Dajjal, Ibnu Shayyad dan Kisah Tamim ad-Dari (Ilustrasi)/Bulan Purnama | EPA-EFE/MADS CLAUS RASMUSSEN

Sirah

Dajjal, Ibnu Shayyad, dan Kisah Tamim ad-Dari

Rasulullah pernah meminta kepada Ibnu Shayyad untuk menebak apa yang ada di hati beliau.

Seorang anak lelaki yang lahir dari bangsa Yahudi mengundang kontroversi di Madinah. Tandanya mirip dengan Dajjal. Dia pendek, kakinya melingkar menyerupai huruf O. Adapun kulitnya lebih dekat dengan hitam.

Rambutnya ikal menyerupai kribo. Dahinya lebar menggapai luas kepala. Begitu pun dengan jenjang lehernya. Sebelah matanya tertutup. Sebelah lagi bisa melihat dengan bola yang juling.

Ibnu Shayyad namanya. Dia suka bergumam sendirian. Ditukil dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan bersumber dari Abu Sa'id, Rasulullah SAW bersama Abu Bakar dan Umar bin Khattab pernah berpapasan dengannya. Nabi SAW pun bertanya kepadanya.

"Apa kau bersaksi bahwa aku utusan Allah!" Ia balik bertanya, "Apa kau bersaksi bahwa aku utusan Allah? Rasulullah SAW bersabda, "Aku beriman kepada Allah, malaikat dan kitab-kitab-Nya." Pada hadis lain yang bersumber dari Abdullah bin Umar, Ibnu Shayyad sempat menjawab, "Aku bersaksi bahwa engkau utusan bagi umat yang ummi." (khususnya bangsa Arab).

Di dalam hadis lainnya, Rasulullah SAW bahkan meminta ke pada Ibnu Sayyad untuk menebak apa yang ada di dalam isi hati beliau. (Ketika itu, ulama menyebutkan jika Nabi SAW baru menerima wahyu tentang QS ad-Dukhan). Ibnu Shayyad berkata, "Huwaddukhkhu". Nabi SAW pun menjawab, "Celaka kamu. Kamu tidak akan mempunyai kemampuan (untuk mengetahuinya)."

photo
Perjalanan Dajjal, dari Bermuda ke Pulau tak Berpenghuni/Pemandangan di Bermuda - (Pixabay)

Rasulullah SAW pun melanjutkan pertanyaannya. "Apa yang kau lihat?" Dia menjawab, "Aku melihat singgasana di atas air. Rasulullah SAW bersabda, "Kau melihat singgasana iblis di atas laut."

Beliau bertanya kembali," Apa yang kau lihat?" Dia menjawab, "Dua orang yang jujur dan seorang pendusta atau dua orang pendusta dan seorang yang jujur. Rasulullah kemudian bersabda, "Dia dikaburkan matanya. Biarkanlah dia."

Di kemudian hari—dalam hadis yang berasal dari Ibnu Umar—Rasulullah SAW pergi bersama Ubai bin Ka'b ke kebun kurma. Mereka kembali bertemu dengan Ibnu Shayyad. Rasulullah bermaksud mendengarkan igauan dari Ibnu Shayyad sebelum dia melihat mereka. Rasulullah melihatnya berbaring di atas kasur yang ditutupi selembar selimut. Mulutnya terdengar bergumam.

Ibu Ibnu Shayyad melihat Rasulullah. Ia pun membangunkan Ibnu Shayyad. "Wahai Shafi Ada Muhammad di sini." Ibnu Shayyad pun terbangun. Rasulullah berkata. "Jika ibunya membiarkan dia (tidak mengganggunya), perkara ibnu Shayyad akan terungkap (jelas)."

 
Jika ibunya membiarkan dia (tidak mengganggunya), perkara ibnu Shayyad akan terungkap (jelas).
 
 

Dalam hadis lainnya yang juga diriwayatkan Imam Muslim, Umar lantas spontan berkata, "Wahai Rasulullah. Biarkan aku memenggal lehernya." Nabi SAW lantas berkata kepada Umar.

"Jika dia benar (Dajjal), kamu tidak akan dapat mengetahuinya. Dan jika dia bukan (Dajjal), tidak ada kebaikan untukmu membunuhnya." (HR Al Bukhari dan Muslim).

Kejadian itu makin membuat para sahabat menjauhi Ibnu Shayyad. Sepeninggal Rasulullah SAW, Ibnu Shayyad memutuskan untuk memeluk agama Islam. Meski demikian, dia masih dijauhi.

Ketika dia ikut pergi menunaikan haji dan umrah bersama dengan rombongan para sahabat, dia mendekati Abu Sa'id Al Khudri. Ibnu Shayyad meletakkan barang perbekalannya bersama dengan barang Abu Sa'id. Dia pun mengeluhkan kondisinya kepada Abu Sa'id.

