Masjid di kampus UMM ; Masjid Kampus Universitas Muhammadiyah Malang ; | republika

Kabar Utama

Dakwah Masjid Kampus yang Kian Redup

Lembaga dakwah kampus tidak siap untuk beralih dari sistem offline ke sistem online.

Oleh ALKHALEDI KURNIALAM, MUHYIDIN

Adanya dugaan penurunan aktivitas dakwah di dunia kampus bukan isapan jempol semata. Ketua Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Rapanca Indra Mukti mengungkapkan, aktivitas dakwah mahasiswa di kampus-kampus di Indonesia umumnya mengalami kelesuan. Pusat koordinasi sekitar 460 LDK di Indonesia itu bahkan menyebut kondisi penurunan kegiatan syiar keislaman mahasiswa sangat signifikan.

"Memang benar, hampir semua lembaga dakwah kampus di bawah LDK Indonesia itu memang mengalami kelesuan, baik secara bentuk gerakan, kemudian syiar keumatan, pengkajian isu, ataupun kaderisasi. Itu mengalami penurunan sangat signifikan," ujar Rapanca kepada Republika, Selasa (14/3/2023).

 
Hampir semua lembaga dakwah kampus di bawah LDK Indonesia itu memang mengalami kelesuan, baik secara bentuk gerakan, kemudian syiar keumatan, pengkajian isu, ataupun kaderisasi.
RAPANCA INDRA MUKTI Ketua FSLDK 
 

Menurut dia, kondisi ini disebabkan lembaga dakwah kampus yang tidak siap untuk beralih dari sistem offline ke sistem online saat pandemi atau masa peralihan pandemi. Pengurus LDK dikaderisasi via online dengan segala keterbatasannya, yang akhirnya memengaruhi mereka dalam menjalankan kepengurusan. "Kita sudah mengerti kalau misalnya kendala via Zoom, Google Meet, pasti akan tidak terlalu maksimal ruang pertemuannya. Oleh karena itu, ini juga akan memengaruhi bagaimana proses perjalanan adik-adik dalam menjalankan kepengurusannya,"ujar dia.

Meski demikian, Rapanca menjelaskan, adanya informasi yang menyebut bahwa sepinya kegiatan dakwah mahasiswa karena pembatasan yang dilakukan pihak kampus atau masjid kampus masih perlu diteliti. Dia menegaskan, problem di setiap kampus akan berbeda-beda. Menurut dia, mahasiswa atau lembaga dakwah kampus memang seharusnya diberi keleluasaan untuk melakukan aktivitas. Menurut dia, hal tersebut demi memelihara semangat mahasiswa dalam melakukan kegiatan dakwah.

photo
Masjid Salman ITB (FOTO: EDI YUSUF/REPUBLIKA) Masjid kampus ITB ; Masjid di Kampus ITB ; Masjid di Bandung ; - (republika)

"Ketika organisasi itu masih ada, kemudian tidak diberikan kepercayaan secara penuh, maka kita bisa melihat bagaimana kepengurusan itu akan hadir. Apabila tidak diberi keleluasaan atau dalam tanda kutip dilarang untuk maksimal maka akan sayang sekali karena tidak bisa seperti biasanya," tutur dia.

Menurunnya geliat dakwah kampus juga diakui Wakil Ketua Takmir Masjid Al Jamiah UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, KH Ahmad Dardiri. Dia menjelaskan, kajian keislaman di masjid kampus ini sudah lama berhenti karena sudah tidak banyak mahasiswa yang beribadah ke Masjid Al-Jamiah. Pemateri kajian pun menjadi kurang bersemangat.

“Kajian rutin sekarang enggak ada, itu sudah lama berhenti, karena biasanya kurang semangat untuk menyampaikan materinya,” ujar Kiai Dardiri saat dihubungi Republika, Selasa (14/3/2023).

 
Kajian rutin sekarang enggak ada, itu sudah lama berhenti.
AHMAD DARDIRI Wakil Ketua Takmir Masjid Al Jamiah UIN Jakarta
 

Berkurangnya kegiatan keislaman di Masjid Al Jamiah sudah dirasakan Kiai Dardiri sejak sebelum datangnya Covid-19. Menurut dia, dulu sempat ada kajian tentang sejarah-sejarah nabi, tapi sekarang sudah tidak ada lagi kajian-kajian keislaman seperti itu. Dia menjelaskan, banyak tempat ibadah yang ada di UIN. Ketika selesai kuliah, menurut dia, mahasiswa banyak yang melaksanakan shalat berjamaah Masjid Fahullah yang ada di depan kampus UIN maupun di mushala yang ada di fakultas masing-masing.

