Dua bocah melihat pemandangan gugusan bintang Galaksi Bima Sakti yang terlihat di langit Kota Kupang, NTT, Sabtu (18/4/2020). Akibatnya padamnya listrik di Kota Kupang, warga pun berbondong-bondong keluar rumah untuk menyaksikan keindahan alam tersebut. A | Kornelis Kaha/ANTARA FOTO

Tuntunan

Makna Isra Mi’raj di Mata Fisikawan

Perjalanan antargalaksi dapat ditempuh dengan waktu yang relatif singkat.

Bagi kaum Muslimin, Isra Mi'raj tentunya menjadi peristiwa yang mesti diimani. Seperti Abu Bakar ash-Shiddiq, sahabat Nabi Muhammad SAW yang tidak berbasa-basi lagi saat mendengar tentang peristiwa sakral Isra M'iraj.

Abu Bakar langsung percaya, Nabi Muhammad SAW telah melakukan perjalanan yang sulit dimasuki akal saat itu. Kini, perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW itu dapat dilihat dari perspektif sains, khususnya fisika.

Guru Besar Fisika Teori Departemen Fisika FMIPA IPB, Husin Alatas, memberikan ulasan tentang Isra Mi'raj dari perspektif fisika melalui keterangan tertulisnya kepada Republika.

Menurut Husin, Isra adalah peristiwa yang secara fisik bisa dipahami saat ini. "Perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsha di Palestina dalam waktu relatif singkat rasanya sudah sangat terang bahwa hal tersebut dapat dilakukan. Mengacu pada perkembangan teknologi pesawat terbang, peristiwa tersebut seharusnya bukan lagi sesuatu yang aneh," ujarnya menjelaskan.

 
Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dalam waktu relatif singkat rasanya sudah sangat terang bahwa hal tersebut dapat dilakukan.
HUSIN ALATAS Guru Besar Fisika Teori FMIPA IPB
 

Sementara Mi'raj, kata Husin, dimungkinkan terjadi berdasarkan deskripsi fisika tentang struktur ruang waktu dan alam semesta dengan dimensi ruang tambahan. Mi'raj dinilai sebagai perjalanan melalui lubang cacing (wormhole) yang menghubungkan dua titik di alam semesta melalui dimensi ruang tambahan.

Anggota Akademi Ilmuwan Muda Indonesia itu menerangkan, pada dasarnya sains modern, khususnya fisika, termasuk di dalamnya Teori Relativitas Einstein dan kosmologi yang membahas mengenai struktur ruang waktu dan alam semesta belum dapat secara baik menjelaskan fenomena Mi'raj ke Sidratul Muntaha.

photo
ILUSTRASI Dalam Alquran surah al-Isra ayat pertama, Allah menegaskan bahwa Isra Miraj terjadi sebagai tanda kekuasaan-Nya. - (DOK PIQSELS)

"Ditambah lagi, penjelasan mengenai hal tersebut, sepanjang pemahaman saya, relatif minim diberikan di dalam Alquran. Penjelasan lebih banyak diberikan melalui hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Fisika kelihatannya masih sebatas mampu memberikan deskripsi bahwa perjalanan semacam itu dapat dimungkinkan secara teori," katanya menerangkan.

Jika mengacu pada deskripsi fisika mengenai struktur ruang-waktu, perjalanan Mi'raj setidaknya dapat dijelaskan dalam kemungkinan teoretis. "Pengalaman sehari-hari kita menunjukkan bahwa kita hidup di dimensi ruang yang berjumlah tiga ditambah satu dimensi waktu," ujar dia.

Husin mengatakan, ada salah satu prediksi dari fisika yang cukup populer jika alam semesta punya dimensi ruang tambahan sehingga ada lebih dari tiga dimensi ruang. Tentu saja, ditambah lagi dengan satu dimensi waktu.

"Pada alam semesta dengan dimensi ruang lebih dari tiga ini, dimungkinkan adanya jalan-jalan pintas yang secara teori diprediksi keberadaannya oleh Teori Relativitas Einstein," ujar dia.

Jalan pintas yang dimaksud biasa disebut Einstein-Rosen Bridge atau wormhole (lubang cacing) yang menghubungkan dua titik dalam ruang waktu melalui dimensi tambahan tersebut. Dengan demikian, perjalanan antargalaksi dapat ditempuh dengan waktu yang relatif singkat.

"Keberadaan jalan pintas ini tampaknya selaras dengan sinyalemen Alquran bahwa langit memiliki 'pintu-pintu', seperti disebutkan di dalam surah al-Hijr ayat 14-15. Jika kemudian Baginda Nabi melakukan perjalanan lewat wormhole, lalu ke mana perginya?" katanya menambahkan.

 
Keberadaan jalan pintas ini tampaknya selaras dengan sinyalemen Alquran bahwa langit memiliki 'pintu-pintu'.
 
 

Di dalam Alquran surah an-Najm Ayat 13-18 diterangkan, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha dan melihat tanda-tanda Allah SWT yang paling besar.

Husin menduga, tanda paling besar tersebut adalah lubang hitam atau black-hole. Ini objek paling luar biasa di alam dengan massa yang teramat besar sehingga cahaya pun tidak dapat lepas darinya. Namun, teori ini setidaknya memiliki satu kelemahan.

Husin mengungkapkan, jika Nabi SAW berada di dekat black-hole, waktu yang dirasakan tentu berjalan sangat lambat. Satu detik di dekat black-hole bisa jadi bertahun-tahun waktu bumi. Karena itu pula, ini tidak sesuai dengan kenyataan bahwa peristiwa Mi'raj berlangsung dalam waktu singkat menurut ukuran waktu bumi.

Kemungkinan lain, Nabi Muhammad SAW pergi melalui lubang cacing atau wormhole di mana Sidratul Muntaha berada di dimensi tambahan tersebut. Terlebih, dalam hadis disebutkan, terjadi rangkaian kejadian yang menyertai perjalanan Mi'raj. Karena itu, berdasarkan Teori Relativitas Einstein, tempat tersebut harus memiliki gravitasi sangat kecil sehingga waktu berjalan lebih cepat daripada ukuran waktu bumi.

Kisah Hijrah Eks LGBT, Berjuang Kembali ke Fitrah

Karim juga memutus seluruh komunikasinya dengan teman-temannya sesama gay.

SELENGKAPNYA

Cina Mulai Sanksi Perusahaan AS

Taiwan temukan balon Cina di wilayahnya.

SELENGKAPNYA

Hasil Misi Dua Dekade Cassini ke Saturnus

Panjang hari di Saturnus adalah 10 jam 42 menit.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya