
Tokoh
Jejak Umm Kulthum di Musik Tanah Air
Lagu-lagu Umm Kulthum jadi kegemaran penonton bioskop di Jakarta tempo dulu.
OLEH FITRIYAN ZAMZAMI, GUMANTI AWALIYAH
Alhambra, nama sebuah istana dan benteng peninggalan Islam di Kota Granada, Spanyol. Jutaan turis dari mancanegara yang setiap tahun mendatangi tempat ini, mengagumi arsitektur Islam monumental yang dibangun pada abad ke-13 M.
Di Jakarta, sampai tahun 1980-an, ada Jalan Alhambra. Letaknya di kawasan Sawah Besar. Berbelok ke arah kiri dari Jalan Suryopranoto dari Jakarta Kota. Mengapa dinamakan demikian? Karena pada tahun 1931, di tempat ini berdiri Alhambra Theatre.
Wartawan senior Republika almarhum Alwi Shahab menuliskan, gedung bioskop ini didirikan oleh tiga bersaudara dari keluarga Shahab: Idrus, Syehan, dan Abubakar. Hampir seluruh film yang diputar adalah film Mesir.
Sebelumnya, ketiga kakak beradik ini mendirikan tonil (sandiwara). Mereka dengan para anak wayang -- sebutan untuk pemain sandiwara kala itu -- mengadakan pertunjukan keliling di berbagai kota. Kala itu, sandiwara atau tonil disebut komedi bangsawan. Karena awal mulanya muncul dari istana-istana bangsawan, seperti Istana Deli di Medan dan Istana Siak di Riau.
Sebelum mendirikan Alhambra Theatre, ketiga kakak beradik ini di tempat yang sama terlebih dahulu mendirikan sandiwara permanen. Sandiwara modern pertama di luar sandiwara yang didirikan Belanda di Gedung Kesenian Pasar Baru sekarang. Atau Thalia di Jakarta Kota yang khusus menyajikan kesenian Tionghoa. Sandiwara ini turut berperan dalam menyebarkan lagu-lagu Melayu Deli, yang merupakan cikal bakal dangdut sekarang ini.

Ketika Alhambra Theatre didirikan, film-film India belum masuk ke Indonesia. Karena pemiliknya punya hubungan dengan Timur Tengah, dipilihlah film Mesir untuk menjadi sajian utamanya. Importirnya adalah SMR Ridho Shahab, putra salah seorang pemilik Alhambra.
Ternyata film-film Mesir sangat digemari warga Betawi. Seperti juga film India, film Mesir banyak menyajikan lagu. Kala itu banyak warga Betawi, dari Mampang, Buncit, Tegal Parang, Kemang, Pasar Minggu, dan berbagai tempat lainnya, menonton di Alhambra khusus untuk mempelajari lagunya.
Mereka menonton dengan patungan menyewa oplet. Sepulang dari bioskop, di oplet warga Betawi ini ngedens sambil menyanyikan kembali lagu-lagu dari film yang baru mereka tonton. Nantinya, untuk dijadikan lagu kasidahan. Maklum, kala itu piringan hitam atau gramofon masih merupakan barang mewah. Dan saat itulah kemudian Indonesia mengenal suara emas Umm Kulthum.
Lagu-lagu dari film-film Mesir ini juga dinyanyikan oleh orkes gambus Al-Wathan dan Al-Wardah di RRI. Hingga cepat meluas ke berbagai pelosok Ibu Kota.
Era lagu-lagu dangdut terjadi setelah terlebih dulu melalui periode Pop Melayu pada 1950-an dan 1960-an. Di antara penyanyi pop Melayu adalah Said Effendi, Husein Bawafie, M Mashabi, dan Munif Bahaswan. Mereka memunculkan lagu-lagu pop Melayu yang sudah mengenal refrain (reff) yang tidak dikenal dalam lagu Melayu Deli. Kemudian, karena dalam lagu-lagu pop Melayu itu diiringi gendang gaya India maka dinamakan dangdut.
Di depan Alhambra Theatre, terdapat Pasar Ciplak. Di pasar ini, tiap-tiap malam berkumpul para tokoh seniman (Chairil Anwar), politikus (Adam Malik), jagoan (Kapten Syafe'i), pengusaha (Hasyim Ning), juga bintang film (Kartolo dan Sardi, keduanya ayah Rahmat Kartolo dan Idris Sardi). Tempat berkumpul ini pada 1960-an beralih ke Senen, yang kemudian dikenal dengan seniman Senen.
"Ghandili, suwayya-suwayya," yang artinya: "Saya nyanyikan pelan-pelan lagu ini untukmu sayang," suara si Mamat menirukan Umm Kulthum setelah nonton di Alhambra Theatre. Bioskop ini sejak 1965 sudah berubah fungsi menjadi gedung BNI 1946.
Pada 2023 ini, majalah musik ternama Rolling Stone mendapuk Umm Kulthum masuk daftar bergengsi 200 Greatest Singers of All Time. Menempati peringkat 61, Umm Kulthum atau Ummi Kalsum menjadi satu-satunya musisi Arab yang masuk daftar mendahului nama besar lain di industri musik Barat, seperti Michael Jackson, Leonard Cohen, Johnny Cash, Janis Joplin, Barbra Streisand, dan Elton John.