"Wahai Abu Sa'id, aku ingin mengambil tali lalu aku gantungkan di pohon kemudian aku gantung diri karena yang dikatakan banyak orang terhadapku. Wahai Abu Sa'id, siapa yang tidak mengetahui hadis Rasulullah SAW. Kalian wahai kaum Anshar, tidaklah samar bagi kalian. Bukankah kalian termasuk yang paling tahu hadis Rasulullah SAW?

Bukankah ia pernah bersabda bahwa ia (Dajjal) kafir, sementara aku Muslim? Bukankah Rasulullah SAW besabda bahwa ia (Dajjal) mandul, sementara aku punya anak? Dan aku tinggalkan ayahku di Madinah. Bukankah Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa ia (Dajjal) tidak bisa memasuki Madinah dan Makkah, sementara aku telah meninggalkan Madinah dan sekarang aku hendak ke Makkah?

Abu Sa'id pun hampir menerima alasan yang disampaikan Ibnu Shayyad. Namun, Ibnu Shayyad kemudian melanjutkan perkataannya. "Ingat, demi Allah aku mengetahuinya (Dajjal). Aku mengetahui kelahirannya dan posisi sekarang dia berada." Abu Sa'id kemudian menjawab, "Celakalah kau sepanjang hari ini." (HR Muslim 2927).

Dalam riwayat lain dikatakan, jika Ibnu Shayyad tidak menolak jika dia menjadi Dajjal.

Sebagian ulama menyatakan jika Abu Shayyad adalah Dajjal. Umar bin Khattab bahkan pernah bersumpah jika lelaki tersebut Dajjal. Sumpahnya dilontarkan di hadapan Rasulullah SAW dan beliau tidak menyanggah dan tidak mengiyakannya.

Pendapat ulama lainnya mengatakan jika Ibnu Shayyad hanyalah dukun, bukan berstatus sebagai Dajjal.

Nabi SAW juga telah mendapat informasi dari Tamim ad-Dari, seorang Nasrani yang terdampar di sebuah pulau. Dia bertemu dengan sesosok makhluk yang mengaku sebagai Masihud Dajjal. Pada hadis tersebut, Rasulullah mengabarkan jika sosok itu adalah Dajjal.

Tamim yang menjadi mualaf ketika menyampaikan berita tersebut menyampaikan kepada Rasulullah jika Dajjal terbelenggu di sebuah pulau. Kedua tangannya terikat dengan lehernya.

Di antara lutut dan kedua mata kakinya terikat dengan besi. Tamim ad-Dari yang terdampar di pulau itu usai terombang-ambing di tengah laut menemui pria raksasa itu atas petunjuk sebuah makhluk berbulu lebat bernama Jassasah.

Golongan ulama yang menolak jika Ibnu Shayyad merupakan Dajjal berpegang pada dalil, yang diriwayatkan Imam Muslim dan bersumber dari Fathimah binti Qais ra tersebut. Dr Yusuf bin Abdillah bin Yusuf Al Wabil menukil pendapat beberapa ulama mengenai ini.

 
Ibnu Katsir berpendapat jika Ibnu Shayyad bukanlah Dajjal yang akan keluar pada akhir zaman.
NAMA TOKOH
 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menuturkan bahwa masalah Ibnu Shayyad telah menjadi sesuatu yang rumit bagi sebagian sahabat. Mereka mengira bahwa dia adalah Dajjal, sementara Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tawaqquf (berdiam diri) sehingga jelas bagi beliau setelah itu bahwa dia bukan Dajjal.

Dia hanya salah seorang dukun yang memiliki kemampuan-kemampuan setan. Karena itulah, Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi untuk mengujinya.

Sementara itu, Ibnu Katsir berpendapat jika Ibnu Shayyad bukanlah Dajjal yang akan keluar pada akhir zaman berdasarkan hadis Fathimah binti Qais. Menurut Ibnu Katsir, hadis ini menjadi penentu masalah ini.

Al Hafizh Ibnu Hajar ra mencoba untuk menyelaraskan hadis-hadis yang bertentangan antara kisah Ibnu Shayyad dan berita dari Tamim ad-Dari. Menurut Ibnu Hajar, cara yang paling dimengerti untuk kedua hadis tersebut, yakni Dajjal pada hakikatnya adalah yang disaksikan dalam keadaan terikat oleh Tamim.

Sementara itu, ibnu Shayyad adalah setan yang menampakkan diri dalam bentuk Dajjal ketika itu. Dia pun pergi ke Ashbahan untuk bersembunyi bersama kawannya hingga datang pada masa yang ditakdirkan Allah untuk keluar dari tempat tersebut.

photo
Dajjal, Ibnu Shayyad dan Kisah Tamim Ad-Dari (Ilustrasi) - (EPA-EFE/MADS CLAUS RASMUSSEN )

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.

Ikuti Berita Republika Lainnya