Hikmah hari ini | Republika

Hikmah

Lukman Hakim dan Nabi Sulaiman

Pemikiran dan pandangan Lukman Hakim identik dengan pengalaman Nabi Sulaiman.

Oleh WAWAN SUSETYA

OLEH WAWAN SUSETYA

Tokoh spiritual, Lukman Hakim —yang namanya terukir di lembaran kitab suci Alquran—pernah diberi dua pilihan oleh Allah SWT.

Pertama, ilmu kasyaf (tersingkap hijab) yang mampu menembus masa depan. Kedua, ilmu hikmah (ilmu agama) yang diterapkan dalam kehidupan hingga mengantarkan keselamatan dunia-akhirat. Lantas, apa yang dipilih oleh Lukman? 

Ternyata, Lukman Hakim dengan kecerdasan spiritualnya lebih memilih ilmu hikmah, yakni ilmu terapan yang dijalankan dalam kehidupan sehari-hari untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Ia rela dirinya tidak tergolong orang yang kasyaf, karena lebih memilih kebahagiaan sejati.

 
Lukman Hakim dengan kecerdasan spiritualnya lebih memilih ilmu hikmah.
 
 

Ia menyadari dirinya tidak mengetahui sesuatu yang ghaib, karena sesungguhnya tidak ada seorang pun yang mengetahui sesuatu yang ghaib kecuali yang dikehendaki-Nya.

Pilihan Lukman tentu bukan sesuatu yang mudah. Mengapa? Sebab, dalam perspektif spiritual, makna kasyaf di sini mengisyaratkan kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT.

Mereka adalah golongan ahlul kasyaf —yang bukan sekadar mampu 'membaca' hati orang lain atau menembus masa depan saja— tetapi juga tergolong orang-orang yang berpandangan tembus atau cerah kepada Allah SWT.

Menurut KH Haderanie HN, golongan ini sudah terbuka segala dinding (hijab) serta tembus pandangan dan pengertian mereka terhadap keesaan Allah SWT. Mereka memiliki keistimewaan khas, yakni memandang (musyahadah) bahwa segala macam peristiwa pada hakikatnya perbuatan (af’al) Allah SWT yang disandarkannya kepada hamba atau makhluk-Nya.

Siapakah yang menggerakkan angin, mendung, lalu terjadinya hujan? Siapakah yang menggerakkan manusia berjalan hingga berkeliling dunia?

Siapakah yang menganugerahi otak (akal pikiran) kepada manusia hingga mereka mampu berpikir kritis dengan mendayagunakan seluruh potensinya? Begitu dan seterusnya, pendek kata semua itu mengisyaratkan adanya af’al Allah SWT.

Meski demikian, Lukman Hakim lebih menitikberatkan pada ilmu hikmah yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Ia tak tergiur untuk mampu menatap masa depan, tetapi yang lebih ia fokuskan adalah kedekatan seorang hamba kepada Tuhannya.Atau, dengan bahasa sederhana, sebagaimana sabda Nabi SAW bahwa seseorang untuk mencapai kebahagiaan dunia haruslah dengan ilmu. Begitu pula dengan kebahagiaan akhirat. Di sinilah peran penting dan urgensi ilmu hikmah dalam kehidupan sehari-hari demi menggapai kebahagiaan sejati.

Pemikiran dan pandangan Lukman Hakim ini identik juga dengan pengalaman Nabiyullah Sulaiman AS. Putra Nabi Daud AS tersebut, bahkan, mendapatkan tiga pilihan pemberian dari Allah SWT, yakni harta kekayaan berlimpah, takhta kerajaan, ilmu hikmah.

 
Untuk mencapai kebahagiaan dunia haruslah dengan ilmu. Begitu pula dengan kebahagiaan akhirat.
 
 

Sebagaimana pilihan Lukman, maka Sulaiman pun lebih memilih ilmu. Dengan ilmunya, Sulaiman dapat menguasai ketiganya sekaligus: harta yang melimpah, takhta kerajaan, dan ilmu.

Jika seseorang dihadapkan seperti yang ditawarkan kepada Sulaiman, bisa jadi ia akan memilih harta kekayaan dan takhta kerajaan. Tapi, ia tak sadar bahwa sejauh-jauh yang bakal ia dapatkan hanyalah harta atau takhta kekuasaan saja lantaran tak menggenggam ilmu.

Jika demikian, betapa pentingnya ilmu (hikmah), yakni ilmu yang bisa mengantarkan keselamatan, kebahagiaan, dan kebaikan dunia dan akhirat.

 

 

Siapa yang tidak merasa iri hati melihat kegemilangan Nabi Sulaiman.

 

 
 

Siapa yang tidak merasa iri hati melihat kegemilangan Nabi Sulaiman. Seorang Nabi dan Rasul Allah yang tampan lagi gagah perkasa nan kaya-raya, serta menjadi raja diraja yang dihormati seluruh rakyatnya. Kekuasaan Sulaiman bahakn mampu menundukkan setan, jin, berbagai binatang serta seluruh alam.

Atas karunia besar yang diberikan Allah SWT kepadanya, Sulaiman lantas mengucap syukur tiada henti dalam hidupnya. Kaum muslimin pun, jika mengingat Nabi Sulaiman, tentu yang terbayang kenikmatan yang ditindaklanjuti dengan bersyukur kepada-Nya.

Oleh karenanya, jika kaum Muslim hendak belajar mengenai perspektif syukur, ada baiknya berguru kepada Baginda Nabi Sulaiman.

Syukur dan Sabar

Supaya hidup terasa bahagia maka tanamkanlah dua sikap ini syukur dan sabar.

SELENGKAPNYA