
Ekonomi
Waspadai Perlambatan Sektor Padat Karya
Sektor industri mengalami penurunan pangsa terhadap PDB.
JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan, pemerintah perlu mencermati kinerja sektor padat karya. Walaupun ekonomi nasional pada 2022 tumbuh menjanjikan di angka 5,31 persen, sektor padat karya yang banyak menyerap tenaga kerja justru mengalami perlambatan.
Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus mengatakan, pertumbuhan sektor padat karya melambat pada 2022 jika dibandingkan dengan 2019 sebelum adanya pandemi Covid-19. Menurut dia, telah terjadi pergeseran struktur terhadap produk domestik bruto (PDB).
"Sektor industri kita mengalami penurunan pangsa dari sebelumnya 19,7 persen pada 2019 menjadi 18,34 persen pada 2022," kata Heri dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Selasa (7/2).

Heri mengatakan, perlambatan pertumbuhan sektor padat karya, antara lain, tecermin dari kondisi sektor industri yang mengalami penurunan pangsa. Sementara, sektor pertambangan mengalami lonjakan pangsa terhadap PDB.
Ia menuturkan, pertumbuhan sektor padat karya relatif kecil. Bahkan, sektor pertanian dan industri tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor industri, pertanian, dan perdagangan yang memiliki pangsa tenaga kerja 62,2 persen justru tumbuh di bawah sektor-sektor lain yang kedap terhadap penyerapan tenaga kerja.
Sektor pertanian pada 2022 hanya tumbuh 2,29 persen, jauh di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor tanaman pangan yang sangat melekat dengan kehidupan sehari-hari untuk konsumsi masyarakat juga tumbuh relatif kecil, yakni 0,24 persen.
Pertumbuhan subsektor industri pengolahan tembakau juga terus merosot. Jika dibandingkan pertumbuhan langsung 2022 terhadap 2019 sebelum pandemi Covid-19, sektor tersebut mengalami pertumbuhan yang negatif, yakni minus 9,2 persen.

Di sisi lain, pada 2022 terjadi pergeseran struktur ekonomi menurut lapangan usaha yang mana sektor industri semakin mengalami penurunan pangsa. Sebaliknya, sektor pertambangan mengalami lonjakan pangsa PDB dari 7,26 persen pada 2019 menjadi 12,22 persen pada 2022.
"Kontribusi pertambangan terhadap perekonomian kecil dan serapan tenaga kerjanya tidak sebanyak di sektor industri dan pertanian. Jadi, kalau kita cermati, setelah pemulihan ekonomi, harusnya kita bicara bagaimana akselerasi. Akselerasi ini hanya bisa tercapai kalau kita memiliki fundamental dan struktur ekonomi yang kuat," kata dia.
Kinerja sektor padat karya harus ditingkatkan karena memberikan dampak lebih terhadap perekonomian.
Heri menilai, perlu adanya perbaikan struktur dan arsitektur yang dapat mengakselerasi ekonomi Indonesia. Upaya itu salah satunya dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan sektor padat karya yang memberikan dampak lebih terhadap perekonomian, terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Kinerja industri yang tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan ekonomi nasional telah disinggung Badan Pusat Statistik (BPS) dalam paparannya pada Senin (6/2). Kepala BPS Margo Yuwono menyampaikan, pertumbuhan sektor pertanian mencapai 2,25 persen selama 2022. Laju pertumbuhan itu belum melampaui level pertumbuhan pra-pandemi.
Sektor pertanian menempati posisi ketiga penyumbang PDB sebesar 12,4 persen setelah industri yang menyumbang 18,3 persen dan perdagangan 12,8 persen. Pertanian juga masih tercatat sebagai salah satu sektor unggulan yang berperan penting bagi pertumbuhan ekonomi. "Namun, pertumbuhan sektor pertanian masih di bawah level prapandemi," kata Margo.
Pada 2019, pertumbuhan sektor pertanian mencapai 3,6 persen atau turun dari 2018 yang sebesar 3,88 persen. Pertumbuhan sempat anjlok menjadi 1,77 persen tahun 2020 ketika awal pandemi dan mulai membaik pada 2021 menjadi 1,87 persen dan menjadi 2,25 persen pada 2022.
Sektor lainnya, yaitu industri pengolahan, tercatat menjadi sumber pertumbuhan terbesar pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022. Sektor tersebut berhasil melanjutkan tren sebagai kontributor terbesar dari kelompok lapangan usaha terhadap produk domestik bruto nasional.
Sektor industri pengolahan selama 2022 tumbuh 4,89 persen dan menyumbang 18,34 persen terhadap total pertumbuhan ekonomi 2022. Adapun subsektor industri yang mengalami pertumbuhan signifikan yakni makanan-minuman dan logam dasar.
"Industri makanan dan minuman tumbuh 4,9 persen, didorong oleh permintaan komoditas di dalam negeri serta meningkatnya ekspor minyak sawit (CPO)," kata Margo.
Meski industri kembali menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi dan berkontribusi besar terhadap PDB nasional, pertumbuhan industri belum mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. "Industri pengolahan tumbuh, tapi masih berada di bawah level pertumbuhan ekonomi nasional," kata Margo.
Gelegar Suara Gus Yahya Sambut Abad Kedua NU
Gus Mus ingatkan Nahdliyin agar bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman.
SELENGKAPNYAFikih Peradaban dan Legitimasi Piagam PBB
Perbincangan fikih peradaban absen dalam kanon-kanon fikih yang ditulis para ulama.
SELENGKAPNYAPenguatan Ekonomi Diyakini Berlanjut
Pertumbuhan ekonomi 2022 didukung oleh hampir seluruh komponen PDB.
SELENGKAPNYA