OPINI - Manajer Desa | Republika/Daan Yahya

Opini

Manajer Desa

Kemampuan manajer menjadi penting dalam sosok kades.

ASEP SUMARYANA, Kepala Departemen Administrasi Publik FISIP Unpad

 

Bisa disebutkan, desa miniatur negara. Ada kepala desa, ada juga Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Ada juga Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, dan Linmas. Kesemuanya dipandu dan dimanajeri oleh kepala desa (kades).

Kemampuan manajer menjadi penting dalam sosok kades. Keberhasilan seorang kades terletak pada kemampuannya meningkatkan kesejahteraan warganya dalam suasana hidup yang nyaman.

Dengan target di atas, seorang kades menjadi panutan di desanya dan tidak hanya berebut kekuasaan untuk bersinggasana, tanpa mengisi kekuasaannya dengan pengorbanan yang besar untuk kemajuan desa.

Karena itu, perjuangan menjadi panjang usia pengabdian tampak kalah penting, dengan menorehkan prestasi mengenai apa yang telah dilakukan di desanya.

Kaffah

Kades tidak ubahnya seperti sopir yang mengendalikan desa ke arah tujuan yang dikehendaki bersama selama kurun waktu tertentu. Tidak sedikit yang mengubah kendaraannya menjadi lebih nyaman, sehingga desa gersang diubahnya menjadi subur dan memiliki penghasilan.

Dengan demikian, warganya bisa hidup tenang sehingga hasrat meninggalkan desanya menjadi lebih kecil. Hal ini penting agar komponen desa menjadi basis untuk program membangun dari pinggiran.

Konsepsi di atas tidak boleh diartikan sebagai kooptasi desa untuk kepentingan elite di atasnya. Konsepsi tersebut menjadi basis untuk menguatkan negeri dengan terlebih dahulu memperkokoh kehidupan desa dengan kearifan lokal yang dimilikinya.

Dengan popular consultation-nya Ranny (1996), komunikasi dijalin para pihak dalam kehidupan desa. Satu pihak dengan pihak lainnya harus saling menguatkan yang dikemas dalam program kades. Program kerja kades pun dibahas dalam rapat warga atau rembug desa.

 
Penyepakatan atas prioritas pembangunan desa perlu diperoleh sebagai langkah konkret kades dalam melaksanakan tugas.
 
 

Penyepakatan atas prioritas pembangunan desa perlu diperoleh sebagai langkah konkret kades dalam melaksanakan tugasnya.

Untuk itu, argumentasi logis atas apa yang akan dilakukan perlu dipahami bersama, untuk meminggirkan kepentingan sesaat ataupun sesat yang ada pada sejumlah elemen desa. Dengan konsultasi ini, tanggung jawab kades tetap besar dengan distribusi beban semakin melandai.

Bila kades berpanduan pada UU No 6 Tahun 2014 dalam pelaksanaan tugasnya, bisa jadi kewajiban kades berderet di situ, dari mulai urusan pemerintahan hingga kemasyarakatan. Bisa jadi sebagian belum memahami kandungan isinya.

Berpanduan ke aturan tersebut, kades mengajak warga serta elemen pemerintahan desanya memaknai UU tersebut sehingga tidak gagal paham. Dengan demikian, fokus kepada kewajiban menjadi lebih penting ketimbang menuntut hak terlebih dahulu.

Untuk bisa melaksanakan tugas di atas, seorang kades pastilah orang yang cerdas di desanya. Boleh jadi, kecerdasan intelektual hanya sebagian dari kecerdasan yang harus dimiliki, seperti Goleman (2004) tuliskan.

Kecerdasan emosional dan sosial justru lebih penting agar dirinya tidak merasa pintar sendirian, yang memaksa warganya untuk patuh pada dirinya secara kaffah.

Dengan dua kecerdasan lainnya, dirinya pasti berpikir kebermanfaatan bagi warga jauh lebih penting, agar dirinya memberikan pelayanan publik sesuai kebutuhan warga. Kebutuhan warga direkam cerdas dengan sering berinteraksi dalam kehidupan desanya.

 
Tugas kades tidak boleh tersita untuk urusan dengan pihak kecamatan atau kabupatennya, dengan mengabaikan apa yang dibutuhkan warga.
 
 

Tugas kades tidak boleh tersita untuk urusan dengan pihak kecamatan atau kabupatennya, dengan mengabaikan apa yang dibutuhkan warga. Bisa jadi ada perbedaan penafsiran jika mengandalkan aparatur desa, RW, ataupun RT.

Dampaknya, pengambilan keputusan bisa menjadi keliru. Untuk itu, pemahaman lapangan perlu dipersatukan agar tidak gagal paham. Keadaan di atas dapat dilihat dari respons warganya terhadap figurnya tersebut.

Kewibawaan akan menguat jika kesamaan paham dapat dibangun dengan program yang pro warga. Solidaritas warga yang baik, gemar berbagi terhadap kaum dhuafa menjadi ciri keberhasilan kadesnya.

Hal demikian dilakukan tidak hanya ketika dirinya ada dalam proses pencalonan kades, tetapi untuk memastikan program kerjanya bisa dilaksanakan. Yang lebih keliru ketika mengunjungi istana semangat, sementara mengunjungi warga yang ada terlupakan.

Ketiga kecerdasan di atas, agaknya perlu diikat dengan kecerdasan spiritualnya. Dia harus menjadi center of people dalam melaksanakan ajaran agamanya. Dia juga menjadi teladan dalam pengamalan dan syiar agamanya.

Dengan demikian, perekaman warga atas kepatuhan tersebut akan menular kepada yang lain, sehingga kades dan aparatur desa menjadi sosok teladan bagi warganya, serta harmonisasi dalam pelaksanaan tugasnya terbangun.

 
Kades dapat menjadi manajer yang memiliki pemahaman lapangan yang baik dengan kecerdasan sosial dan emosional yang tangguh.
 
 

Bila semua aspek di atas dapat dibangun, kesalehan sosial dapat diwujudkan. Dirinya menjadi pelopor pembangunan desa yang tidak takut dengan batasan masa kerja yang telah diatur, dirinya tidak gentar menghadapi rongrongan material untuk melakukan penyimpangan.

Bahkan, dirinya tidak ciut tatkala sejumlah tekanan dari lingkungan yang mendorongnya untuk gemar menuntut haknya, ketimbang melaksanakan kewajibannya. Upaya tersebut akan mengokohkan leadership kades seperti Bowman (2010) tuliskan.

Ujungnya, kades dapat menjadi manajer yang memiliki pemahaman lapangan yang baik dengan kecerdasan sosial dan emosional yang tangguh.

Dengan demikian, dirinya tidak mudah dipermainkan dalam pusaran kepentingan pihak lainnya. Untuk itu, teladan perlu dipertontonkan oleh elite di atasnya, juga pengawalan dari para tokoh desa serta kaum cerdik pandai di dalamnya.

Islamofobia dan Standar Ganda

Sudah saatnya Barat melakukan rethinking politik standar ganda.

SELENGKAPNYA

Menjaga Harmoni Kehidupan

Muslim yang hebat adalah yang berusaha menjaga harmoni kehidupan.

SELENGKAPNYA

Yang Haram Jangan Dipandang Harum

Memandang hal yang jelas haram sebagai hal yang harum.

SELENGKAPNYA