
Keluarga
Strategi Mengajari Anak Hidup Sederhana
Mengajarkan anak mengerjakan pekerjaan sehari-hari, juga dapat mengasah kemandirian anak.
Mengajarkan anak dalam mengelola keuangan sangat penting. Jika tidak diajari sejak dini, ini akan membuat anak menjadi sosok yang konsumtif.
Untuk memulainya, pakar perencanaan keuangan keluarga Tita Gracia Yosheko CFP mengatakan, orang tua bisa mengajarkan anak untuk mengerjakan tugas sehari-hari. Ini dapat menumbuhkan perasaan memiliki sejak dini.
“Ajak anak mengerjakan tugas sehari-hari mereka, seperti membereskan mainan atau kamar, membantu cuci piring, dan lainnya. Dengan begitu, anak akan merasa sayang dan menghargai barang-barang yang dimilikinya. Rasa memiliki ini akan memicu rasa cukup sehingga ke depannya anak diharapkan tidak akan boros,” kata Tita kepada Republika, Jumat (3/3/2023).
Selain menumbuhkan rasa memiliki, mengajarkan anak mengerjakan pekerjaan sehari-hari, juga dapat mengasah kemandirian anak. Untuk mulai menerapkannya, menurut Tita, bisa disesuaikan dengan usia anak.
Selain itu, orang tua juga bisa mengenalkan cara mendapat uang. Anak perlu diberi tahu nilai uang dan cara mendapatkannya. Agar anak paham, orang tua bisa mengajak anak bermain role play yang ada dalam sebuah transaksi.

Menurut Tita, kegiatan ini bisa menumbuhkan pengertian bahwa untuk mendapatkan sesuatu pasti ada prosesnya. Contohnya, bermain kafe-kafean. Orang tua bisa mengajak anak untuk menerima pesanan, memproses pesanan, menerima imbalannya berupa uang, lalu membereskan meja dan mencuci alat makannya.
Hal ini harus diimbangi dengan unconditional love dari orang tua. “Jangan sampai anak mendapat pengertian bahwa ketika anak mengeluarkan usaha lebih, maka usahanya tersebut harus mendapat imbalan berupa uang. Karena mengerjakan pekerjaan sehari-hari pun sebenarnya membutuhkan usaha anak, tapi bukan berarti anak mendapat reward uang. Daily chore adalah tanggung jawab,” ujar dia.
Terakhir, anak bisa diajak untuk mengatur uang jajan sendiri. Misal, uang jajan anak dalam sebulan Rp 700 ribu menggunakan metode 50/30/20.
Dari Rp 700 ribu, 50 persen atau Rp 350 ribu, digunakan untuk kebutuhan, 30 persen atau Rp 210 ribu untuk ditabung, dan 20 persen atau Rp 140 ribu, bisa digunakan untuk keinginan anak.
Dari 50 persen ini, ajak anak mengatur sendiri bagaimana cara memakainya. Termasuk berapa yang disedekahkan, makan di kantin sekolan, dan uang yang disisihkan untuk membeli kado.
Sisanya 30 persen untuk ditabung dan 20 persen untuk anggaran keinganan. “Apakah akan digunakan setiap hari, digunakan saat akhir pekan saja, atau dikumpulkan dulu sampai nominalnya mencapai barang yang akan mau dibeli. Jangan lupa berdiskusi, libatkan anak dalam mengatur uangnya sendiri,” ucap dia.
Terbawa hingga dewasa

Mengajarkan anak untuk menerapkan gaya hidup sederhana sejak dini sangat penting. Ini akan berpengaruh pada sosok dia saat dewasa.
Perencana keuangan Safir Senduk mengingatkan, ada beberapa hal yang sering dianggap sepele bagi orang tua, padahal sangat berperan dalam membentuk karakter anak dengan gaya hidup tinggi dan mewah. Dalam hal ini, peran orang tua sangat dibutuhkan.
“Memang harus dari orang tua sendiri. Kalau orang taunya suka datang ke tempat makan yang enak, yang bagus dan ber-AC, anak akan mengkutinya. Padahal, ada banyak ruko kecil dan tempat sederhana lain yang memiliki makanan yang jauh lebih enak,” kata Safir kepada Republika, Jumat (3/3/2023).
Menurut Safir, mengajak anak pergi ke tempat sederhana bisa membentuk anak menerapkan gaya hidup sederhana. Dalam kasus tempat makan, anak akan terbiasa makan tidak melihat dari segi penampilan tempat makan, tetapi rasa dari makanan itu sendiri.
Selain itu, Safir juga meminta orang tua untuk tidak membiasakan anak pergi dengan mobil pribadi. Ini akan membuat anak tidak terbiasa naik transportasi publik.
“Saat kita mengajarkan anak ke mana pun harus menggunakan mobil, mobil menjadi standar hidup seseorang, kalau orang belum punya mobil belum berhasil, anak otomatis akan terus menggunakan mobil,” ujar dia.
Padahal jika melihat negara lain seperti Singapura, masyarakat jarang mempunyai mobil. Untuk bepergian, mereka menggunakan MRT. Mengajari anak menggunakan kendaraan umum bukan berarti menjadi susah, melainkan mengajarkan anak untuk hidup sederhana.
Kita mengajarkan anak hidup sederhana agar lain kali jika ada pandemi, hidup susah, dia bisa hidup dan bertahan.
SAFIR SENDUK, Perencana Keuangan
Isu Penculikan Anak Kembali Makan Korban di Papua
Seorang warga yang dituding penculik anak dibunuh.
SELENGKAPNYAPesan Wapres untuk Diaspora: Pulanglah…
Kunci menjadi negara maju adalah SDM yang terampil.
SELENGKAPNYABantu Rohingya Korban Kebakaran Bangladesh
Kondisi buruk di pengungsian kerap memangsa pengungsi melarikan diri.
SELENGKAPNYA