Warga berbelanja keperluan Imlek di Beijing, Cina, Senin (16/1/2023). Pemerintah Cina mengumumkan penurunan jumlah penduduk negara tersebut. | AP Photo/Andy Wong

Internasional

Populasi Cina Menyusut, Bagaimana Dampaknya?

Populasi Cina pada 2022 turun untuk pertama kalinya dalam enam dekade.

OLEH RIZKY JARAMAYA

Populasi Cina pada 2022 turun untuk pertama kalinya dalam enam dekade. Perubahan bersejarah ini diperkirakan, akan menandai dimulainya periode panjang penurunan jumlah warganya dengan implikasi mendalam bagi ekonomi dan dunia.

Penurunan tersebut adalah yang terburuk sejak 1961, atau ketika tahun terakhir Kelaparan Hebat Cina. Penurunan populasi juga memperkuat prediksi bahwa India akan menjadi negara terpadat di dunia tahun ini. 

Biro Statistik Nasional mengatakan, populasi Cina turun sekitar 850.000 orang menjadi 1,41 miliar pada akhir 2022. Para pakar PBB menilai dalam jangka panjang, populasi Cina menyusut hingga 109 juta pada 2050, atau lebih dari tiga kali lipat dari perkiraan penurunan sebelumnya pada 2019. 

Sementara itu, tingkat kelahiran pada 2022 mencapai 6,77 kelahiran per 1.000 orang. Jumlah ini turun dari tingkat 7,52 kelahiran pada 2021 dan menandai tingkat kelahiran terendah dalam sejarah. Cina juga mencatat tingkat kematian tertinggi sejak 1976. Negara tersebut mencatat 7,37 kematian per 1.000 orang pada 2022, dibandingkan dengan tingkat kematian 7,18 pada 2021. 

Sebagian besar penurunan demografi adalah hasil dari kebijakan satu anak Cina yang diberlakukan antara 1980 dan 2015. Penurunan demografi juga didorong oleh biaya pendidikan yang sangat tinggi, sehingga membuat banyak orang Cina hanya memiliki satu anak, atau bahkan tidak punya anak sama sekali. 

Pakar populasi mengatakan, kebijakan "zero-Covid Cina" yang ketat telah menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada prospek demografis negara yang suram. Sejak 2021, pemerintah daerah telah meluncurkan langkah-langkah untuk mendorong masyarakat memiliki lebih banyak anak, termasuk pengurangan pajak, cuti hamil yang lebih lama, dan subsidi perumahan. Langkah tersebut diperkirakan tidak akan menghentikan tren jangka panjang.  

Para ahli demografi domestik memperkirakan, penurunan populasi ini memperlambat ekonomi karena pendapatan turun dan utang pemerintah meningkat. Termasuk melonjaknya biaya kesehatan dan kesejahteraan. 

"Prospek demografis dan ekonomi Cina jauh lebih suram dari yang diperkirakan. Cina harus menyesuaikan kebijakan sosial, ekonomi, pertahanan, dan luar negerinya," kata ahli demografi, Yi Fuxian.   

photo
Warga melakukan aktifitas selancar es di Beijing, Cina, Senin (16/1/2023). Pemerintah Cina mengumumkan penurunan jumlah penduduk negara tersebut. - (AP Photo/Andy Wong)

Yi menambahkan, penyusutan tenaga kerja negara dan penurunan bobot manufaktur akan semakin memperburuk harga tinggi dan inflasi tinggi di Amerika Serikat dan Eropa.Tingkat kelahiran Cina tahun lalu hanya 6,77 kelahiran per 1.000 orang, turun dari tingkat 7,52 kelahiran pada 2021 dan menandai tingkat kelahiran terendah dalam sejarah.  

Cina mencatat, tingkat kematian pada 2022 sebesar 7,37 kematian per 1.000 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan 7,18 kematian pada 2021. Ini adalah rekor kematian tertinggi sejak 1974 selama Revolusi Kebudayaan. 

Sebagian besar penurunan demografi terkait dengan kebijakan satu anak yang diberlakukan Cina antara 1980 dan 2015. Faktor lainnya adalah biaya pendidikan yang sangat tinggi, sehingga membuat banyak orang Tionghoa hanya memiliki satu anak, atau bahkan tidak punya anak sama sekali. 

Data tersebut menjadi topik yang trending atau teratas di media sosial Cina setelah dirilis pada Selasa (17/1). Salah satu tagar, "#Apakah penting memiliki keturunan?"  menjadi trending paling atas.   

photo
Sejumlah pasien mendapatkan perawatan di ruang gawat darurat di sebuah rumah sakit di Shanghai, China, (15/1/2023). Komisi Kesehatan merilis angka kematian akibat Covid-19 sebulan terakhir mencapai hampir 60.000 jiwa. - (EPA)

“Alasan mendasar, mengapa perempuan tidak ingin memiliki anak bukan terletak pada diri mereka sendiri, melainkan pada kegagalan masyarakat dan laki-laki untuk memikul tanggung jawab membesarkan anak. Bagi perempuan yang melahirkan hal ini menyebabkan penurunan kualitas hidup yang serius. Dan kehidupan spiritual," tulis seorang warganet Cina dengan nama pengguna Joyful Ned. 

Pakar populasi mengatakan, kebijakan "zero-Covid" yang ketat di Cina menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada prospek demografis negara itu. Sejak 2021, Pemerintah Cina telah meluncurkan langkah-langkah untuk mendorong masyarakat memiliki lebih banyak anak, termasuk pengurangan pajak, cuti melahirkan yang lebih lama, dan subsidi perumahan.

Pada Oktober 2022, Presiden Xi Jinping mengatakan, pemerintah akan memberlakukan kebijakan dukungan lebih lanjut. Namun, sejauh ini langkah-langkah tersebut tidak banyak membantu menahan tren jangka panjang. 

Pencarian online untuk kereta bayi di mesin pencari Baidu Cina turun 17 persen pada 2022 dan turun 41 persen sejak 2018. Sementara pencarian untuk botol susu bayi turun lebih dari sepertiga sejak 2018. Sebaliknya, pencarian panti jompo melonjak delapan kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.

Sementara di India, Google Trends menunjukkan peningkatan 15 persen dari tahun ke tahun dalam penelusuran botol bayi pada 2022. Sementara penelusuran untuk tempat tidur bayi naik hampir lima kali lipat.  

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Adu Pengaruh AS-Cina di Pasifik

Cina sangat aktif memperluas pengaruhnya di kawasan.

SELENGKAPNYA

Cina, AS, dan Eropa Punya Peran di Myanmar

Negara-negara asing menyumbang produksi senjata Myanmar.

SELENGKAPNYA

Cina Buka Data, 60 Ribu Meninggal Akibat Covid-19

Cina hanya menghitung kematian akibat Covid-19 di rumah sakit.

SELENGKAPNYA