mahasiswa jurusan teknologi informasi IST Annuqayah. Bergiat di Lesehan Sastra Annuqayah (LSA). Karyanya sudah dimuat di berbagai media, buku puisi tunggalnya bertajuk Lampang 2021.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Rumah tanpa Kembang Api

Cerpen Irwansyah

SELENGKAPNYA

Jejak Kemasyhuran Kesultanan Buton

Di dalam benteng itu, ada masjid yang dibangun pada abad ke-16.

SELENGKAPNYA

Orang Bajo dari Desa Mola

Anak-anak yang bermain di laut itu penerus keberanian nenek moyang mereka, pelaut suku Bajo.

SELENGKAPNYA