“Itu kan selesai kuliah, mereka itu kan enggak semuanya dekat dengan masjid itu. Makanya shalatnya ada di Fathullah, dan di masing-masing gedung itu juga ada mushalanya juga,” ucap dosen Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

Mahasiswa UIN datang ke Masjid Al Jamiah ketika shalat Jumat saja. Itu pun tidak semua mengingat, ada juga mahasiswa UIN yang lebih suka shalat Jumat di Masjid Fathullah. Menurut dia, khutbah yang disampaikan di Masjid Al Jamiah memakai bahasa Arab dan bahasa Inggris. “Jadi, secara umum, kajian keislamannya memang menurun, tapi enggak tahu di fakultas masing-masing,” kata Kiai Dardiri.

Namun, dia menampik isu yang menyebut program deradikalisasi adalah penyebab turunnya animo dakwah di masjid kampus. “Kayaknya enggak (bukan karena program deradikalisasi). Dan di kampus kita enggak terlalu ini, deradikalisasi enggak terlihat, kita biasa saja. Karena kan apa yang kita sampaikan bukan hal-hal untuk memprovokasi orang, kegiatan keagamaan yang biasa saja. Ya enggak keraslah,” ujar dia.

Kiai Dardiri mengatakan, penyebab menurunnya geliat dakwah di masjid-masjid kampus karena memang keadaan zaman sudah berubah. Menurut dia, saat ini sudah banyak ruang digital untuk menyampaikan ceramah atau kajian. Mahasiswa pun malas untuk menghadiri pengajian luring atau offline.

“Karena sekarang memang media untuk ceramah itu banyak banget. Karena itu, setelah kuliah habis Zhuhur itu mereka kan lapar, maka banyak dari mereka yang lebih memilih makan daripada mendengar ceramah-ceramah di masjid,” kata dia.

photo
Masjid Ukhuwah Islamiyah (Masjid UI) - (Rep-AlKhaledi Kurnialam)

Kendati demikian, Kiai Dardiri berharap mahasiswa UIN bisa kembali menghidupkan kegiatan dakwah di masjid. Menurut dia, saat ini sudah mulai banyak mahasiswa yang kurang tersentuh dengan pendidikan ruhaniyah. “Kita inginlah bisa untuk supaya lebih hidup karena memang kita merasakan kurang. Mereka lebih banyak pendidikan rasio, keilmuan. Sementara, untuk pendidikan ruhaniyah itu mereka memang kurang,” ungkap dia.

Ketua Takmir Masjid Kampus (Maskam) Universitas Gadjah Mada (UGM) Rizal Mustansyir mengungkapkan, kegiatan berjamaah di Masjid Kampus UGM semakin ramai. Terlebih, penyelenggaraan kuliah kembali digelar secara luring. "Jelas lebih ramai karena perkuliahan sudah luring semua. Jamaahnya kan kebanyakan mahasiswa," kata Rizal kepada Republika, Selasa (14/3).

Rizal menuturkan, Maskam UGM juga menggelar kegiatan kajian secara rutin, di antaranya diskusi profetik/integrasi ilmu-agama, yaitu diskusi keilmuan berdasarkan paradigma profetik/kenabian dan perspektif Islam yang diampu oleh para akademisi kompeten. "Tazkiyatun Nafs, kajian berisikan topik-topik penyucian hati bersama ustaz pilihan, Sakinah Academy menyelenggarakan diskusi seputar rumah tangga, seperti Islamic Family Class dan lainnya," ujar dia.

Maskam UGM juga menggelar kegiatan Halal Class, yaitu kajian materi halal-haram makanan, minuman, obat, dan kosmetik. Ada pula Maskam Public Lecture, yaitu kuliah umum setiap 1-3 bulan sekali mengenai beragam topik tematik bersama berbagai narasumber. Sementara itu, kajian dan diskusi lainnya yang diselenggarakan oleh pihak eksternal dan bekerja sama dengan Takmir Masjid Kampus UGM.

Rizal menambahkan, Masjid Kampus UGM juga rutin menyediakan buka bersama puasa Senin dan Kamis. "Jumat juga tersedia konsumsi free untuk jamaah," ungkapnya.

Kegiatan berjamaah di Masjid Kampus UGM dinilai akan semakin ramai pada bulan Ramadhan. Kegiatan Ramadhan Public Lecture juga akan digelar selama bulan puasa dengan menghadirkan beragama topik tematik bersama berbagai narasumber. "Insya Allah, ceramah Tarawih, buka bersama, sahur bersama, dan masih banyak lagi kajian-kajian ilmu dan keagamaan," ujar dia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Masjid Kampus UGM (@masjidkampusugm)

 

Ikuti Berita Republika Lainnya