Presiden Joko Widodo menghadiri KTT ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, Jumat (11/11/2022). | EPA-EFE/KITH SEREY

Tajuk

Sikap Tegas ASEAN terhadap Myanmar

Indonesia sangat kecewa dengan situasi Myanmar yang semakin buruk.

Para pemimpin negara-negara yang tergabung dalam Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) berkumpul di Phnom Pehn, Kamboja, untuk menghadiri KTT ASEAN ke-40 dan ke-41, Jumat (11/11).

Isu tentang Myanmar adalah salah satu masalah penting yang disoroti dan dibicarakan para petinggi negara-negara ASEAN  dalam KTT yang mengusung tema “ASEAN: Bersama Menghadapi Tantangan” itu.

Secara khusus, para pemimpin ASEAN telah menyampaikan pernyataan bersama menyoal evaluasi implementasi konsensus lima poin (5PC) untuk Myanmar.  Pemimpin negara-negara ASEAN menilai, pemerintah junta Myanmar telah gagal menerapkan konsensus 5PC yang telah ditetapkan di Jakarta pada 24 April 2021. Para pemimpin ASEAN menilai situasi di Myanmar semakin rapuh dan kritis.

Kelima poin konsensus yang gagal diterapkan pemerintah militer Myanmar  itu antara lain; pertama, tindak kekerasan di Myanmar harus segera dihentikan. Semua pihak harus menahan diri. Kedua, harus ada dialog konstruktif di antara semua pihak untuk mencari solusi damai yang mengedepankan kepentingan masyarakat.

Ketiga, akan ada utusan khusus ASEAN (special envoy) yang memediasi dialog, dibantu oleh Sekretaris Jenderal ASEAN Lim Jock Hoi. Keempat, ASEAN akan memberikan bantuan kemanusiaan melalui AHA Centre. Kelima, Utusan khusus dan delegasi ASEAN harus mengunjungi Myanmar untuk bertemu dengan semua pihak yang berkepentingan.

 

 
Indonesia sangat kecewa dengan situasi Myanmar yang semakin buruk
JOKO WIDODO, PRESIDEN RI
 

Dalam pernyataan bersama tersebut, para pemimpin ASEAN menilai meningkatnya kekerasan di Myanmar tak hanya berpengaruh terhadap negara itu, tapi juga berdampak bagi pembangunan komunitas ASEAN.  Para pemimpin ASEAN berkomitmen untuk membantu Myanmar sebagai keluarga dalam menemukan solusi yang damai dan tahan lama bagi krisis yang berlangsung di negara tersebut.

 

Sikap Pemerintah Indonesia terhadap isu Myanmar dalam KTT ASEAN ke-40 dan ke-41 ini patut diapresiasi.  Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sesi retreat KTT ASEAN ke-41, Jumat (11/11) di Hotel Sokha, Phnom Phen, secara khusus membahas implementasi konsensus lima poin (5PC) di Myanmar.

“Indonesia sangat kecewa dengan situasi Myanmar yang semakin buruk, tidak adanya progres yang signifikan dari implementasi 5PC,  sekaligus kita tidak melihat adanya komitmen dari junta militer untuk mengiplementasikannya,” tegas Jokowi.  Karena itu, Jokowi meyerukan agar Myanmar  segala tindak kekerasan di Myanmar segera dihentikan. Hal itu , menurut Jokowi, perlu segera dilakukan agar segera tercipta kondisi yang kondusif di Myanmar.

Selain itu, Jokowi mengusulkan penugasan Sekjen ASEAN dan AHA Centre (Pusat Koordinasi ASEAN untuk Bantuan Kemanusiaan pada Manajemen Bencana) untuk terus mengupayakan akses agar Comprehensive Needs Assesment dapat segera diselesaikan.

 

 
Pemerintah Indonesia juga menyerukan agar ASEAN membuka dialog dengan semua pihak di Myanmar.
 
 

 

Bantuan kemanusiaan untuk mendukung keberlanjutan kehidupan, kata Jokowi, menjadi lebih penting artinya saat ini. Keempat, Jokowi menyampaikan keputusan //non-political representation// dari Myanmar juga harus diberlakukan selain untuk AMM dan KTT.

Pemerintah Indonesia juga menyerukan agar ASEAN membuka dialog dengan semua pihak di Myanmar. Jokowi meminta agar ASEAN akan dapat memfasilitasi dialog nasional dari seluruh //stake holders// di Myanmar seperti  yang dimandatkan oleh 5PC.

Kita berharap agar ASEAN benar-benar bersikap tegas terhadap pemerintah junta militer Myanmar.  KTT ASEAN kali ini harus mampu menekan pemerintah junta militer untuk menjalankan poin-poin konsensus yang telah disepakati.  Benar apa yang disampaikan Presiden Jokowi, jika ASEAN tidak bertindak tepat, maka kredibilitas dan relevansi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara menjadi taruhannya.

Untuk menekan pemerintah junta militer Myanmar untuk menghentikan kekerasan dan membuka ruang dialog, ASEAN tentu perlu mendapat dukungan dari PBB. ASEAN juga perlu meyakinkan kepada negara-negara besar yang saat ini mendukung Myanmar agar mendesak pemerintah junta negara tersebut mematuhi konsensus lima poin yang telah ditetapkan ASEAN.

Myanmar bukan satu-satunya masalah yang dihadapi ASEAN, Tantangan yang akan dihadapi negara-negara ASEAN di masa depan akan semakin berat. Seruan Perdana Menteri Kamboja dan tuan rumah KTT ASEAN Hun Sen tentang pentingnya meningkatkan kewaspadaan dan kebijaksanaan selama masa gejolak ekonomi dan geopolitik sangat tepat.

ASEAN menurut Hun Sen sekarang berada pada titik yang paling tidak pasti. Kehidupan jutaan orang di wilayah Asia Tenggara bergantung pada kebijaksanaan dan pandangan ASEAN. Dan kita berharap, ASEAN mampu menjawab semua tantangan itu.  

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Polda Jatim Bongkar Jaringan Pelaku Scampage

Ratusan ribu data yang mereka curi berasal dari data perusahaan atas nama Paypal

SELENGKAPNYA

Bank Muamalat Perkuat Modal Tahun Depan

Saat ini BPKH telah menempatkan investasi langsung di tiga bank syariah nasional dalam bentuk PYD dan saham.

SELENGKAPNYA

Modal dari Sumber yang tidak Halal

Jika ada dua pilihan hukum, maka Rasulullah SAW memilih hukum yang memudahkan selama pilihan tersebut bukan dosa.

SELENGKAPNYA