Rolling Stone mengatakan bahwa semua musisi dipilih dan diurutkan berdasar pada orisinalitas, pengaruh, kedalaman katalog para musisi, serta luasnya warisan musik mereka. "Mereka bisa mengubah dunia hanya dengan bernyanyi," tulis Rolling Stone saat menjabarkan alasan memilih para musisi.
Majalah itu juga menilai, Ummi Kalsum tidak memiliki padanan yang sejajar di antara penyanyi Barat. Selama beberapa dekade, musisi ikonik Mesir itu berhasil mewakili dan merepresentasikan musik Timur Tengah.
Saat bernyanyi, Umm Kulthum juga menggambarkan seorang pengkhotbah yang berapi-api dan memiliki daya tarik internasional. Ia bahkan dipuji tokoh-tokoh musik Barat, termasuk Bob Dylan dan Robert Plant dari Led Zeppelin.
"Saat mendengar suara Ummi Kalsum, Robert Plant berkata ‘seseorang telah membuat lubang di dinding pemahaman saya tentang vokal’," demikian pernyataan dari Rolling Stone, Rabu (4/1).
Umm Kulthum lahir di Tamay e-Zahayra, sebuah desa di Delta Nil pada 1898. Ayahnya adalah seorang imam masjid. Majalah Time pada 1975 menuliskan bahwa gaya menyanyinya yang khas ia latih saat belajar membaca Alquran dengan sang ayah. Suaranya yang unik kemudian membawanya ke Kairo, ibu kota Mesir pada 1924.
Di antara para penyanyi, Umm Kulthum memang tergolong sangat langka. Suaranya berjenis Contralto, merentang jauh dari oktaf kedua hingga kedelapan. Kekuatan vokalnya dihitung mencapai 14 ribu vibrasi per detik. Tak heran, saat bernyanyi, ia harus jauh-jauh, sedikitnya semeter dari mikrofon.

Rentang suara dan kemampuan teknis jauh di atas rata-rata itu tak disia-siakan Umm Kulthum. Ia terkenal dengan teknik menyanyikan satu larik dalam rerupa gaya. Sekali waktu, ia menyanyikan satu bait dalam 52 cara, memicu keriuhan luar biasa di antara para penonton.
Umm Kulthum juga tak sekadar penyanyi. Sepanjang hayatnya, ia tak pernah melepas identitasnya sebagai "orang desa". Saat Mesir dan negara-negara Arab kalah dalam Perang Enam Hari melawan Israel pada 1967, ia menggubah Hadith al-Rukh alias Obrolan Jiwa. Kisahnya, banyak jenderal Mesir yang menontonnya jatuh menangis akibat malu.
Umm Kulthum berpulang pada 3 Februari 1975. Ribuan menyertai prosesi pemakamannya. Ia selamanya ternama. Sang Bintang dari Timur, Suara Mesir, Sang Piramida Keempat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Rendah Akses Pangan Bergizi
Pangan bergizi dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kesehatan masyarakat.
SELENGKAPNYAPerempuan Pemersatu Mesir di Catatan Rolling Stones
Musisi dipilih dan diurutkan berdasar pada orisinalitas dan pengaruh.
SELENGKAPNYAMusailamah, Orang Sesat di Zaman Sahabat
Musailamah al-Kadzab adalah tukang sebar hoaks pada masa sahabat Nabi SAW.
SELENGKAPNYA