Staf Ahli Kementerian Agama Bidang Kerukunan Agama Oman Fathurahman memaparkan penjelasan saat acara Diskusi Publik dan Rilis Survei Nasional Kerukunan Umat Beragama di Hotel Sari Pacific, Jakarta, Kamis (22/3). Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaa | Republika/Putra M. Akbar

Silaturahim

Prof Oman Fathurahman: Kearifan Islam dari Marawi

Langit, bumi, dan seluruh semesta itu diciptakan oleh Allah dari Nur Muhammad.

OLEHUMAR MUKHTAR

Filolog Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Oman Fathurahman, menguraikan isi manuskrip Melayu Islam koleksi Syekh Muhammad Said dari Marawi City, Mindanao, Filipina. Koleksi ini berhasil diselamatkan melalui program digitalisasi pada 2011-2012 yang digagas guru besar dari The Sophia University di Jepang, Kawashima Midori.

"Manuskripnya masih banyak, ada sekitar 60 bundel dan sekarang baru beberapa bundel, sekarang baru bungkus kedua dan naskah ketiga," demikian penjelasan Prof Oman, dalam kanal Youtube Ngariksa Channel.

Ada tiga teks utama yang terkandung dalam manuskrip tersebut. Pertama, yaitu yang disebut Bahr Lahuuri. Walaupun Prof Oman memberi koreksi bahwa yang dimaksud sebetulnya adalah Bahr Al-Lahuut, tetapi yang tertulis di manuskrip adalah Bahr Lahuuri.

Bermakna 'Lautan Ketuhanan', teks itu ditulis oleh Syekh Abdullah al-Arif yang konon adalah pendakwah di Aceh, yang mungkin hidup pada abad ke-13 atau 14. Tentunya, hal ini masih perlu penelitian."Teks ini menyatu dengan yang ditulis Syekh Yusuf al-Makassari, yang masyhur di Marawi," kata Prof Oman.

Teks utama kedua ialah Mathalib al-Salikin karangan Syekh Yusuf al-Makassari. Teks utama ketiga yaitu Sayyid al-Ma'rifah, yang kemungkinan dikarang oleh ulama lokal di Minangkabau, Syekh Ihsanuddin. Menurutnya, naskah Sayyid al-Ma'rifah ini unik karena belum ditemukan salinannya di koleksi lain.

Ada teks tentang tauhid. Tertulis bahwa sesungguhnya wujud itu terbagi tiga. Pertama, yaitu al-Wajib, yaitu wujud wajib. Kedua adalah al-Adam al-Mumkin, yang berarti tidak ada, tapi sifatnya mungkin. Sedangkan yang ketiga adalah al-Adam al-Mahdh, yang berarti tidak ada dan benar-benar tidak ada. Wujud wajib itu maksudnya ialah yang tidak didahului oleh sesuatu yang tidak ada, yaitu Allah SWT.



Pada teks utama manuskrip, dalam hal ini Bahr Lahuuri, disebutkan bahwa Allah SWT tidak bertempat, tidak berwaktu, tidak ada di atas, tidak ada di bawah, tidak ada di kiri, dan tidak ada di kanan.

Teks itu kemudian menyampaikan penjelasan tentang Nur Muhammad bahwa langit, bumi, dan seluruh semesta itu diciptakan oleh Allah dari Nur Muhammad setelah 50 tahun.

Prof Oman menuturkan, dalam tradisi tasawuf, meski Adam adalah manusia pertama, Nur Muhammad itu lebih awal dari Adam. Bukan Muhammad pada fisiknya, tetapi Nur Muhammadnya-lah yang dibicarakan oleh para sufi. Secara fisik, Muhammad memang dilahirkan belakangan, tetapi Nur Muhammadnya tercipta sebelum ada semesta.

"Maka, ketahuilah, segala sesuatu yang Allah jadikan sebab dari kewalian dan kenabian itu adalah Nur Muhammad," kata Prof Oman saat membacakan isi manuskrip.

Teks Bahr Lahuuri, terang Prof Oman, ini cukup populer dan sebetulnya salinannya cukup banyak di beberapa koleksi. Dia mendengar bahwa salinannya ada di Aceh, Sulawesi, Minangkabau, Sunda, dan Jawa. Namun, menurut dia, masih menjadi teka-teki mengenai siapa pengarang sebenarnya. Karena di dalam beberapa literatur, Syekh Abdullah al-Arif ini sezaman dengan Syekh Abdul Qadir Jailani. Artinya, hidup pada sekitar abad 12 atau 13. Bahkan, konon keduanya sempat bertemu.

"Ini yang harus dikonfirmasi, karena (di dalam manuskrip ini), hanya ada keterangan bahwa Abdullah al-Arif ini seorang dari Arab kemudian berdakwah di Aceh menyebarkan Islam dan menulis kitab," ungkapnya.

Masalahnya, karangannya yang ditemukan sampai saat ini hanya satu, yaitu Bahr Lahuuri. Karena itu, menurut Prof Oman, sosok Abdullah ini kemungkinan adalah nama yang bukan sebenarnya, yang merujuk pada hamba Allah al-Arif dengan makna ma’rifat.

Dengan demikian, siapa sebetulnya pengarang Bahr Lahuuri atau Bahr al-Lahuut, masih bisa dielaborasi. Bahkan, di bagian kolofonnya pun tidak tercantum tanggal dan bulan kapan waktu penulisan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Masjid Al Jabbar Kearifan Islam di Jawa Barat

Al Jabbar menjadi tempat sujud yang memancarkan cahaya kearifan.

SELENGKAPNYA

Rebutan Sukuk dengan Tiket Blackpink

Meski bertarung di tengah pandemi, perekonomian Indonesia tumbuh 5,72 persen pada kuartal III 2022.

SELENGKAPNYA

Alih Fungsi Lahan Ancam Produksi Pertanian

Pemerintah tengah mempersiapkan lahan sawah utama.

SELENGKAPNYA