ILUSTRASI Umar bin Khattab merupakan seorang sahabat Nabi SAW yang bergelar al-Faruq. | DOK WIKIPEDIA

Sirah

Pejabat Masa Umar Dilarang Keras Bergaya Hidup Mewah

Pejabat tersebut dilarang menunggang kuda dan berpakaian mewah.

Gaya hidup mewah yang ditonjolkan para pejabat akhir-akhir ini mendapatkan sorotan warganet. Unggahan pejabat dan keluarganya yang kerap memamerkan harta menjadi bahan rujakan di media sosial.

Tidak jarang unggahan tersebut dihapus agar para pejabat bebas dari masalah kode etik. Terakhir, kepala Bea Cukai Yogyakarta kedapatan menghapus unggahan berisi harta kekayaan dan kendaraan mewah dari akun Instagram miliknya.

Bagaimana sebenarnya para pejabat hidup pada masa Rasulullah dan para sahabat? Ketika itu, gaya hidup penguasa Muslim amat jauh dari kata mewah. Padahal, dari semenanjung Arabia, penguasa Islam sudah berekspansi hingga ke bumi Persia dan Romawi.

Misalnya pada masa Umar bin Khattab menjadi khalifah. Umar yang dikenal dengan kezuhudannya melarang keras pejabat bergaya hidup mewah. Khalifah yang mendapatkan gelar al-Faruq ini bahkan sempat memberi perjanjian kepada seseorang yang dipilihnya untuk menjadi pejabat di suatu wilayah. Perjanjian yang dibuat adalah perjanjian tentang gaya hidup yang diterapkan selama menjadi pejabat.

photo
ILUSTRASI Iring-iringan yang diutus raja Romawi untuk menemui Umar bin Khattab terkejut setelah menyaksikan betapa bersahajanya kehidupan sang Amirul Mukminin. - (DOK PIXABAY)

Perjanjian yang dibuat untuk jabatan khalifah dan gubernur, memuat tentang larangan menunggang kuda. Ibnu al-Atsir menjelaskan, larangan itu mungkin karena menunggang kuda dapat memicu kesombongan yang dikhawatirkan akan "menyerang" Umar sendiri dan para pejabat gubernurnya. Masih dalam penjelasan Ibnu al-Atsir, mungkin larangan tersebut juga karena sombong adalah karakter yang dekat dengan penguasa.

Para pejabat juga meneken perjanjian bahwa mereka dilarang menggunakan pakaian yang bagus. itu bertujuan untuk menjaga akhlak mulia dari para pejabat tinggi dalam hal penampilan. Pejabat yang mengenakan pakaian yang bagus menandakan pemborosan dan pembedaan atas rakyatnya.

 
Pejabat yang mengenakan pakaian yang bagus menandakan pemborosan dan pembedaan atas rakyatnya.
 
 

Bila itu terjadi, dikhawatirkan mengarah pada supremasi penguasa terhadap rakyatnya dan tentu dapat menimbulkan kebencian rakyat terhadap penguasa. Di dalam perjanjian juga memuat tentang larangan mengonsumsi tepung murni. Ini karena Umar ingin membuat para pejabat gubernur setara dengan rakyatnya dalam hal makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Para pejabat juga dilarang menutup pintu dan menghalangi rakyat yang datang di waktu kapan pun. Abu Yusuf menjelaskan, jika seorang pejabat menutup pintunya dan menghalangi kedatangan rakyat, rakyat tidak akan memiliki kesempatan untuk dekat dengan pemimpinnya dan pejabat tidak akan mampu memahami masalah yang dialami rakyatnya.

Pejabat pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab juga dilarang melakukan pekerjaan lain. Pejabat adalah orang yang mengabdikan diri hanya untuk urusan pemerintahan. Tujuannya agar pejabat bisa berfokus mengabdikan untuk urusan publik dan perhatiannya tidak teralihkan pada hal-hal lain yang dapat merugikan dirinya dan rakyat.

Kesederhanaan Umar

Abdurrahman Ahmad as-Surbuny dalam bukunya, 198 Kisah Haji Wali-Wali Allah, mengisahkan perjalanan ibadah haji Umar bin Khattab yang saat itu sudah menjadi khalifah. Umar memberikan keteladanan dengan kesederhanaannya. Padahal, pada masa pemerintahannya, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat.

"Dua negara adidaya, Persia dan Romawi, tunduk di bawah Khalifah Umar," tulis Abdurrahman Ahmad as-Surbuny.

Saat menunaikan ibadah haji, Umar hanya menghabiskan perbekalan sebanyak 16 dinar. "Itu pun masih beliau katakan pada anaknya kita ini terlalu boros dan berlebihan," katanya.

Pada tahun pertama kekhalifahannya, dia mengutus Abdurrahman bin Auf untuk menjadi amirul haj. Setelah 10 tahun menjadi khalifah, barulah Umar bin Khattab memimpin jamaah haji kaum Muslimin sendiri. Menjelang akhir hayatnya, beliau berangkat haji lagi sambil membawa ahli keluarga Rasulullah SAW.

Anas bin Malik menceritakan keadaan pemimpin yang sangat dihormati kawan dan lawan itu: "Di antara kedua bahu baju Umar terdapat empat tambalan dan di antaranya ada yang ditambal dengan kulit," katanya.

 
Di antara kedua bahu baju Umar terdapat empat tambalan dan di antaranya ada yang ditambal dengan kulit.
 
 

Abdurrahman Ahmad as-Surbuny menceritakan, Umar ketika itu berkhutbah di atas mimbar. Menurut Anas, Umar terlihat menggunakan kain yang memiliki 12 tambalan. Begitu menjaga kesederhanaan, Umar selama perjalanan haji hanya menghabiskan uang sebanyak 16 dinar.

Ketika itu, kata Abdurrahman Ahmad as-Surbuny, cuaca sangat panas. Ibadah haji pada musim panas itu tidak menjadikan Umar bermanja-manja untuk bersenang-senang di bawah tenda.

Ketika itu, ia hanya meletakkan secarik kain yang sudah usang di atas pohon, kemudian bernaung di bawahnya dan menyibukkan diri dengan menangis memohon ampun kepada Allah. Ketika itu, Umar tidak memiliki kemah ataupun tenda, apalagi segala fasilitas khusus bagi seorang amirul mukminin. "Padahal kekayaan timur dan barat ada di bawah telapak kakinya," katanya.

photo
ILUSTRASI Pada zaman khalifah Umar bin Khattab, terdapat seorang terpidana yang menepati janjinya untuk kembali ke tempat eksekusi. - (DOK PXHERE)

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.

Ikuti Berita Republika Lainnya